Gapura

Optimis Jalan Tembus Goa Lawa Selesai Desember.

lanjut-pembangunan-jalan-tembus-goa-lawa-berlanjut                                                                                                                          PURBALINGGA – Kontraktor yang melaksanakan sejumlah proyek yang didanai APBD murni dan perubahan 2016, optimis pekerjaan selesai tepat waktu. Meski hujan deras terus mengguyur hampir di seluruh wilayah Kabupaten Purbalingga selama beberapa hari terakhir. Hadi, pelaksanan proyek pembangunan jalan tembus Desa Tlahab Lor ke objek wisata Goa Lawa lewat Dusun Cumbut, Kecamatan Karangreja mengaku optimis proyek yang dikerjakan selesai tepat waktu. “Bahkan, saya memprediksi sebelum jatuh tempo waktu pengerjaan proyek selesai proyek sudah terselesaikan,” katanya. Menurutnya, selama ini progres penyelesaian proyek yang akan dijadikan jalur wisata ke objek wisata Goa Lawa selalu melebihi target. “Pekan depan, kami sudah melakukan pengecoran di bagian akhir pembuatan jalan. Jadi saya yakin awal Desember sudah selesai,” ujarnya. Dia mengakui, hujan yang mengguyur di sejumlah wilayah mempengaruhi penyelesaian kegiatan fisik. Namun hal itu bisa disiasati dengan memaksimalkan waktu pengerjaan. “Volume pekerjaan dan tenaga kerja kami maksimalkan. Jadi progres penyelesaian kegiatan bisa dikejar,” imbuhnya. Seperti diketahui, hujan deras berimbas terhadap penyelesain kegiatan fisik. Di musim penghujan saat ini, penyelesaian kegiatan fisik akan terganggu. Sebab pekerjaan proyek fisik terutama untuk pengecoran jalan, sangat tergantung dengan cuaca.

Kompleks Pasar Segamas Porak-Poranda Diterjang Angin Kencang.

                                                                                                                                                                                                                                              tumbang-pohon-besar-di-parkir-depan-pasar-segamas-roboh-senin-2111-bahkan-teralis-depan-lepas-karena-angin-kencang-amarullah-nurcahyoradarmas                                                                                                  PURBALINGGA – Hujan disertai angin kencang yang mengguyur wilayah Kabupaten Purbalingga pada Senin (21/11), membuat kompleks Pasar Segamas porak-poranda. Kerusakan terjadi di parkir depan dengan tumbangnya pohon peneduh, teralis bagian depan juga terlepas. Kepala UPT Pasar Segamas, Sunarto menuturkan, angin kencang terjadi sekitar pukul 14.30 yang membuat pohon tumbang dan menghantam pohon lain serta kabel listrik PLN. Angin juga merusak teralis depan yang terbuat dari galvalum. “Tak ada korban jiwa. Namun kerusakan pada teralis, beberapa atap bangunan pasar dan listrik, kami taksir menelan kerugian hingga puluhan juta. Kami masih inventarisir,” kata Sunarto, Senin (21/11). Hingga sore, aparat kepolisian Polres Purbalingga masih ikut membersihkan pohon yang melintang jalan keluar tempat parkir. Dibantu petugas kebersihan pasar dan tenaga kebersihan lainnya. Sunarto menuturkan, akan segera memperbaiki kerusakan pada atap bangunan dan teralis. Paling cepat pekan ini. “Di bagian samping dan belakang juga ada dahan pohon yang tumbang dan mengenai jalan. Kami sudah lapor ke BPBD untuk pembersihan, namun belum ditangani. Jadi karena dekat dengan Mapolres Purbalingga, maka anggota Dalmas yang ikut membantu memotong semua pohon yang tumbang,” tambahnya. Pihak pengelola pasar mengaku baru kali ini ada hujan dan angin yang membuat kerusakan paling parah. Meski begitu, tidak menganggu aktivitas perdagangan dan pengunjung pasar terbesar di Purbalingga. Meskipun beberapa area masih tergenang air. 

