Gapura

Bercengkerama di Bawah Ringdangnya Pohon Kampung Kurcaci

di depan rumah Kurcaci
                                                  PURBALINGGA  – Waktu tiga jam ternyata terasa singkat ketika berada di Kampung Kurcaci, Desa Wisata Serang, Karangreja, Purbalingga. Kampung itu berada di bawah rindangnya ratusan pohon damar yang tingginya puluhan meter. Setelah puas berfoto selfi di beberapa wahana yang cukup intagramer, serombongan wisatawan tampak berkumpul dan bercanda di salah satu sudut kampung itu.
Sembari bercanda tawa, rombongan wisatawan itu menanti makanan khas desa yang sudah dipesannya. Tak selang waktu lama, sejumlah pemandu yang rata-rata masih remaja dengan sigapnya menyuguhkan santapan makan siang yang tertata rapi dalam sebuah tampah. Menu yang disajikan semuanya khas desa, dan bahan-bahannya sebagian besar diperoleh disekitar halaman rumah warga.
makanan khas desa kampung kurcacimenikmati makanan khas desa di kampung KurcaciBukan nasi beras yang disajikan, tetapi nasi jagung. Sayur yang disajikan khas oseng daun renjeng, oseng welok, oseng tempe, kluban, mendoan dan peyek. Lauknya bukan ayam atau daging, tetapi ikan asing yang hangat. Masih ada mendoan hangat serta minuman sesuai pesanan seperti teh hangat atau kopi. Untuk minuman teh, daun teh-nyapun dipetik dari pekarangan sekitar rumah warga.
”Kami menyajikan makanan khas desa yang tidak dijumpai di kota. Jika rindu dengan masakan yang sederhana ini, silahkan datang ke Kampung Kurcaci,” tutur pengelola kampung Kurcaci, Edi Susanto, Kamis (25//8).
Soal harga, lanjut Edi, sangat terjangkau. Untuk satu tambah makanan yang dipesan seharga Rp 40 ribu. Makanan itu cukup kenyang untuk porsi tujuh orang. Jika ingin memesannya bisa mengontak terlebih dahulu melalui HP 085720010821 aatau ke 083863103566.  “Kami menganggap wisatawan yang datang sebagai sahabat yang harus disambut dengan rasa hangat, oleh karenanya, jika wisatawan yang membutuhkan makanan, bisa memesannya di di koperasi Kampung Kurcaci. Soal harga, kami tak mau membuat pengunjung kapok, semua harga persahabatan, ” tutur Edi.
Edi mengaku, Kampung Kurcaci tidak menawarkan wahana wisata seperti di lokasi daya tarik besar. Di Kampung Kurcaci, hanya rasa persahabatan dan kehangatan yang diberikan. Wisatawan bisa menikmati wahana yang ada seperti rumah pohon, gasebo yang bertebaran, permainan dolanan anak seperti egrang, Sunda Manda, benthik, permainan dakon dan rumah Kurcaci yang sering menjadi sasaran foto selfi. Ada pula wahana ain seperti curug Lawang, camping ground dan fasilitas perpustakaan Kurcaci. “Yang ingin tiduran di antara pepohonan juga dipersilahkan, kami menyediakan hamock secara gratis,” kata Edi.
Salah seorang wisatawan, Suci (28) mengungkapkan, dirinya sudah kali kedua datang ke Kampung Kurcaci. Rasanya ingin kembali lagi. Selain suasananya yang nyaman untuk bersantai, sambutan para pengelolanya juga sangat ramah. “Kami sangat kagum ternyata di kampung Kurcaci wisatawan diajak untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa Kromo, bahasa yang sudah mulai dilupakan anak-anak muda saat ini,” ujar Suci.
Wisatawan lainnya, Siswanto (45), mengaku merasakan ketenangan jiwa yang sangat ketika duduk bersantai dan menikmati rindangnya pohon damar. Siswanto mengaku betah untuk berlama-lama di Kampung Kurcaci. “Sajian menu makan juga menggugah selera. Ketika menikmati menu ini, serasa kangen keluarga di desa,” tuturnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, kampung Kurcaci memang menawarkan wahana wisata alternatif yang unik dan jarang dijumpai di tempat wisata lain di Jawa Tengah. Selain wisatawan bisa berpuas mengambil foto dari berbagai sudut, bisa juga mengenal dolanan anak jaman dulu dan sekaligus memainkannya.
“Dinbudparpora akan terus melakukan pembinaan, baik dari sisi sumberdaya manusia, manajemen pengelolaan, promosi dan dukungan sarana prasarana pendukung. Kami berharap, pengelola setiap beberapa bulan sekali, atau setahun sekali menambah wahana baru yang membuat wisatawan betah datang dan akan datang kembali,” ujar Subeno. (Tgr)
bermain egrang di kampung Kurcacimenikmati makanan khas desa di bawah rindangnya pohon kampung Kurcacitiduran di hamoc kampung Kurcaci

Potensi Wisata Gua Lawa Belum Digarap.

