Gapura
Optimis Jalan Tembus Goa Lawa Selesai Desember.
Kompleks Pasar Segamas Porak-Poranda Diterjang Angin Kencang.
Penambahan Kantong Parkir Di Kawasan Candi Arjuna Dieng Dianggar Rp 5 M
Tim Bissa Urug Jalan Lingkar Karangkobar Banjarnegara
Tim Ahli Geologi Bakal Cek Tanah Ambles Gunung Wuled Rembang Purbalingga
Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Cowongan
Waduk Mrica Akan Dikeruk, Penambang Diarahkan Menambang di Waduk
Akhir Tahun Ini Pembangunan “New” Goa Jatijajar Selesai.
Belajar Sejarah di Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga
Canyoning Meluncur Beralas Lumut dan Bebatuan di Baturraden.
Selfie Deck Curug Gomblang Jadi Favorit
Obyek Wisata Small World Purwokerto, Rekreasi Sekaligus Edukasi di Taman Miniatur Dunia.
Jalan Tembus Gelora Goentoer Darjono Jadi “Jalan Mesra” dan Rawan Lakalantas.
Realisasi Listrik 50 KK di Blawong Purbalingga Tertunda.
Bercengkerama di Bawah Ringdangnya Pohon Kampung Kurcaci
PURBALINGGA – Waktu tiga jam ternyata terasa singkat ketika berada di Kampung Kurcaci, Desa Wisata Serang, Karangreja, Purbalingga. Kampung itu berada di bawah rindangnya ratusan pohon damar yang tingginya puluhan meter. Setelah puas berfoto selfi di beberapa wahana yang cukup intagramer, serombongan wisatawan tampak berkumpul dan bercanda di salah satu sudut kampung itu.
Sembari bercanda tawa, rombongan wisatawan itu menanti makanan khas desa yang sudah dipesannya. Tak selang waktu lama, sejumlah pemandu yang rata-rata masih remaja dengan sigapnya menyuguhkan santapan makan siang yang tertata rapi dalam sebuah tampah. Menu yang disajikan semuanya khas desa, dan bahan-bahannya sebagian besar diperoleh disekitar halaman rumah warga.
”Kami menyajikan makanan khas desa yang tidak dijumpai di kota. Jika rindu dengan masakan yang sederhana ini, silahkan datang ke Kampung Kurcaci,” tutur pengelola kampung Kurcaci, Edi Susanto, Kamis (25//8).
Soal harga, lanjut Edi, sangat terjangkau. Untuk satu tambah makanan yang dipesan seharga Rp 40 ribu. Makanan itu cukup kenyang untuk porsi tujuh orang. Jika ingin memesannya bisa mengontak terlebih dahulu melalui HP 085720010821 aatau ke 083863103566. “Kami menganggap wisatawan yang datang sebagai sahabat yang harus disambut dengan rasa hangat, oleh karenanya, jika wisatawan yang membutuhkan makanan, bisa memesannya di di koperasi Kampung Kurcaci. Soal harga, kami tak mau membuat pengunjung kapok, semua harga persahabatan, ” tutur Edi.
Edi mengaku, Kampung Kurcaci tidak menawarkan wahana wisata seperti di lokasi daya tarik besar. Di Kampung Kurcaci, hanya rasa persahabatan dan kehangatan yang diberikan. Wisatawan bisa menikmati wahana yang ada seperti rumah pohon, gasebo yang bertebaran, permainan dolanan anak seperti egrang, Sunda Manda, benthik, permainan dakon dan rumah Kurcaci yang sering menjadi sasaran foto selfi. Ada pula wahana ain seperti curug Lawang, camping ground dan fasilitas perpustakaan Kurcaci. “Yang ingin tiduran di antara pepohonan juga dipersilahkan, kami menyediakan hamock secara gratis,” kata Edi.
Salah seorang wisatawan, Suci (28) mengungkapkan, dirinya sudah kali kedua datang ke Kampung Kurcaci. Rasanya ingin kembali lagi. Selain suasananya yang nyaman untuk bersantai, sambutan para pengelolanya juga sangat ramah. “Kami sangat kagum ternyata di kampung Kurcaci wisatawan diajak untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa Kromo, bahasa yang sudah mulai dilupakan anak-anak muda saat ini,” ujar Suci.
Wisatawan lainnya, Siswanto (45), mengaku merasakan ketenangan jiwa yang sangat ketika duduk bersantai dan menikmati rindangnya pohon damar. Siswanto mengaku betah untuk berlama-lama di Kampung Kurcaci. “Sajian menu makan juga menggugah selera. Ketika menikmati menu ini, serasa kangen keluarga di desa,” tuturnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, kampung Kurcaci memang menawarkan wahana wisata alternatif yang unik dan jarang dijumpai di tempat wisata lain di Jawa Tengah. Selain wisatawan bisa berpuas mengambil foto dari berbagai sudut, bisa juga mengenal dolanan anak jaman dulu dan sekaligus memainkannya.
