Gapura

Banjarnegara Longsor Lagi, Satu Desa Terisolasi

longsor-pandanarum-(1)                    BANJARNEGARA – Hujan lebat Selasa (7/6) sore hingga malam hari menjadi petaka bagi puluhan warga di Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara. Sebanyak 16 rumah yang tersebar di empat desa di kecamatan tersebut rusak akibat terkena tanah longsor. Meski tidak ada korban jiwa, namun 11 rumah diantaranya rusak berat. Di Purbalingga, puluhan rumah terendam banjir, sementara satu rumah tertimbun longsor dan dua jembatan putus.
Di Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara empat desa yang mengalami longsor terjadi di Desa Sinduaji, Lawen, Pasegeran dan Desa Pringamba. Bahkan, satu unit truk yang tengah diparkir di tepi jalan terpental ke jurang lantaran terdorong tanah dari tebing.
Selain mengakibatkan rumah rusak, akses jalan kecamatan terputus. Berdasarkan pengamatan Radarmas, jalan menuju Kecamatan Pandanarum juga tertumbun longsor di beberapa titik. Bahkan satu diantaranya, harus mendatangkan alat beras agar bisa dilalui kendaraan.
longsor-pandanarum-(2)
Hingga Rabu (8/6) kemarin, jalan menuju Desa Sinduaji masih belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Saat ini, untuk mencukupi kebutuhan desa tersebut terpaksa memakai kendaraan roda dua. “Sebelumnya ada beberapa titik jalan yang tertimbun longsor. Tetapi tinggal satu jalan yang belum bisa dilalui yang menuju desa Sinduaji,” terang Camat Pandanarum, Sri Handono, Rabu (8/6).
Padahal, di desa tersebut banyak warga yang menjadi korban bencana longsor. Sementara ini, lanjutnya bantuan untuk warga Desa Sinduaji terpaksa ditempatkan di kantor kecamatan. Nantinya akan dibawa satu persatu menggunakan sepeda motor. “Kami meminta agar warga lebih waspada. Karena intensitas hujan diperkirakan masih terus tinggi,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio menambahkan ada empat titik longsor antara Pandanarum ke Desa Beji. Satu diantaranya,membentuk rekahan tapal kuda. “Meski tidak terlalu berbahaya, namun kami himbau para pengguna jalan yang melintas di jalur tersebut untuk lebih hati-hati,” ujarnya lagi.
Salah satu korban warga Sinduaji, Hartini mengungkapkan tanah longsor yang menerjang rumah miliknya terjadi sekitar pukul 20.30 WIB. Saat itu, ia mengaku tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Mengingat kejadian tersebut terjadi begitu cepat.
“Begitu terdengar suara gemuruh, saya langsung membawa anak jadi tidak sempat menyelamatkan barang-barang elektronik. Seperti TV, mejikom, vcd dan barang elektronik lainnya,” ujarnya sembari membersihkan rumah, Rabu (8/6).
Saat ini, Hartini dan korban longsor lainnya terpaksa harus mengungsi ke rumah saudaranya yang sekiranya lebih aman. Mengingat intensitas hujan di Kabupaten Banjarnegara diperkirakan masih cukup tinggi.
longsor pandanarum (4)
Korban longsor lainnya adalah Mujianto. Warga RT 2 RW 2 Dusun Sidamukti, Desa Sinduaji ini mengaku hanya bisa pasrah. Meski mengaku tahu tanda-tanda longsor, namun dirinya pun tak sempat menyelamatkan harta bendanya. “Malah satu sepeda motor masih tertimbun,” ungkapnya.
Sebelum longsor terjadi, kata dia, rembesan-rembesan air dari tebing masuk rumah. ia megaku belum bisa memperkirakan kereguan material yang dialaminya. “Sekarang kami sekeluraga terpaksa mengungsi di rumah nenek,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio mengatakan longsor di Kecamatan Pandanarum tersebut bukan karena pergerakan tanah. Melainkan lantaran curah hujan yang tinggi jelang datangnya musim kemarau.
“Sebenarnya kami telah mendapat info dari BMKG, tetapi selang satu jam kemudian sudah terjadi tanah longsr di Pandanarum,” kata dia.
Catur meminta agar warga tetap waspada. Sebab intensitas hujan yang masih tinggi. Termasuk 17 rumah yang terancam longsor untuk segera mengungsi jika turun hujan. “Melihat medan yang tebing-tebing seperti ini, saat turun hujan harus mengungsi,” pintanya.