Gua-Lawa                                                                                                                                                                CILONGOK-Selain potensi tempat wisata Jenggul Kembang di Desa Panusupan Kecamatan Cilongok, potensi Gua Lawa saat ini juga belum digarap maksimal. Kepala desa Panusupan Imam Sangidun menjelaskan, pengembangan tempat wisata alam tersebut membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama masyarakat sekitar, pemerintah desa dan pihak terkait. “Kami sedang berjalan ke arah tersebut untuk mengembangkan beberapa lokasi seperti Jenggul Kembang dan Gua Lawa. Diantaranya dengan berkoordinasi lintas sektoral supaya potensi yang ada ini bisa dikelola dengan maksimal,” jelas Imam, Kamis (25/8). Untuk mencapai lokasi Gua Lawa, jelas Imam Sangidun, bisa diakses menggunakan sepeda motor dan mobil. Medan yang dilalui untuk mencapai goa yang berada di RT 06 RW 06 Desa PAnusupan itu juga tak sulit. Gua itu diperkirakan memiliki kedalaman lorong sekitar 15 meter dari arah pintu batu di sebelah Timur, dan sekitar 15 meter dari pintu sebelah barat. Gua masih tampak alami karena berhias bebatuan cadas yang bergaris. Menurut Imam, berdasarkan cerita turun temurun dari warga sekitar menyebutkan kalau gua tersebut berkaitan dengan Babad Kamandaka. Diyakini oleh warga, gua itu memiliki panjang yang luar biasa sampai menembus ke desa lain yang berada di sekitar gua. Tapi keyakinan masyarakat belum dibuktikan dengan penggalian maupun data yang akurat terkait panjang gua maupun cerita dibalik Gua Lawa. “Banyak yang menyakini kalau panjang Goa Lawa sampai ke Gandulekor, Kalirajut Desa Notog. Sedangkan sisi yang lain sampai ke sungai yang berada di sekitar goa yaitu sungai Tenggulun. Tapi apakah sepanjang itu, saya belum mengetahui secara pasti karena belum ada data yang menyebutkan hal itu. Tapi cerita di masyarakat menyakini kalau gua tersebut sangat panjang,” katanya. Kawasan Gua Lawa bersih dan terang. Masyarakat masih menguri-nguri dengan membersihkan dedaunan maupun sampah yang ada di dalam maupun di sekitar gua. “Ada beberapa warga sering membersihkan sekitar gua kalau memiliki hajatan. Buktinya, jalan menuju gua bersih. Cara masyarakat untuk merawat keberadaan gua yang sudah ratusan tahun tetap ada dan masih bertahan sampai sekarang,”pungkasnya.

Peluang Emas Optimalkan Potensi Gula Kristal Banyumas Untuk Penuhi Permintaan Pasar.

gula_jawa
Gula-Kristal-atau-Gula-Semut                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  BANYUMAS-Potensi gula kristal di Kecamatan Cilongok belum dioptimalkan secara maksimal oleh 6.033 penderes gula. Pasalnya, dengan hasil produksi gula jawa mencapai 9 ton per hari hanya sekitar 100 kg yang diproduksi menjadi gula kristal. Kepala BKAD Cilongok, Waryoko menjelaskan, dengan jumlah produksi 100 kg per hari masih belum cukup untuk memenuhi permintaan gula kristal baik untuk pasar dalam negeri dan ekspor yang mencapai 10 ton per bulan. Untuk itu, pihaknya terus mendorong petani penderes bisa memanfaatkan kesempatan tersebut karena harga gula semut stabil. “Ini kesempatan bagi penderes untuk bisa beralih menjadikan gula jawa menjadi gula kristal. Selain itu, pemasarannya juga sangat menjanjikan, seperti di Desa Sudimara sudah ada perusahaan yang siap menampung hasil gula kristal petani, tentunya sudah bersertifikasi,” jelas Waryoko. Terkait kondisi tersebut, lanjut Waryoko, ada solusi bagi penderes yang selama ini menjadi aktor penting dengan produksi dan permintaan gula merah serta kristal di pasar dalam maupun luar negeri. “Ini yang terus kami sosialisasikan dan dorong kepada petani supaya bisa memanfaatkan peluang tersebut. Karena sudah banyak bukti terkait petani penderes yang beralih memproduksi gula kristal,”jelasnya. Di Karanglewas, meningkatnya permintaan pasar ekspor gula semut ke luar negeri sampai 11 ton per bulan, ternyata belum terpenuhi oleh petani dan suplaier yang ada di wilayah Banyumas. Pasalnya, jumlah produksi per bulan suplaier hanya bisa mengirim 4 ton per bulan. Salah satu suplaier eksportir gula semut atau kristal organik di Kecamatan Karanglewas, Lukman Wibisono SE menuturkan, permintaan ekspor komoditas gula semut atau kristal organik ke pasar Asia dan Eropa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan permintaan tersebut yang mencapai 11 ton per bulan belum bisa diimbangi oleh jumlah produksi ditingkat petani. Sementara ditingkat suplier juga belum bisa memenuhi permintaan tersebut. “Untuk ditingkat suplier saja yang menampung barang dari petani belum bisa mencukupi atau memenuhi kuota 11 ton per hari, apalagi ditingkat petani. Sehingga permintaan meningkat membuat kami kewalahan dengan memenuhi sisa 7 ton belum bisa kami penuhi,”jelas Lukman. Berbagai upaya untuk bisa memenuhi kuota, lanjut Lukman, ia bersama koperasi terus mensosialisasikan peluang tersebut. Menurutnya,petani penderes masih enggan untuk beralih memproduksi gula semut.

Satu Lagi Spot Selfie Kece di Purbalingga: Puncak Sendaren

Puncak Sendaren                                                                                                                   Mungkin, untuk urusan destinasi wisata nama Purbalingga tak begitu populer. Letaknya yang cukup terpencil serta media promosi yang kurang adalah alasan lain mengapa Purbalingga kurang didengar oleh para wisatawan. Selain itu, banyak wisatawan yang berdomisili di Jawa Tengah lebih sering mengeksplore Jogja, Semarang dan Wonosobo. Untuk itu, Ngadem.com kembali mengenalkan tempat wisata baru di Purbalingga dengan harapan kota yang memiliki panorama alam memukau ini bisa lebih dikenal luas.
Nah, beberapa waktu belakangan, di Dusun Karang Gedang, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga berdiri sebuah spot selfie yang membuat Purbalingga kian dikenal. Namanya adalah Puncak Sendaren. Tercatat, dalam satu hari Puncak Sendaren pernah dikunjungi 1000 lebih wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Keunikan serta tempatnya yang sedikit berbeda dari wisata sejenis, adalah alasan mengapa Puncak Sendaren ramai pengujung
Hal asyik yang bisa kamu lakukan di Puncak Sendaren adalah foto-foto, karena memang spot ini sengaja didesain sedemikaian rupa agar terlihat cantik saat dibidik kamera. Selain itu, kamu juga bisa melihat indahnya kota Purbalingga serta rumah-rumah yang tampak seperti miniatur. Bahkan, kamu juga bisa menyentuh awan! Lokasi Puncak Sandaren berada di ketinggian 682Mdpl dengan hawa dingin yang cukup membuat lelahmu luntur satu-satu. Bila kamu ingin ke sini, ajaklah teman atau kekasih. Jangan datang sendiri ya, biar kamu nggak bingung, hehe…
Selama rute perjalanan ke Puncak Sandaren, kamu akan melewati beberapa pos penjagaan. Setelah tiba di pos utama, kamu harus melanjutkan perjalanan menuju jembatan dengan berjalan kaki. Aksesnya terbilang mudah, kamu tidak akan menemui jalan terjal dan licin. Untuk harga tiket masuk Puncak Sendaren dipatok sebesar Rp. 5.000/orang dan parkir Rp. 2.000/motor. Cukup murah ya?