“Dinbudparpora akan terus melakukan pembinaan, baik dari sisi sumberdaya manusia, manajemen pengelolaan, promosi dan dukungan sarana prasarana pendukung. Kami berharap, pengelola setiap beberapa bulan sekali, atau setahun sekali menambah wahana baru yang membuat wisatawan betah datang dan akan datang kembali,” ujar Subeno. (Tgr)
Potensi Wisata Gua Lawa Belum Digarap.
Peluang Emas Optimalkan Potensi Gula Kristal Banyumas Untuk Penuhi Permintaan Pasar.
Satu Lagi Spot Selfie Kece di Purbalingga: Puncak Sendaren
Nah, beberapa waktu belakangan, di Dusun Karang Gedang, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga berdiri sebuah spot selfie yang membuat Purbalingga kian dikenal. Namanya adalah Puncak Sendaren. Tercatat, dalam satu hari Puncak Sendaren pernah dikunjungi 1000 lebih wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Keunikan serta tempatnya yang sedikit berbeda dari wisata sejenis, adalah alasan mengapa Puncak Sendaren ramai pengujung
Hal asyik yang bisa kamu lakukan di Puncak Sendaren adalah foto-foto, karena memang spot ini sengaja didesain sedemikaian rupa agar terlihat cantik saat dibidik kamera. Selain itu, kamu juga bisa melihat indahnya kota Purbalingga serta rumah-rumah yang tampak seperti miniatur. Bahkan, kamu juga bisa menyentuh awan! Lokasi Puncak Sandaren berada di ketinggian 682Mdpl dengan hawa dingin yang cukup membuat lelahmu luntur satu-satu. Bila kamu ingin ke sini, ajaklah teman atau kekasih. Jangan datang sendiri ya, biar kamu nggak bingung, hehe…
Selama rute perjalanan ke Puncak Sandaren, kamu akan melewati beberapa pos penjagaan. Setelah tiba di pos utama, kamu harus melanjutkan perjalanan menuju jembatan dengan berjalan kaki. Aksesnya terbilang mudah, kamu tidak akan menemui jalan terjal dan licin. Untuk harga tiket masuk Puncak Sendaren dipatok sebesar Rp. 5.000/orang dan parkir Rp. 2.000/motor. Cukup murah ya?
Goa Misterius dan Curug Ilang di Desa Serang Kecamatan Karangreja Diyakini Tembus Goa Lawa Siwarak
Waspada! Bahu Jalan Ambrol di Jalur Utama Kalikajar-Kembaran Wetan Purbalingga
Alumni STM YPT Diajak Peduli Purbalingga
PURBALINGGA (BanyumasNews.Com) – Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto mengajak alumni Sekolah Tehnik Menengan Yayasan Pendidikan Tehnologi (STM YPT) Purbalingga yang telah sukses untuk terus meningkatkan kepeduliannya terhadap Purbalingga.
Data yang diperoleh Bupati, hingga saat ini sedikitnya ada 15.000 alumni yang sukses dan tersebar tidak hanya di wilayah Indonesia bahkan di manca negara. Menurut Bupati, potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu Purbalingga dalam membangun masyarakat yang mandiri, berdaya saing dan berakhlak mulia.
Data yang diperoleh Bupati, hingga saat ini sedikitnya ada 15.000 alumni yang sukses dan tersebar tidak hanya di wilayah Indonesia bahkan di manca negara. Menurut Bupati, potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu Purbalingga dalam membangun masyarakat yang mandiri, berdaya saing dan berakhlak mulia.
“Jika satu alumni bisa menarik 2 saja tenaga kerja warga Purbalingga, maka akan ada 30 ribu orang yang mendapat pekerjaan. Jika satu alumni menarik 4 orang jadi ada 60 ribu warga yang tersalurkan. Artinya persoalan pengangguran di Purbalingga akan cepat teratasi,” ungkap Bupati Sukento Rido Marhaendrianto, dihadapan ribuan alumni dalam kegiatan Reuni Akbar dan Silarutahmi Keluarga Besar YPT Purbalingga, di komplek Perguruan STM YPT Purbalingga, Sabtu (2/8).
Selain Bupati, Reuni Akbar “YPT Golden Unniversary 50th” juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Wakil Bupati Tasdi, jajaran Dinas dan tokoh Pendidikan Purbalingga, para mantan guru dan pengurus yayasan serta ribuan alumni tahun 1964 – 2011.