Banjir dan Longsor Terjang Purbalingga

banjir-longsor-purbalingga (3)                     PURBALINGGA – Berdasarkan pantauan Radarmas di lapangan, banjir setinggi 50 sentimenter merendam puluhan rumah di tiga desa di Kecamatan Kemangkon. Yakni, Desa Jetis, Desa Karangkemiri dan Desa Gambarsari. Di Desa Jetis terdata 21 rumah terendam banjir luapan SungaI Klawing. Yakni, dua rumah di RT 9/RW 4, lima rumah di RT 11/RW 4, tiga rumah di RT 14/RW 4 dan 11 rumah di RT 17/RW 4. Sementara rumah milik Wagiman di RT 11/RW 4 lantainya ambles, karena terbawa arus.
Sekretaris Desa Jetis Joko Suprapto mengatakan, banjir yang melanda desa mereka terjadi Rabu dini hari, sekira pukul 01.00 WIB. “Setelah itu, air perlahan-lahan surut mulai pukul 03.00 WIB,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, wilayah tersebut memang kerap terkena banjir luapan Sungai Klawing. Di wilayah ini areal persawahan pun terendam banjir. Begitu juga akses jalan dari Desa Jetis ke Desa Karangkemiri ikut terendam banjir. Akibatnya tak bisa dilalui kendaraan, terutama roda dua dan roda empat.
Di Desa Karangkemiri ada empat rumah terendam banjir di wilayah RT 12/RW 6. Sedangkan di Desa Gambarsari, banjir merendam lapangan desa dan sejumlah areal persawahan.
Di Kecamatan Karangmoncol, satu rumah rusak tertimbun longsor. Rumah milik Tarno (41), warga Dukuh Rata Wuluh RT 6/RW 19 Desa Tunjungmuli itu terkena longsor Selasa malam, sekira pukul 22.00 WIB. Rumah berukuran 7 x 9 meter, dengan atap seng, dinding kayu itu rusak parah. Sedangkan, satu keluarga di rumah ini harus dilarikan ke Pusekesmas Karangmoncol, karena terkena reruntuhan rumah.
banjir-longsor-purbalingga (1)
Di Desa Rajawana, Karangmoncol, tanah longsor juga membuat akses jalan dari Desa Rajawana ke Desa Panusupan, Kecamatan Rembang terputus. Tidak hanya itu jembatan Grantung di perbatasan Desa Pekiringan, Kecamatan Karangmoncol juga putus. Jembatan irigasi yang sudah rusak diterjang banjir beberapa waktu lalu, akhirnya benar-benar putus, akibat terkena luapan arus sungai.
Kepala Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga Priyo Satmoko mengatakan, banjir dan tanah longosr yang terjadi disebabkan hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Purbalingga Selasa malam. “Wilayah yang terkena bencana, baik banjir dan tanah longosr merupakan wilayah yang selama ini rawan terjadi bencana tersebut,” jelasnya kepada Radarmas ditemui disela-sela pantauan bencana di Desa Jetis.
Sementara itu, Bupati Purbalingga H Tasdi SH MM dan sejumlah pejabat di Pemkab Purbalingga, langsung mengunjungi korban banjir di Desa Jetis dan Karangkemiri. Bupati langsung memerintahkan, kepada Camat Kemangkon Raharjo Minulyo, untuk berkoordinasi dengan penanganan bencana banjir di desa tersebut.
“Saya minta kepada Puskesmas (Kemangkon) untuk langsung memeriksa kesehatan warga yang terkena banjir, terutama anak-anak. Karena banjir ini, rentan membawa penyakit,” jelasnya. 

Angkutan Berbasis Online Sudah Mulai masuk Purbalingga, Angkutan Konvensional Keberatan