Goa Misterius dan Curug Ilang di Desa Serang Kecamatan Karangreja Diyakini Tembus Goa Lawa Siwarak

Curug-Ilang-Purbalingga                                                                                                           Jarang yang Berani Masuk Kekayaan alam Desa Serang berlimpah. Selain kebun buah stroberi dan sayuran, Desa Serang ternyata memiliki goa dan curug. Bahkan goa yang terkenal dengan nama Tunggul Jati masih misterius karena belum ada yang menggarap. Sedangkan curug ilang sangat eksotik. Anehnya sudah empat tahun ini ada satu keluarga yang menempati goa misterius itu. AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga MASIH “PERAWAN” : Goa Tunggul Jati dan curug Ilang yang belum disentuh pembenahan pemerintah. (AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS) Menyusuri jalan sempit dan sedikit terjal, kaki mulai terasa pegal. Namun begitu masuk ke hutan Desa Serang, nampak sebuah goa yang dingin dan di sisi lainnya ada curug. Ya, itulah goa misterius bernama Tunggul Jati dan Curug Ilang. Jarak tempuh dari jalan raya Serang kurang dari 5 kilometer. Menuruni tebing dan jalan setapak buatan warga, baru bisa sampai di mulut goa alam itu. Hanya saja jika kondisi hujan, sangat berpotensi bahaya. Pasalnya, genangan air masih bisa masuk melalui aliran curug yang ada di sebelah atasnya. “Dalam goa juga masih dihuni banyak kelelawar. Jika dipancing dengan asap, kelelawar bakal keluar seperti di Goa Lawa,” kata Suswono, warga setempat. Nyaris tak ada kehidupan layaknya tempat wisata di lokasi itu. Baru jalan serta pegangan dari bambu buatan warga. Goa yang sempit dan saat masuk harus jongkok, hanya bisa dilihat dari depan dan belum ada yang melakukan penelusuran untuk mengetahui jejak sebenarnya. Beredar kabar jika goa itu justru tembus ke goa lawa di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja. Yang mengherankan lagi, ada satu keluarga kecil dengan kepala keluarga laki- laki bernama Mbah Blonong (50) yang menempati goa itu. Namun Radarmas tidak bisa mewawancarai keluarga itu karena sedang berada di lain tempat dan hanya menemukan bekas makanan. Mbah Blonong yang disebut-sebut orang asli Desa Serang dan istri serta satu anak perempuannya asli Kudus, sudah lebih dari 4 tahun menetap di goa pengap itu. Bahkan Mbah Blonong diduga sebagai penemu goa misterius itu. Kepala Desa Serang Sugito mengakui, belum ada langkah pemerintah desa membenahi, namun sudah dilaporkan kepada Dinbudparpora. Saat ini kondisinya masih sebatas bisa dilihat dan dilalui manusia. Namun untuk masuk ke dalam belum banyak yang mencobanya. Ia menambahkan, jalan kecil di depan goa mengarah ke Curug Ilang. Curug itupun sangat eksotik dan patut menjadi daya tarik wisata di Serang. Ketinggian yang sedang serta aliran air terjun yang putih, menambah daya tarik alami. Terkait warganya yang tinggal di goa tersebut, Sugito mengaku sudah berupaya membujuk agar tinggal di wilayah Desa Serang. Namun Mbah Blonong yang saat ini dikabarkan sedang pergi keluar daerah tetap bersikukuh menempati goa misterius itu.

Waspada! Bahu Jalan Ambrol di Jalur Utama Kalikajar-Kembaran Wetan Purbalingga

Bahu-Jalan-Ambrol                                                                                                               PURBALINGGA – Arus lalu lintas di jalan raya Kalikajar-Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang, sejak Minggu (21/8) malam semrawut dan tersendat. Pasalnya, pekerjaan perbaikan jalan mengakibatkan bahu jalan ambrol di sisi Selatan dengan kedalaman lebih dari 5 meter. Ahmad Fakhrudin, warga Kembaran Wetan mengatakan, bahu jalan ambrol karena bagian bawah sedang digali. Proyek pelebaran jalan yang sudah berjalan beberapa hari, membuat kondisi jalan banyak timbunan material ditambah ambrolnya bahu jalan. BAHAYA : Bahu jalan yang ambrol dan hanya ada pengaman dari drum bekas.(AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS) “Kami berharap segera dilakukan penanganan. Saat ini dekat bahu jalan yang ambrol hanya dipasangi drum bekas. Kendaraan besar juga tak berani melintas. Ini jalur utama maka pekerjaan harus cepat diselesaikan,” katanya. Warga dan pekerja proyek harus ekstra keras mengatur lalu lintas di ruas jalan utama sampai Kecamatan Rembang dan Kejobong. Arus lalu lintas tersendat dan semrawut, terutama terjadi saat jam berangkat dan pulang kerja. Salah satu pengguna jalan Diana, warga Pengadegan yang setiap pulang kerja melalui jalan tersebut mengeluhkan rusaknya bahu jalan. Menurutnya, seharusnya pekerja tidak asal menggali. Beberapa tahun lalu, di titik yang sama terjadi longsor yang menyebabkan pengaman jalan ambrol. Kondisi tanah yang dekat persawahan dan sungai membuat mudah amblas. Kapolsek Kaligondang AKP SS Udiono mengatakan, sejak semalam arus kendaraan berat sudah dialihkan melalui Desa Slinga dan dari arah Purbalingga dialihkan melalui Desa Sempor. “Kami melakukan rekayasa lalu lintas. Pipa PDAM yang terputus juga dilembur untuk diperbaiki dan hari ini (kemarin, red) kembali lancar. Penunjuk arah pengalihan lalu lintas juga sudah kita pasang,” jelasnya