Menurut Sukento, selain dibidang tenaga kerja, alumni YPT juga memiliki potensi sangat besar dalam bidang sosial. Hal itu jika sebagian besar alumni YPT dapat menyalurkan zakat infak sodaqoh (ZIS) untuk masyarakat Purbalingga. Kepedulian itu telah ditunjukan oleh sejumlah paguyuban warga Purbalingga di perantauan.
“Jika lulusan YPT memberikan zakat satu orang satu juta rupiah saja, maka dapat membantu masyarakat dimana saat ini masih ada 200-an ribu warga berkategori miskin,” harapnya.
“Jika lulusan YPT memberikan zakat satu orang satu juta rupiah saja, maka dapat membantu masyarakat dimana saat ini masih ada 200-an ribu warga berkategori miskin,” harapnya.
Sementara, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko berpesan agar keberadaan STM YPT tetap konsisten menjadi sekolah rakyat. Dimana sejak berdiri hingga sekarang, STM YPT menjadi sekolah yang banyak menampung anak-anak Purbalingga dari rakyat biasa. Meski menjadi sekolah swasta berbiaya murah, tapi tetap mampu menjaga kualitas lulusannya.
“Murah bukan berarti murahan. Tetapi juga berkualitas bagus. Saya tahu, banyak alumni yang tersebar hingga mancanegara, berani menatap masa depan dengan prinsip kemandirian. Ini dapat diartikan kualitas lulusannya mampu bersaing dengan dunia kerja,” katanya.
Wagub berharap, keberadaan sekolah kejuruan seperti YPT ini, dapat memberikan bekal kepada generasi muda dengan ilmu dan akhlak yang berkualitas. Sehingga lulusannya tidak mudah silau dengan materi, dan melupakan kemurnian hidup yang sedungguhnya.
Ketua YPT, Trisnanto Srihutomo menuturkan, diadakannya reuni akbar dimaksudkan sebagai wahana penelusuran tamatan yang sangat berguna bagi sekolah, wahana pemasaran tamatan yang dibutuhkan oleh Bursa Kerja Khusus (BKK) serta untuk meningkatkan kualitas alumni.
“Dalam acara ini kami juga melakukan evaluasi kesesuaian belajar mengajar dengan kebutuhan pasar. Sekaligus menerima masukan atau usul dan saran guna meningkatkan kualitas lulusan,” jelasnya.
Untuk mendukung tujuan tersebut, juga telah dikukuhkan Pengurus Pusat Keluarga Besar Alumni YPT (KBA-YPT) periode 2014 – 2019 yang berkedudukan di Purbalingga. KBA inilah yang nantinya menjadi jembatan penghubung antara alumni dengan pihak yayasan atau sekolah.
Kemeriahan reuni akbar, didukung sejumlah pengisi hiburan seperti tampilnya Band The Poci dengan personil para alumnus STM YPT, sejumlah tarian, organ tunggal dan penampilan Band ala Koes Plus “Jiwa Nusantara” Purbalingga.
Kehadiran para alumni disuguhi berbagai kuliner tradisional, seperti sroto, bakso, mendoan, siomay, sayur pecel dan aneka minuman.
TNI Bangun Jembatan Gantung, Akses Grumbul Jomblang Tidak Lagi Terisolir.
September, Jembatan Apung Pertama di Indonesia Mulai Ditarik Ke Lokasi Ujung Alang Kampung Laut Cilacap
Ratusan Miliar Aset Pemkab Banjarnegara Bakal Ditarik Sumber:
Curug-curug Indah Pelepas Galau di Banyumas

Selain Cipendok yang terkenal dengan Legenda Dewi Intannya, ada beberapa curug lain yang cukup terkenal dan dijadikan objek wisata. Di antaranya yakni Curug Ceheng, Gede, Gumawang, Ciangin, Belot, Pete, Naga, Bayan, dan Curug Penganten.
Dinamai Curug Pete karena di sekeliling curug banyak pohon petai. Sedangkan, nama Curug Naga didapat dari bentuknya seperti naga. Sementara, Curug Penganten atau Pengantin dinamai karena curug itu mempunyai dua air terjun yang kembar. Tinggi air terjun sama, lebarnya sama, dan debit airnya pun hampir sama.
"Untuk mencapai Curug Penganten, dibutuhkan perjuangan keras. Letaknya yang sangat tersembunyi, masih di dalam hutan alamai yang jarang dikunjungi manusia," kata aktivis lingkungan Komunitas Peduli Slamet, Dani Armanto, Selasa, 17 Mei 2016.