Taksi-Konvensional--VS-Online                   PURBALINGGA- Angkutan berbasis aplikasi online kini mulai memasuki Purbalingga. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari para penyedia jasa angkutan konvensional termasuk Taksi Purbalingga yang belum lama ini dilaunching oleh Bupati Purbalingga.
Dari penelusuran Radarmas, spanduk informasi pendaftaran rider dua jenis angkutan berbasis online yaitu ojek dan taksi online, sudah dipasang sejak satu bulan terakhir. Namun, pengamatan Radarmas di lapangan, belum dijumpai angkutan jenis ini beroperasi.
Ketika Radarmas mencoba menggali informasi, salah seorang yang berhasil ditemui di tempat pendaftaran, mengaku hanya mengkoordinir pendaftar saja. Sementara untuk seluruh hal teknis, disarankan untuk menghubungi call center kantor pusat pengelola. Dari informasi yang berhasil dihimpun, angkutan online tersebut dapat langsung beroperasi. Tentunya, dengan memenuhi persyaratan tertentu.
Menanggapi hal itu, Purwadi salah satu pengemudi Taksi konvensional di Purbalingga mengatakan, dia merasa keberatan dengan munculnya angkutan berbasis aplikasi online. Sebab menurutnya, angkutan tersebut belum melalui prosesur perizinan yang sah sebagaimana taksi konvensional.
“Seharusnya pemerintah bertindak tegas, sebab kemunculan taksi yang baru beberapa waktu lalu, harus melalui prosedur yang panjang. Harusnya, mereka (angkutan online,red) juga demikian,” jelasnya.
Suyatno, pengemudi taksi lainnya mengatakan, sebenarnya Taksi Kopajar mulai mendapatkan peminat. Sebab, menurutnya dalam setiap harinya minimal ada dua penumpang.
“Perkembangannya cukup lumayan. Ada harapan bagus ke depannya,” ujarnya.
Terpisah, menanggapi hal itu, Ketua Organisasi Angkutan Daerah (Organda) Purbalingga, M Wachyono mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan munculnya angkutan umum di Purbalingga. Namun, penyedia jasa harusnya melalui prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Paling tidak, penyedia jasa angkutan harus mempunyai izin angkutan umum, sesuai dengan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009,” paparnya.
Dia menjelaskan, angkutan taksi konvensional punya aturan yang jelas. Berplat kuning, ada aturan tarif berdasarkan argo. “Tapi, untuk angkutan online sudah jelas mereka berpelat hitam, atau merupakan kendaraan pribadi,” tegasnya.

Fasilitas Pasar Mandiri Purbalingga Dikeluhkan

FTA-pasar-mandiri-tidak-ada-halaman-depan                           PURBALINGGA- Fasilitas Pasar Mandiri yang terletak di Jalan DI Panjaitan Purbalingga, dikeluhkan pengunjung dan pedagang. Pasalnya, fasilitas pasar tersebut dinilai kurang memadai.
Wati, salah satu pedagang mengatakan, Pasar Mandiri terlalu sempit sehingga pengunjung kadang harus berdesak-desakan. Menurutnya, perluasan perlu dilakukan agar pasar menjadi lebih luas dan semakin ramai.
“Pasarnya kecil, sempit, masih kalah ramai dengan Pasar Hartono dan Bancar,” ucapnya.
Menurutnya, posisi Pasar Mandiri yang berada di tengah-tengah Pasar Hartono dan Pasar Bancar, membuat pendapatan pedagang kalah jauh dibanding dua pasar tadi. Meski demikian, dia tidak ada rencana untuk pindah, sebab di dua pasar tersebut tidak memiliki lapak.
Fitri, penjual lainnya menambahkan, Pasar Mandiri juga tidak memiliki halaman. Hal ini membuat Pasar Mandiri tidak terlihat. Sebab, di depannya tertutup oleh kios.
“Letaknya tertutup kios, pas di persimpangan jalan. Walaupun ada papan nama pasar, tapi sulit terlihat kadang terutup ranting pohon,” ucapnya.
Musriyah, salah satu pembeli mengatakan, Pasar Mandiri memerlukan area parkir khusus. Sebab, saat ini parkiran hanya memanfaatkan tepi jalan.
“Kadang susah kalau mau ngeluarin motor, posisi parkiran tepat di bawah lampu lalu lintas, banyak kendaraan melintas, kadang macet pada pagi hari,” imbuhnya.
Meski demikian, dia mengaku tetap memilih berbelanja di Pasar Mandiri dikarenakan jarak yang lebih dekat dengan tempat tinggal.
Terpisah, Kepala Pasar Mandiri Purbalingga, Romli mengatakan beberapa pedagang memang mengeluhkan kondisi pasar. Yang paling banyak adalah keluhan sepinya pembeli.
“Kadang-kadang pedagang juga mengeluhkan, selain sepi juga kondisi pasar, yang berada di tengah-tengah dua pasar besar yaitu Pasar Hartono dan Bancar,” jelasnya.
Menurutnya, kondisi fisik bangunan masih tergolong bagus. Tapi, pasar tersebut tidak memiliki lahan parkir pengunjung. Hanya memanfaatkan tepi jalan saja.
Dikatakan, saat ini target retribusi Pasar Mandiri Purbalingga mencapai Rp. 1,5 juta per bulan. Di pasar tersebut, ada sekitar 50 pedagang yang berjualan setiap hari, termasuk pedagang di kios depan pasar.