Alumni STM YPT Diajak Peduli Purbalingga

PURBALINGGA (BanyumasNews.Com) – Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto mengajak alumni Sekolah Tehnik Menengan Yayasan Pendidikan Tehnologi (STM YPT) Purbalingga yang telah sukses untuk terus meningkatkan kepeduliannya terhadap Purbalingga. 
Data yang diperoleh Bupati, hingga saat ini sedikitnya ada 15.000 alumni yang sukses dan tersebar tidak hanya di wilayah Indonesia bahkan di manca negara. Menurut Bupati, potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu Purbalingga dalam membangun masyarakat yang mandiri, berdaya saing dan berakhlak mulia.
“Jika satu alumni bisa menarik 2 saja tenaga kerja warga Purbalingga, maka akan ada 30 ribu orang yang mendapat pekerjaan. Jika satu alumni menarik 4 orang jadi ada 60 ribu warga yang tersalurkan. Artinya persoalan pengangguran di Purbalingga akan cepat teratasi,” ungkap Bupati Sukento Rido Marhaendrianto, dihadapan ribuan alumni dalam kegiatan Reuni Akbar dan Silarutahmi Keluarga Besar YPT Purbalingga, di komplek Perguruan STM YPT Purbalingga, Sabtu (2/8).
Selain Bupati, Reuni Akbar “YPT Golden Unniversary 50th” juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Wakil Bupati Tasdi, jajaran Dinas dan tokoh Pendidikan Purbalingga, para mantan guru dan pengurus yayasan serta ribuan alumni tahun 1964 – 2011.
Menurut Sukento, selain dibidang tenaga kerja, alumni YPT juga memiliki potensi sangat besar dalam bidang sosial. Hal itu jika sebagian besar alumni YPT dapat menyalurkan zakat infak sodaqoh (ZIS) untuk masyarakat Purbalingga. Kepedulian itu telah ditunjukan oleh sejumlah paguyuban warga Purbalingga di perantauan.
“Jika lulusan YPT memberikan zakat satu orang satu juta rupiah saja, maka dapat membantu masyarakat dimana saat ini masih ada 200-an ribu warga berkategori miskin,” harapnya.
Sementara, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko berpesan agar keberadaan STM YPT tetap konsisten menjadi sekolah rakyat. Dimana sejak berdiri hingga sekarang, STM YPT menjadi sekolah yang banyak menampung anak-anak Purbalingga dari rakyat biasa. Meski menjadi sekolah swasta berbiaya murah, tapi tetap mampu menjaga kualitas lulusannya.
“Murah bukan berarti murahan. Tetapi juga berkualitas bagus. Saya tahu, banyak alumni yang tersebar hingga mancanegara, berani menatap masa depan dengan prinsip kemandirian. Ini dapat diartikan kualitas lulusannya mampu bersaing dengan dunia kerja,” katanya.
Wagub berharap, keberadaan sekolah kejuruan seperti YPT ini, dapat memberikan bekal kepada generasi muda dengan ilmu dan akhlak yang berkualitas. Sehingga lulusannya tidak mudah silau dengan materi, dan melupakan kemurnian hidup yang sedungguhnya.
Dihibur Koes Plus Jiwa Nusantara3                                                                                                         “Harapan ini tentu bukan hanya untuk STM YPT saja, tetapi untuk keseluruhan sekolah di Jawa Tengah. Termasuk para orang tua dan guru,” tandasnya.
Ketua YPT, Trisnanto Srihutomo menuturkan, diadakannya reuni akbar dimaksudkan sebagai wahana penelusuran tamatan yang sangat berguna bagi sekolah, wahana pemasaran tamatan yang dibutuhkan oleh Bursa Kerja Khusus (BKK) serta untuk meningkatkan kualitas alumni.
“Dalam acara ini kami juga melakukan evaluasi kesesuaian belajar mengajar dengan kebutuhan pasar. Sekaligus menerima masukan atau usul dan saran guna meningkatkan kualitas lulusan,” jelasnya.
Untuk mendukung tujuan tersebut, juga telah dikukuhkan Pengurus Pusat Keluarga Besar Alumni YPT (KBA-YPT) periode 2014 – 2019 yang berkedudukan di Purbalingga. KBA inilah yang nantinya menjadi jembatan penghubung antara alumni dengan pihak yayasan atau sekolah.
Kemeriahan reuni akbar, didukung sejumlah pengisi hiburan seperti tampilnya Band The Poci dengan personil para alumnus STM YPT, sejumlah tarian, organ tunggal dan penampilan Band ala Koes Plus “Jiwa Nusantara” Purbalingga.
Kehadiran para alumni disuguhi berbagai kuliner tradisional, seperti sroto, bakso, mendoan, siomay, sayur pecel dan aneka minuman.

TNI Bangun Jembatan Gantung, Akses Grumbul Jomblang Tidak Lagi Terisolir.

Akses-Grumbul-Jomblang-Terbuka                                                                                                                             PURBALINGGA – Keinginan warga Grumbul Jomblang, Dukuh Mlayang, Desa Sidaerja, Kecamatan Kaligondang untuk memiliki jembatan yang menjadi jalur penghubung Sungai Gintung bakal terealisasi. Dalam waktu akan dibangun jembatan gantung oleh TNI. Hal itu diungkapkan Kepala Desa Tri Hadi Wardoyo yang ditemui disela-sela acara Gebrak Gotong Royong di Dukuh Mlayang, kemarin (19/8). “Sudah ada tim dari TNI, yakni dari Korem (Resor Militer (Korem) 071 Wijayakusuma, red). Mereka sudah menggambar jembatan yang akan dibangun. Jadi tinggal dibangun saja jembatannya,” katanya. Dia mengungkapkan, tidak mengatahui kapan jembatan akan dibangun. “Fokus kami saat ini membangun akes jalan yang menghubungkan permukiman warga di Dukuh Mlayang, dengan calon lokasi jembatan gantung yang akan dibangun oleh TNI,” ujarnya. Menurutnya, warga sangat antusias dengan rencana pembangunan jembatan gantung oleh TNI. Selama ini Grumbul Jomblang terisolir dari wilayah lainya di Desa Sidareja. “Untuk menuju ke wilayah desa lain, warga harus menyeberang sungai (Sungai Gintung). Itu pun dengan syarat tidak banjir. Kalau banjir warga harus memutar puluhan kilometer melewati wilayah Kecamatan Karangmoncol dan Rembang,” tuturnya. Selama ini, Grumbul Jomblang lebih dekat posisinya dengan Dukuh Kaliputih, Desa Karangsari, Kecamatan Karangmoncol. Namun warga memilih tetap bergabung dengan Desa Sidareja, karena aspek historis warga. Serta banyaknya tanah bengkok Desa Sidareja yang terdapat di grumbul yang terdapat 1.321 warga. Akhir tahun lalu, Grumbul Jomblang sempat menjadi pemberitaan berbagai media. Sebab warga harus bertaruh nyawa untuk menggunakan hak pilihnya pada Pilkada, 9 Desember lalu. Mereka harus menyeberangi Sungai Gintung menggunakan perahu karet, serta jalan kaki di tepian sungai sejauh 800 meter lebih, sebelum mencoblos di TPS.

