Perumahan tersebut dihuni oleh 21 KK warga relokasi. Pengamatan Radarmas, bronjong yang dibangun tahun lalu, mengalami kerusakan pada sejumlah bagian akibat tergerus air hujan.
Bronjog dibangun dengan bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) sebesar Rp 329 juta. Bronjong yang terletak di sisi selatan perumahan ini, belum menutup seluruh sisi tebing yang rawan longsor. Menurut dia, jika tergerus air hujan bisa merusak bronjong yang sudah dibangun.
Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno mengatakan pemkab sudah berupaya mencarikan lahan untuk relokasi warga Karangjengking. Namun yang lokasinya paling luas dan memungkinkan berada di lokasi yang sekarang. “Lokasi yang digunakan yang terbaik di sini. Tidak ada tempat lain. Tadinya tanah bengkok dan kepala desa rela melepas bengkoknya,” kata dia.
Meskipun demikian, karena wilayah Desa Duren berupa perbukitan di sisi kanan dan kirinya berupa tebing. Terutama di sisi selatan perumahan yang dinilai rawan longsor. Meskipun saat ini sudah dibangun bronjong, namun bronjong tersebut belum selesai.
Permintaan bronjong dari masyarakat ini sebagai hal yang lumrah. Sebab masyarakat Desa Duren terlibat dalam pembangunan hunian relokasi. Namun, karena bantuan belum sampai selesai, dia berharap ada donatur yang tergugah hatinya untuk membangun talud hingga selesai.
Hadi menyebut warga Desa Duren berbeda di tempat lain. Sebab di tempat lain, masyarakat yang terkena bencana enggan terlibat dalam pembangunan hunian untuk mereka. “Di tempat lain susah. Nengok saja tidak mau. Sampai saya teriak-teriak: kamu mau nempati nggak ini, masa sekedar nengok saja tidak mau,” kata Hadi yang enggan menyebut nama lokasi bencana longsor yang dimaksud.
No comments:
Post a Comment