Penambahan Kantong Parkir Di Kawasan Candi Arjuna Dieng Dianggar Rp 5 M

dieng                                                                                                                                                                                                                      BANJARNEGARA- Kantong parkir di kawasan wisata dataran tinggi Dieng, dinilai belum mencukupi. Kondisi ini berakibat terjadinya kemacetan panjang saat ada acara besar di kawasan wisata tersebut. Beberapa kendaraan terpaksa parkir di tepi jalan. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Banjarnegara, Dwi Suryanto mengatakan, pihaknya telah menganggarkan penambahan kantong parkir di kawasan Candi Arjuna di APBD 2017 sebesar Rp 5 miliar. Jumlah tersebut termasuk untuk pembebasan lahan. “Kami masih melakukan komunikasi dengan pemilik tanah. Nanti untuk pembebasan lahan kami menunggu tim appraisal, kemudian dilakukan negosiasi,” kata dia, Senin (21/11). Sedangkan untuk lokasi penambahan kantong parkir yang baru nanti berada di kawasan Candi Arjuna atau sebelum Withlam. Sebab di kawasan itu kantong parkir sering tidak mencukupi. “Kantong parkir yang ada sekitar 1000 meter,” kata dia. Untuk luasan kantong parkir tersebut, diperkirakan 2000 meter. Namun dalam kantong parkir itu nanti tidak disediakan kios untuk penjualan. Di sana hanya ada fasilitas umum seperti MCK dan tempat ibadah yang selama ini dinilai masih minim. “Banyak wisatawan yang mengeluhkan kurangnya MCK. Makanya fasilitas umum itu harus ditambah. Sedangkan untuk keberadaan mushola yang ada saat ini terlalu kecil dan lokasinya tidak begitu terlihat,” ungkapnya. Untuk perawatan, Dinbudpar telah mengangkat lima Tenaga Harian Lepas (THL) untuk tenaga kebersihan. Selain menjaga kebersihan, mereka juga ditugaskan untuk memotong rumput di area itu. “Jadi dengan adanya lima tenaga kebersihan ini, harapan kami kawasan Candi Arjuna akan lebih terawat dan terjaga,” 

Tim Bissa Urug Jalan Lingkar Karangkobar Banjarnegara

budhi-sarwono-meninjau-langsung-pengurugan-jalan-lingkar-karangkobar-yang-rusak-parah                                                                                                                                                                  BANJARNEGARA – Masyarakat mengeluhkan jalan lingkar Karangkobar yang rusak parah. Permukaan aspal yang seharusnya mulus, terkelupas di banyak titik. Sehingga jalan menjadi bergelombang dan tidak nyaman dilalui. Padahal jalan tersebut sangat ramai. Terutama saat hari pasaran. Sehingga arus lalu-lintas menjadi macet. Calon Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono mengaku, menerima keluhan masyarakat terkait jalan lingkar Karangkobar tersebut. Budhi Sarwono pun menanyakan apakah status jalan lingkar tersebut. “Jawabannya bukan jalan kabupaten. Tapi jalan desa,” kata dia. Menerima keluhan masyarakat, dia terketuk hatinya. Keluhan ini kemudian dibahas dengan tim pemenangan Partai Golkar. “Segera kami buat program agar bisa segera melaksanakan aktion untuk mengatasi keluh kesah masyarakat,” ucapnya. Budhi Sarwono atau yang juga akrab dipanggil Wing Chin lalu mengirimkan lima unit tronton sekitar 110 meter kubik untuk mengangkut LPA (Lapis Pondasi Atas) berikut woles (slender). Atau dalam istilah di Bina Marga material dengan agregat kelas A. Setelah material dihamparkan, lalu dipadatkan dengan woles. Sisa material lalu dihamparkan di terminal sementara Karangkobar. Wing Chin datang langsung ke lokasi pengurugan jalan berlubang dengan agregat A ini, Selasa (11/10). “Saya komandoi sendiri bersama tim dari partai Golkar. Setelah kerja bakti pengurugan ini saya berharap saat hari pasaran yang akan datang tidak macet lagi,” kata dia. Wing Chin mengatakan pengurugan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu pemerintah. “Kalau pengaspalan harus melalui prosedur. Ini sifatnya darurat. agar pengguna jalan tidak terganggu,” lanjutnya.

Tim Ahli Geologi Bakal Cek Tanah Ambles Gunung Wuled Rembang Purbalingga

simulasi-warga-gunung-wuled-saat-mengikuti-simulasi-kebencanaan-tanah-longsor-baru-baru-ini-amarullah-nurcahyoradarmas                                                                                                                                                                  PURBALINGGA – Amblesnya tanah di beberapa titik di Desa Gunung Wuled, Kecamatan Rembang, membuat pemkab langsung turun tangan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga akan menurunkan tim ahli dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung (Badan Geologi). “Tim akan melihat secara ilmiah sebenarnya apa yang terjadi dan penyebab banyaknya tanah yang ambles,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga, Muhsoni. Kemungkinan sampel tanah di Dukuh Pentul Jurang dan Pentul Atas akan diambil. Kemudian diperiksa dan diteliti kondisi tanah di sana. Dari data awal yang diperoleh BPBD, tanah di wilayah tersebut memiliki struktur batuan muda. Namun mengenai kerawanan dan penyebab pastinya akan dilakukan penelitian. “Di beberapa wilayah di sana memang tanahnya labil, dan saat hujan terus-menerus rawan bencana tanah longsor. Sedangkan lainnya tanah bergerak. Kami turunkan ahli dari profesional agar didapatkan data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan,” tegasnya. Kades Gunung Wuled, Suwarno mengatakan, hampir di semua dusun memiliki kerawanan tinggi bencana tanah longsor. “Yang langganan terkena bencana di Dukuh Pentul, ada Pentul Jurang dan Pentul Atas serta beberapa pedukuhan lainnya. Kami hanya bisa melakukan langkah antisipasi dan pemahaman dini tentang kebencanaan. Beruntung warga dan kelompok masyarakat baru diberikan simulasi soal kebencanaan,” ujarnya. Seperti diberitakan, warga di RT 3 RW 5 Dusun 5 atau Dukuh Pentul Jurang, Desa Gunung Wuled dalam beberapa pekan terakhir tidak tenang. Pasalnya, tanah di wilayah tersebut yang anjlok sekitar 1 meter, membuat dinding, lantai dan beberapa bagian rumah retak-retak.

Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI)                                                                                                                                                         Merupakan satu-satunya museum perbankan yang ada di Indonesia yang terletak di pusat kota Purwokerto. Bank Rakyat Indonesia ini untuk pertama kalinya didirikan di Purwokerto oleh Raden Aria Wiratmadja dengan nama Hulp-En Spaarbank Der Inlandsche Bestuurs Amatenaren atau Bank Bantuan Priyayi Pribumi, pada tanggal 16 Desember 1895 yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Setelah mengalami beberapa penggantian nama yang antara lain Bank Koperasi, Tani dan Nelayan (BKTN) tahun 1960. Akhirnya pada tahun 1967 menjadi Bank Rakyat Indonesia. Museum Bank Rakyat Indonesia ini setiap harinya dibuka untuk umum kecuali hari Jum’at dan Sabtu ditutup untuk pemeliharaan dan kebersihan. Para pengunjung terutama rombongan dianjurkan untuk memberitahu terlebih dhulu mengenai waktu kunjungan dan pengunjung tanpa dipungut biaya retribusi.

Cowongan

Cowongan                                                                                                                                           Cowongan adalah bentuk ritual budaya pada jaman dahulu yang dilaksanakan dengan maksud mengundang hujan yang dilakukan masyarakat Banyumas terutama para petani yang mengalami kemarau panjang. Ritual Cowongan biasanya dilaksanakan pada akhir masa kapat (hitungan masa pada kalender jawa). Dalam pelaksanaannya Cowongan dilakukan pada hitungan ganjil misalnya 1 kali, 2 kali, 5 kali, dan 7 kali. Apabila sekali dilaksanakan Cowongan dalam 1 kali belum turun hujan maka akan dilaksakan dalam 3 kali dan seterusnya hingga tetrjadi hujan. Saat ini Cowongan selain sebagai prosesi ritual bagi masyarakat Banyumasan juga sering diselenggarakan sebagai seni pertunjukkan dan sebagai perlambangan hidup manusia dimana begitu sulit membedakan antara menusia dan iblis/setan.

Waduk Mrica Akan Dikeruk, Penambang Diarahkan Menambang di Waduk

waduk-mrica                                                                                                                                BANJARNEGARA – Sedimentasi Waduk Mrica memperpendek umur waduk. Sebab sedimentasi yang bertambah jutaan meter kubik setiap tahunnya mengurangi kemampuan waduk menampung air. Oleh karena itu, akan dilaksanakan revitalisasi untuk memulihkkan kondisi waduk. Sosialisasi mengenai hal ini akan dimulai Oktober dan November mendatang, sehingga kegiatan pengurasan sedimentasi waduk diharapkan bisa dimulai tahun 2017. Wabup Banjarnegara, Hadi Supeno mengatakan, ada dua opsi revitalisasi. Pertama dengan membuka pipa pembuangan sedimentasi. Kedua melibatkan pihak ketiga untuk mengangkat sedimentasi dari waduk. “Sudah dilakukan komunikasi dengan stake holder. Apakah sebaiknya dibuang langsung melalui lubang penggelontoran atau diangkat sedimennya,”jelasnya. Opsi pertama lebih cepat membuang sedimentasi. Namun akan merusak keanekaragaman hayati di bawah waduk. Dia tidak sependapat bila opsi pertama yang dipilih. Sedangkan opsi kedua membutuhkan rekanan dengan kemampuan yang benar-benar mumpuni. “2,6 juta meter kubik setahun dibagi 365 hari, bukan hal mudah. butuh infrastruktur yang besar,” kata dia. Namun mengangkat sedimentasi bisa mendatangkan nilai ekonomis, terutama sedimentasi berupa pasir dan batu yang sangat dibutuhkan untuk bahan bangunan. Menurut Hadi, opsi yang memungkinkan yakni dengan menggabungkan dua opsi. “Saya sarankan kombinasi.Sebab bisa mendatangkan nilai keekonomian dan masyarakat ikut menikmati,” tandasnya. Hal ini sekaligus bisa menjadi solusi penambang yang tidak berizin. “Mereka harus hidup. Caranya dengan digiring ke waduk. Pengambilan harus dimulai dari tubuh waduk. Kalau ini yang dilakukan hukum yang berlaku revatilasasi waduk. Bukan hukum pertambangan,”

Akhir Tahun Ini Pembangunan “New” Goa Jatijajar Selesai.