September, Jembatan Apung Pertama di Indonesia Mulai Ditarik Ke Lokasi Ujung Alang Kampung Laut Cilacap

September,-Jembatan-Apung-Ditarik-ke-Lokasi                                                                                                                                    CILACAP-Jembatan Apung pertama di Indonesia yang akan dibangun di Kampung laut akan segera terealisasi. Pasalnya Jembatan yang akan menghubungkan desa klaces dengan desa Ujung Alang saat ini masih dalam proses perakitan di Majingklak. Camat Kampung laut, Nurindra Wahyu Wibawa mengatakan kampung laut mendapatkan jempatan apung pertama di Indonesia. “Kita mendapatkan jembatan apung pertama di Indonesia yang menghubungkan desa Ujung Alang dan desa Klaces”, kata Nurindra. Saat ini, jembatan apung tersebut sedang dirakit di Majingklak dan rencananya September akan ditarik menuju ke Ujung Alang. Dia menuturkan, dengan adanya jembatan apung, maka siswa di kawasan itu akan sangat terbantu. “Dengan adanya jembatan apung otomatis akses ke tempat sekolah lebih mudah”, katanya. Dia mengatakan, ada sebuah Sekolah Dasar (SD) yang terpisah. Hal ini dikarenakan para orang tua khawatir anaknya menaiki perahu karena usianya masih kecil. Dikatakan dia, ada satu SD di Ujung Alang kelas 1 sampai 3 terpisah dengan induknya. Kelas 1 sampai 3 di Lempong Pucung sedang kelas 4 sampai 6 di Dusun Montean desa Ujung Alang. “Sekolah dipisah karena masih kecil dan nggak mungkin mereka naik perahu sampai ke Montean”, ujar Nurindra. Dia menambahkan dengan adanya jembatan apung mereka bisa berjalan kaki menuju sekolah meskipun cukup jauh. “Kalau ada jembatan ini mereka bisa jalan kaki meskipun agak jauh tapi mereka lebih aman”,

Ratusan Miliar Aset Pemkab Banjarnegara Bakal Ditarik Sumber:

Ratusan-Miliar-Aset-Pemkab-Bakal-Ditarik                                                                                                                       BANJARNEGARA – Simpang-siur perihal pembatalan pelimpahan asset ke pemerintah provinsi Jawa Tengah tidak dianggap serius oleh Pemkab Banjarnegara. Hingga saat ini, Pemkab telah merampungkan pendataan semua asset dan pegawai di dalamnya. Berdasarkan pendataan, sedikitnya Rp 300 miliar asset Pemkab akan diserahkan ke Pemprov Jateng. Pelimpahan aset ini merupakan konsekuensi dari penarikan kewenangan beberapa urusan kabupaten ke provinsi. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Banjarnegara, Noor Tamami menyebutkan, pendataan aset yang akan dilimpahkan ke provinsi telah selesai dilakukan. Aset pendidikan di Kabupaten Banjarnegara yang akan diserahkan antara lain 13 unit gedung SMA dan 25 SMK. “Semua persiapan, pendataan telah selesai dilakukan. Kami tinggal menunggu keputusan saja,” ujarnya, kemarin. Menurut dia, kabar adanya pembatalan penarikan kewenangan SMA/SMK ke provinsi sejauh ini masih belum jelas. Namun, Dindikpora tetap akan mendukung baik dilimpahkan ke Pemprov maupun jika nantinya dibatalkan. “Ditarik atau tidak ditarik ke provinsi itu kan hanya kewenangannya saja, tapi semuanya tetap untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat,” tegasnya. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Banjarnegara, Indarto menjelaskan, sesuai Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, ada beberapa kewenangan kabupaten yang ditarik ke provinsi. “Selain kewenangan, juga pegawai dan asetnya juga ikut ditarik ke provinsi,” ungkapnya. Indarto mengaku telah menyelesaikan inventarisasi aset yang akan ditarik ke provinsi. Berdasarkan nilai yang telah dihitung, total aset yang akan dilimpahkan mencapai Rp 300 miliar. Aset tersebut meliputi bangunan, tanah, perlengkapan kantor dan lainnya. “Rincian aset yang akan ditarik ke provinsi antara lain pendidikan menengah atas (SMA/SMK), pertambangan, terminal tipe B, pengawas ketenagakerjaan, pertanahan dan kehutanan,” paparnya. Dia menambahkan, saat ini, dokumen aset tersebut juga telah diklarifikasi oleh Komisi 1 DPRD Jawa Tengah. Saat ini tinggal menunggu pelimpahan kewenangan, pegawai dan aset yang direncanakan Oktober mendatang. “Intinya, semua persiapan, mulai dari pendataan sudah selesai semuanya. Kami tinggal penyerahan saja,” tambahnya.

Curug-curug Indah Pelepas Galau di Banyumas

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             Bagi penyuka wisata alam, Anda patut datang ke Banyumas, Jawa Tengah. Kabupaten yang terkenal dengan logat bicara yang khas itu memiliki ratusan air terjun yang menakjubkan. Warga setempat menyebut air terjun sebagai curug.

Selain Cipendok yang terkenal dengan Legenda Dewi Intannya, ada beberapa curug lain yang cukup terkenal dan dijadikan objek wisata. Di antaranya yakni Curug Ceheng, Gede, Gumawang, Ciangin, Belot, Pete, Naga, Bayan, dan Curug Penganten.