Minta Maaf, Tursinah Dibebaskan

Minta Maaf, Tursinah Dibebaskan                          BANJARNEGARA – Perkara yang menjerat Tursinah akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan. Pemilik akun facebook Sisi Indah ini, beruntung. Sebab tulisannya yang menjelekkan masyarakat Banjarnegara tidak berlanjut ke ranah pidana.
Tursniah sendiri merupakan warga RT 4 RW 1 Dusun Liangan Desa Lemahjaya Kecamatan Wanadadi. Sebelumnya Tursinah pernah menjadi TKW di Singapura selama dua tahun. Setelah itu, bekerja di Hongkong selama 10 tahun.
Sekcam Wanadadi, Bambang Mulseno mengatakan Tursninah baru pulang dari luar negeri. “Baru tiga bulan di rumah,” terangnya. Tursinah menulis status yang menjelekkan asal kelahirannya, karena sedang galau. “Dia tidak tahu dampak statusnya yang diunggah di media sosial,” paparnya.
Pasca menuai polemik, Tursinah baru menyesali perbuatannya. Penyesalan dituangkan dalam bentuk surat pernyataan yang dibuat di Mapolres Banjarnegara, Jumat (3/6). “Yang bersangkutan menyatakan sangat menyesal sekali dan mohon untuk bisa dimaafkan,” kata dia.
Kapolres Banjarnegara, AKBP Saiful Anwar melalui Kasat Reskrim, AKP Heriyanto mengatakan ada unsur pelanggaran pidana di bidang IT. “Namun demikian kita mempunyai semacam petunjuk dari pimpinan, bahwa penanganan perkara-perkara seperti itu, penegakan hukum adalah alternatif terakhir,” kata dia.
Heriyanto mengatakan pihaknya telah melakukan penanganan awal dengan
melakukan penyelidikan dan penyidikan. Tursinah juga dipanggil ke Polres untuk dimintai keterangan. “Tursinah mengakui sesuai yang di facebook, dengan alasan sedang galau,” kata dia.
Dari segi pendidikan, Tursinah hanya lulusan SD. Sehingga dia tidak berfikir jauh dampak status facebooknya di masyarakat. “Tursinah sudah membuat pernyataan penyesalan dan dari pihak kecamatan, menerima permohonan maaf,” kata dia. Karena Tursinah mengakui kesalahan dan meminta maaf dan permintaan maaf ini ditermima oleh pihak Kecamatan Wanadadi, perkara tidak dilanjutkan.

Ombak Lima Meter Gulung Puluhan Warung di Pantai Cemara Sewu

Ombak Lima Meter Gulung Puluhan Warung                                  CILACAP-Puluhan warung yang berada di pesisir Pantai Cemara Sewu desa Jetis, Kecamatan Nusawungu rusak akibat ombak setinggi 5 meter yang menghantam pesisir Selatan Cilacap, Minggu (5/6) pagi. Salah satu pengunjung, Elvi Marsela (22), yang saat itu sedang bersepeda di tepi pantai mengaku dari ketinggian ombak yang menerjang kawasan Pantai Cemara Sewu tak seperti biasanya. Alhasil pengunjung lari berhamburan menjauhi bibir pantai.
“Ombaknya setinggi 5 meter,” katanya. Akibat terjangan ombak tinggi, puluhan warung semi permanen yang terbuat dari bambu seketika rusak. Bahkan, kata dia, ada beberapa yang roboh tersapu arus. Kerusakan mulai dari ringan hingga berat.
Dia mengatakan, pengunjung diminta tetap waspada supaya tidak mendekati bibir pantai. Padahal, sesuai pantauan, pada hari Minggu pagi banyak pengujung yang bermain air bahkan tak sedikit anak-anak berenang.
Salah seorang pelimik warung Dika (42) mengatakan, akibat kejadian tersebut dirinya harus membangun kembali warung yang baru. Ditambahkannya, warung-warung yang masih berdiri hanya diberi pembatas menggunakan tumbukan pasir.

( GAPURA ) ONE FOR ALL, ALL FOR ONE

GABUNGAN PURNA STM/SMK YPT PURBALINGGA Sedikit berkeliling dan menoleh ke sekitar komunitas, kata-kata ini sering dimaknai dengan kekel...