Untuk mencapai Curug Penganten, harus menembus sungai yang mengalir melalui gua yang sempit dan gelap. Belum lagi binatang melata seperti ular yang banyak dijumpai di sekitar sunDani menyebutkan di sabuk Slamet banyak terdapat curug yang masih perawan. Curug bisa dijadikan indikator lingkungan, apakah daerah sekitarnya merupakan daerah tangkapan yang baik atau sudah rusak.
Bagi pecinta alam di wilayah Purwokerto dan Banyumas, air terjun sering dijadikan target sebagai bagian dari latihan navigasi gunung hutan. Biasanya, mereka melakukannya dengan membaca peta topografi. Kemudian, secara bersama-sama mencari titik koordinat yang dicurigai sebagai air terjun.
Sebuah air terjun akan terlihat di peta topografi ketika ada kontur-kontur berbentuk V yang rapat dan ada garis putusnya. Kontur V adalah punggungan dan garis putus adalah sungai.
"Kalau ada punggungan dengan panjang 100 meter, lalu ada daerah curam dengan tinggi 50 meter, biasanya itu curug," kata penggiat lingkungan dan pecinta alam Purwokerto, Prastowo Harso Utomo.
Prastowo menyatakan menjadi kelaziman bagi pecinta alam, khususnya yang sering bermain di sabuk Gunung Slamet, mencari air terjun yang masih perawan. Ia bersama rekan sesama pecinta alam seringkali menemukan curug atau air terjun yang cukup jauh masuk ke hutan.
"Saya yakin, pemerintah pun belum pernah melakukan survei sampai daerah itu, karena air terjunnya terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan jarak dari desa terakhir sebelum hutan sekitar satu jam perjalanan," kata Prastowo.
Air terjun yang masih benar-benar perawan itu memang cukup sulit dijangkau. Tetapi, ia menyebutkan banyak pula air terjun yang bisa dinikmati lebih mudah karena lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Di antaranya, Curug Gede dan Curug Gumawang yang terletak di Baturraden, Curug Cipendok di Cilongok dan Curug Ceheng di Sumbang.
Sebagai tempat wisata andalan Baturraden, Curug Gumawang sangat akrab bagi para pelancong. Tempat itu seringkali dijadikan tempat atraksi terjun anak-anak kecil dari ketinggian 15 meter. Mereka akan terjun jika ada orang yang melemparkan uang di Sungai Gumawang.
Sekitar 3 km dari Lokawisata Baturraden terdapat Curug Gede. Tempat itu menjadi favorit anak-anak muda, terutama pada Sabtu dan Minggu. Bahkan, tempat itu sering dijadikan latar sesi pemotretan prewedding bagi warga di Purwokerto dan sekitarnya.
"Tempatnya memang mengasyikan. Karena meski panas matahari mencapai puncaknya, di Curug Gede tetap sejuk karena di sisi kanan dan kiri ditumbuhi pepohonan rindang," kata Finny Violina, mahasiswi Unsoed yang mengaku sering ke tempat itu.
Curug Gede memang belum dijadikan sebagai objek wisata resmi yang ditarik restribusi, sehingga para pengunjung yang datang hanya menyediakan uang parkir saja.
Yang telah digarap meski belum maksimal adalah Curug Ceheng yang terletak di Kecamatan Sumbang, Banyumas. Biaya retribusi yang dikenakan pada para pengunjung masuk sangat murah, hanya Rp 2.000 per orang sudah termasuk biaya parkir kendaraan.
Untuk sampai ke Curug Ceheng, mereka yang datang harus turun ke lembah dengan kedalaman sekitar 100 meter. Pengunjung harus melewati batu-batu yang telah tertata sebelum bisa menikmati curug itu. Setelah turun, ada tanah cukup lapang untuk menikmati indahnya air terjun.
Subscribe to:
Posts (Atom)
( GAPURA ) ONE FOR ALL, ALL FOR ONE
GABUNGAN PURNA STM/SMK YPT PURBALINGGA Sedikit berkeliling dan menoleh ke sekitar komunitas, kata-kata ini sering dimaknai dengan kekel...

-
( PITUTUR JOWO ) Ilmu iku angele yen durung ketemu , kamongko ketemune ilmu iku mowo laku, lakune ilmu iku manut ilmu opo kang disinau. Ma...
-
Suku Jawa dikenal sebagai suku dengan jumlah populasi terbanyak di seluruh Indonesia. Di manapun tempat di Nusantara, orang Jawa pasti sela...
-
BANJARNEGARA – Hujan lebat Selasa (7/6) sore hingga malam hari menjadi petaka bagi puluhan warga di Kecamatan Pandanar...