Dinamai Curug Pete karena di sekeliling curug banyak pohon petai. Sedangkan, nama Curug Naga didapat dari bentuknya seperti naga. Sementara, Curug Penganten atau Pengantin dinamai karena curug itu mempunyai dua air terjun yang kembar. Tinggi air terjun sama, lebarnya sama, dan debit airnya pun hampir sama.

"Untuk mencapai Curug Penganten, dibutuhkan perjuangan keras. Letaknya yang sangat tersembunyi, masih di dalam hutan alamai yang jarang dikunjungi manusia," kata aktivis lingkungan Komunitas Peduli Slamet, Dani Armanto, Selasa, 17 Mei 2016.

Untuk mencapai Curug Penganten, harus menembus sungai yang mengalir melalui gua yang sempit dan gelap. Belum lagi binatang melata seperti ular yang banyak dijumpai di sekitar sunDani menyebutkan di sabuk Slamet banyak terdapat curug yang masih perawan. Curug bisa dijadikan indikator lingkungan, apakah daerah sekitarnya merupakan daerah tangkapan yang baik atau sudah rusak.

Bagi pecinta alam di wilayah Purwokerto dan Banyumas, air terjun sering dijadikan target sebagai bagian dari latihan navigasi gunung hutan. Biasanya, mereka melakukannya dengan membaca peta topografi. Kemudian, secara bersama-sama mencari titik koordinat yang dicurigai sebagai air terjun.

Sebuah air terjun akan terlihat di peta topografi ketika ada kontur-kontur berbentuk V yang rapat dan ada garis putusnya. Kontur V adalah punggungan dan garis putus adalah sungai.

"Kalau ada punggungan dengan panjang 100 meter, lalu ada daerah curam dengan tinggi 50 meter, biasanya itu curug," kata penggiat lingkungan dan pecinta alam Purwokerto, Prastowo Harso Utomo.


Prastowo menyatakan menjadi kelaziman bagi pecinta alam, khususnya yang sering bermain di sabuk Gunung Slamet, mencari air terjun yang masih perawan. Ia bersama rekan sesama pecinta alam seringkali menemukan curug atau air terjun yang cukup jauh masuk ke hutan.

"Saya yakin, pemerintah pun belum pernah melakukan survei sampai daerah itu, karena air terjunnya terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan jarak dari desa terakhir sebelum hutan sekitar satu jam perjalanan," kata Prastowo.

Air terjun yang masih benar-benar perawan itu memang cukup sulit dijangkau. Tetapi, ia menyebutkan banyak pula air terjun yang bisa dinikmati lebih mudah karena lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Di antaranya, Curug Gede dan Curug Gumawang yang terletak di Baturraden, Curug Cipendok di Cilongok dan Curug Ceheng di Sumbang.

Sebagai tempat wisata andalan Baturraden, Curug Gumawang sangat akrab bagi para pelancong. Tempat itu seringkali dijadikan tempat atraksi terjun anak-anak kecil dari ketinggian 15 meter. Mereka akan terjun jika ada orang yang melemparkan uang di Sungai Gumawang.

Sekitar 3 km dari Lokawisata Baturraden terdapat Curug Gede. Tempat itu menjadi favorit anak-anak muda, terutama pada Sabtu dan Minggu. Bahkan, tempat itu sering dijadikan latar sesi pemotretan prewedding bagi warga di Purwokerto dan sekitarnya.

"Tempatnya memang mengasyikan. Karena meski panas matahari mencapai puncaknya, di Curug Gede tetap sejuk karena di sisi kanan dan kiri ditumbuhi pepohonan rindang," kata Finny Violina, mahasiswi Unsoed yang mengaku sering ke tempat itu.

Curug Gede memang belum dijadikan sebagai objek wisata resmi yang ditarik restribusi, sehingga para pengunjung yang datang hanya menyediakan uang parkir saja.

Yang telah digarap meski belum maksimal adalah Curug Ceheng yang terletak di Kecamatan Sumbang, Banyumas. Biaya retribusi yang dikenakan pada para pengunjung masuk sangat murah, hanya Rp 2.000 per orang sudah termasuk biaya parkir kendaraan.

Untuk sampai ke Curug Ceheng, mereka yang datang harus turun ke lembah dengan kedalaman sekitar 100 meter. Pengunjung harus melewati batu-batu yang telah tertata sebelum bisa menikmati curug itu. Setelah turun, ada tanah cukup lapang untuk menikmati indahnya air terjun.

30 Tahun Menabung, Tukang Bubur Keliling Asal Banjarnegara Naik Haji

BANJARNEGARA – Air mata kebahagiaan tidak terbendung dari wajah Tursiah (61). Sebab keinginannya untuk naik haji yang terpendam selama puluhan tahun, bakal segera terwujud. Ibu enam anak yang sehari-hari berjualan bubur sumsum keliling desa ini akan berangkat ke tanah suci tanggal 29 Agustus mendatang. “Saya menabung sudah 30 tahun. Sejak orang beli bubur Rp 25 tahun 1980- an sampai tahun ini,” kata dia. Tekad warga RT 4 RW 3 Dusun Ngebak Desa Mantrianom Kecamatan Bawang ini. didukung penuh oleh suaminya, Tugimin (74). Mantan tukang kayu ini mendukung istrinya menunaikan rukun Islam yang kelima. Setiap pagi hari, Tursiah berjualan bubur sumsum dengan berjalan kaki di sekitar Desa Mantrianom dan Bawang. Dalam sehari, bahan baku yang digunakan untuk membuat bubur sebanyak dua kilogram. Sekali berangkat, dia memperoleh uang antara Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per hari. Namun nominal tersebut bukanlah keuntungan bersih. Sebab omzet total yang belum dikurangi dengan biaya produksi. Tursiah mengatakan, sejak menjadi tukang bubur puluhan tahun lalu, sudah niat ingin menunaikan ibadah haji. Keuntungan dari berjualan bubur dia sisihkan untuk ditabung. Lambat laun, uang tabungannya menjadi banyak. Pada tahun 2011, dia lalu memutuskan untuk mendaftar haji melalui Kantor Kementerian Agama Banjarnegara. “Waktu itu daftar tunggunya belum terlalu lama. Tidak seperti kalau sekarang yang lebih dari 20 tahun,” ungkapnya. Mengenai kelengkapan dokumen, paspor sudah jadi. Sedangkan visanya akan diberikan di Asrama Haji Donohudan Solo. “Kalau untuk menjaga kesehatan sudah divaksin meningitis satu kali,” paparnya. Tursiah menambahkan, permohonan utama yang akan dipanjatkan di Mekkah yakni agar anak cucunya bisa segera menyusul menunaikan ibadah haji. “Selain tentunya agar saya bisa melaksanakan rukun, wajib dan sunnahnya haji,” imbuhnya                                                                                                                                                                                             Menabung-30-Tahun,-Tukang-Bubur-Keliling-Naik-Haji

Asik.. Purbalingga Bikin Taman Budaya Seperti Balai Sarbini

PURBALINGGA – Pemkab Purbalingga akan mengubah GOR Mahesa Jenar menjadi Taman Budaya. Saat ini Detail Engineering Design (DED) fisik Taman Budaya tengah digodok dan harus diselesaikan dalam waktu dua bulan, agar pembangunannya dapat dianggarkan dalam APBD 2017. Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purbalingga (Dinbudparpora) Subeno menjelaskan, DED Taman Budaya mesti dirampungkan sebelum bulan November untuk menentukan rencana anggaran biaya (RAB). RAB yang akan menentukan alokasi biaya pembangunan taman budaya yang akan dianggarkan pada APBD 2017. “Jadi bukan wacana lagi, karena DED sedang dalam proses,” ujarnya. Untuk lokasi, kata Subeno, akan ditempatkan di areal GOR Mahesa Jenar. Gedung satu-satunya milik Purbalingga yang banyak dimanfaatkan untuk aktivitas olahraga indoor akan dibongkar. Sedangkan gedung olahraga penggantinya bakal dipindahkan ke kompleks Stadion Guntur Darjono. “Untuk perkiraan biaya, tunggu DED dulu,” imbuhnya. Terkait gambaran Taman Budaya, Subeno mengatakan, Bupati Purbalingga Tasdi SH MM menginginkan seperti Balai Sarbini, Jakarta. Tujuan dibangunnya Taman Budaya, untuk menampung kreativitas seniman untuk mengekspresikan karyanya sekaligus pusat kegiatan budaya. Nantinya akan ada beberapa gedung, namun tidak dijelaskan peruntukkannya. “Selain untuk aktivitas kesenian, gedung itu juga bisa disewakan untuk masyarakat. Untuk pesta perkawinan mungkin. Tapi kita ingin membuat gedung kesenian yang representatif untuk kesenian,” ungkapnya. Terpisah Ketua Umum Dewan Kesenian Purbalingga Haryono Soekiran meminta agar pemkab tidak tanggung-tanggung membangun Gedung Kesenian. Ia berharap dalam pembuatan DED memasukkan unsur seniman dan tak hanya unsur birokrat. Ia juga menginginkan ada survei bersama antara konsultan, dewan kesenian, dan birokrasi untuk ke Taman Budaya Surakarta atau Balai Sarbini untuk membangun gedung kesenian yang representatif. “Tidak mesti setahun diselesaikan, tapi bisa bertahap. Terpenting, gedung kesenian nantinya benar-benar representatif,” ujarnya. Ia juga menyatakan, jika nantinya benar-benar terbangun, maka gedung kesenian benar-benar strategis sebagai pusat kebudayaan. Kelompok kesenian, baik teater atau wayang yang berada di sejumlah desa bisa memanfaatkan untuk mengenalkan karyanya ke publik. Selain itu, gedung juga bisa dijadikan kegiatan komersil. “Saya harap, di sisi seniman nantinya juga bisa dimanfaatkan dengan baik. Secara pribadi saya menyambut positif pembangunan gedung kesenian, karena di Purbalingga memang belum ada gedung kesenian                                                                                                                                                                           Bikin-Taman-Budaya-Seperti-Balai-Sarbini

Lepas Kontingen Jambore Nasional, Bupati Komitmen Besarkan Pramuka.

                                                                                                                                                                                                  PurbalinggaNews – Sebanyak 32 orang anak terdiri 16 putra dan 16 putri pramuka penggalang  hasil seleksi terbaik ditambah enam orang pramuka penggalang putri berkebutuhan khusus yang merupakan kontingen daerah Jawa Tengah dari Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dilepas oleh Bupati Purbalingga Tasdi di Pendapa Dipokusumo Sabtu malam (6/8/2016) untuk mengikuti Jambore Nasional (Jamnas) Ke -10 Gerakan Pramuka Tahun 2016 di Cibubur Jakarta.

Pelepasan kontingen yang juga dihadiri Wakil Bupati (Wabup) Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Purbalingga Trisnanto Srihutomo dan para pengurus Kwarcab serta orang tua peserta jambore ditandai dengan penyerahan bendera Pataka Pemerintah Daerah Purbalingga dan Pataka Kontingen Jambore Nasional oleh Bupati Purbalingga Tasdi kepada pimpinan kontingen.
“Tujuan dari kegiatan jambore nasional yang akan berlangsung 10 hari mulai tanggal 14-21 Agustus mendatang, adalah untuk membentuk watak, meningkatkan sikap kemandirian, ketrampilan dan persatuan serta kesatuan. Selain itu juga sebagai pramuka penggalang untuk berkomitmen terhadap penghayatan dan pengamalan kode kehormatan pramuka yaitu TriSatya serta DasaDarma,”terang Ketua Panitia Pengiriman Jambore Nasional Kontingen Kwarcab Kabupaten Purbalingga Subeno.
Dalam sambutannya, Bupati Purbalingga Tasdi meminta maaf, selama enam bulan kepemimpinannya bersama wabup belum dapat berbuat banyak serta belum menganggarkan maksimal gerakan pramuka di Purbalingga. Namun, pada Oktober mendatang Anggaran Penerimaan Dan Belanja Daerah (APBD) murni tahun 2017 akan segera disusun dan nantinya dalam APBD tersebut akan mendesain agar semua kegiatan pramuka, baik diinternal maupun eksternal seperti pengiriman kontingen ke daerah maupun nasional akan ditanggung oleh pemerintah daerah.
“Kedepan, kami bersama ibu wabup akan mencoba agar nantinya mendesain  semua kegiatan pramuka baik yang diinternal maupun eksternal seperti pengiriman kontingen ke berbagai daerah maupu tingkat nasioanl, karena ini membawa nama harum Purbalingga maka kami akan bertanggung jawab semua kegiatan pramuka,”jelas bupati.
Selain itu, bupati juga tidak akan meninggalkan pramuka dan berkomitmen akan membangun dan membesarkannya. Karena dirinya menjadi besar seperti saat ini juga karena pramuka, bahkan, saat menjadi anggota pramuka, dirinya pernah punya impian menjadi peserta jamnas akan tetapi tidak tercapai.
“Namun tidak apalah, karena saya mempelajari  pramuka, mengamalkan tri satya dan dasa dharma pramuka, sehingga akhirnya Tuhan menentukan saya untuk menjadi bupati. Oleh karena itu,  sesuai  atas arahan/bimbingan  para pendahulu, kami tetap berkomitmen, karena saya lahir dari pramuka sesibuk apapun bertugas menjadi bupati. Selainitu, manfaat/faedah dari pramuka juga sangat besar untuk membentuk generasi muda terutama generasi yang berkharakter, sehingga kami akan mengembangkan  serta berjanji tidak akan meninggalkan dan berkomitmen  membangun juga membesarkan pramuka di Purbalingga,”tuturnya.

PANGKOOPSAU I Dukung Lanud Wirasaba Menjadi Bandara Komersial

                                                                                                                                                                                             PurbalinggaNews – Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) I Marsekal Muda (Marsma) TNI Yuyu Yutisna bersama jajarannya Kamis (11/8/2016) mengunjungi Pangkalan Udara (Lanud) Wirasaba Purbalingga. Kedatangannya Pangkoopsau di Lanud Wirasaba dengan helikopter disambut Komandan Lanud Wirasaba Letnan Kolonel Penerbang (Letkol Pnb) Suparjo, Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Pimpinan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Purbalingga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

Setibanya di Lanud Wirasaba, Pangkoopsau I Marsekal Muda (Marsma) TNI Yuyu Yutisna meninjau bangunan fasilitas diantaranya mess Rajawali, kantor PIA, kantor kesehatan dan meninjau lokasi bandara. Terkait dengan pembangunan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial Yuyu Yustina mengatakan, bahwa hal tersebut bukan tugas utama jajaranya, namun yang berwenang pemerintah daerah (Pemda)
“Cuman kebetulan, kita yang memiliki lahan disni. Namun demikian akan tetap kita awasi dalam prosesnya jangan sampai ada yang dirugikan. Semua kegiatan tersebut ujungnya adalah pada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan negara. Untuk itu, saya akan mendukung kegiatan tersebut,”tuturnya.
Disela mendampingi Wabup, Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Sumber Daya Alam (SDA) dan Tata Ruang pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Purbalingga Istanto Sugondo menjelaskan, bahwa kondisi  Lanud Wirasaba yang akan dijadikan bandara komersial saat ini memiliki luas lahan kurang lebih seluas 115.0420 hektar. Berbagai prasarana yang sudah tersedia antara lain landas pacu sepanjang 850 meter dengan lebar 50 meter serta bahu landasan kanan dan kiri masing-masing 30 meter. Untuk konstruksinya berupa tanah dan rumput dengan test kepadatan tanah/California Bearing Ratio (CBR) sudah terpenuhi. Prasaranan lainnya adalah taxiway/ jalur menuju tempat parkir pesawat sepanjang 300 meter X 25 meter, apron (tempat parkir pesawat) dengan ukuran 100 meter X 45 meter dan treshold (jalur emergency) panjangnya 600 meter X 50 meter.
“Prasarana lainnya adalah pemandu lalu lintas udara (PLLU) dan penerangan, peralatan meteo, peralatan komunikasi, avtur dan avigas pesawat serta personil yang yang terampil dalam penerbangan,”jelasnya.
Istanto Sugondo menambahkan, bahwa Lanud Wirasaba yang berdiri sejak jaman Belanda dengan kondisi geografis yang sangat strategis dan konstruksi landas pacu yang kokoh yang didukung hasil test CBR sudah memenuhi syarat.
Sedangkan hasil master plan dan rencana teknik Lanud Wirasaba yang sudah mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara diantaranya, untuk pembangunan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial dibutuhkan antara lain untuk landas pacu sepanjang 1.500 X 30 meter, air strip 150 meter dan stop way 60 meter X 30 meter untuk pangkal dan ujungnya. Untuk Runway End Safety Area (RESA) 90 meter X 60 meter. Nantinya, jenis pesawat yang dapat mendarat di Bandara Wirasaba adalah pesawat jenis ATR 72-500 dengan jumlah penumpang kurang lebih 70 orang.
Untuk bangunan sisi darat berupa terminal, parkir dan bangunan lainnya, seluruhnya masih menggunakan tanah milik TNI-AU, kecuali aksesibiltas jalan baru. Sedangkan kebutuhan tanah landas pacu, seluruhnya menggunakan tanah milik TNI-AU, namun untuk sebagian stop way dan RESA menggunakan tanah milik warga.
Untuk aksesibilitas ke bandara ada dua alternatif, yaitu melewati jalan yang sudah ada atau jalur Tidu-Wirasaba dengan cara melebarkan jalan. Sedangkan alternatif kedua membangun jalan baru Tidu-Wirasaba yang tegak lurus dengan bangunan terminal sisi barat bandara. Total kebutuhan tanah diantaranya untuk sisi udara dan sisi barat. Untuk sisi udara atau untuk stop way dan RESA butuh lahan seluas kurang lebih 51.200 meter/5,12 hektar dan untuk sisi darat berupa pembangunan jalan baru seluas kurang lebih 12.900 meter/1,29 hektar. Sehingga total kebutuhan lahan untuk panjang runway 1,500 meter adalah seluas 64.100 meterpersegi atau 6,41 hektar, ujarnya.

( GAPURA ) ONE FOR ALL, ALL FOR ONE

GABUNGAN PURNA STM/SMK YPT PURBALINGGA Sedikit berkeliling dan menoleh ke sekitar komunitas, kata-kata ini sering dimaknai dengan kekel...