Pembangunan-Goa-Jatijajar-Capai-30-Persen                                                                                                                                      KEBUMEN – Pembangunan renovasi objek Wisata Goa Jatijajar kini sudah mencapai 30 persen. Ditargetkan renovasi yang dimulai Juli lalu, akan selesai pada Desembar mendatang. Ke depan, pintu masuk Goa Jatijajar dipindah melalui Goa Dempok. Pintu masuk yang digunakan saat ini justru akan dijadikan pintu keluar. Revitalisasi Goa Jatijajar yang bertujuan untuk meningkatkan minat pengunjung itu menggunakan dana APBD sebesar Rp 10 milyar. Adapun pembangunnnya meliputi pembuatan jalur baru yang berada di sebelah barat Goa Jatijajar. Pembangunan area parkir yang luas, pembanguan jalan di Goa Dempok dan lain sebagainya. Bakan kedepan wahana permainan anak-anak akan diperbanyak. “Jika sudah dipoles kemungkinan jumlah pengunjung akan meningkat. Sejak tahun 1975 renovasi bangunan di obyek wisata Goa Jatijajar nyaris tidak ada,” tutur Kepala UPT Obwis Goa Jatijajar, Darno di sela-sela memantau lokasi, Selasa (6/9). Pantauan Eskpres dilapangan, beberapa pekerja terlihat sibuk melaksankaan tugasnya, di depan area yang rencananya akan digunakan untuk pintu masuk terlihat beberapa alat berat. Jalan tembus yang digunakan untuk menghubungkan pintu masuk lama dan baru juga telah dibuat. “Nantinya sejak berada di parkiran pengunjung akan langsung melihat mulut goa,” papar Darno. Gua Jatijajar lanjutnya, merupakan sebuah goa yang terbentuk dari proses alamiah. Gua yang keseluruhannya terbentuk dari batuan kapur ini, memiliki panjang 250 meter. Ini jika diukur dari pintu masuk sampai keluar dengan lebar rata-rata 15 meter. Dalam sejarahnya, goa ini pertama ditemukan oleh salah seorang petani bernama Jaya menawi pada tahun 1802. Pada awalnya pintu gua tertutup oleh tanah, setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ditemukanlah pintu gua yang sekarang menjadi pintu masuk. Goa Jatijajar dibangun dan dikembangkan menjadi obyek wisata pada tahun 1975. Kala itu Kabupaten Kebumen berada dibawah kepemimpinan Bupati Supeno Suryodiprojo. Setelah Gua Jatijajar dibangun maka pengelolanya, dikelola oleh Pemda Kebumen.“Nantinya akan diberlakukan tiket elektronik (e-tiketing). Dengan adanya e-tiketing maka semua penjualan karcis akan terdokumentasi secara digital dalam sistem komputer,” ucapnya.

Belajar Sejarah di Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga

Pengunjung-Minim,-Jadi-Lahan-Parkir                                                                                                                                         PURBALINGGA – Meski sudah dioperasionalkan kembali sejak 2015 lalu, kunjungan wisatawan ke Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja masih belum maksimal. Pengunjung yang datang ke museum yang berada satu kompleks dengan Pendapa Dipokusumo, didominasi pelajar. “Kami bekerjasama dengan sekolah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum. Saat hari biasa memang minim pengunjung, baru banyak saat libur sekolah. Sejak direvitalisasi dan dibuka kembali lumayan sudah sekitar 3 ribu pengunjung yang datang,” jelas Kepala Seksi Sejarah dan Benda Purbakala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemoda dan Olahraga Kabupaten Purbalingga Rien Anggraeni SPd Diakui, sosialisasi masih sebatas di internal Kabupaten Purbalingga belum sampai luar daerah. “Untuk itu kami membutuhkan bantuan untuk mensosialisasikan bahwa museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja sudah dibuka lagi, setelah direvitalisasi menggunakan dana dari APBD Purbalingga dan APBD Provinsi Jawa Tengah,” katanya. Berbagai kegiatan sudah dilaksanakan untuk mengenalkan kembali museum yang sempat tidak operasional, karena transisi pengelolaan. Sebelumnya, museum menjadi satu dengan perpustakaan daerah. Namun setelah perpustakaan daerah pindah lokasi, museum tutup operasional. Dikatakan, untuk sementara pengunjung tidak dipungut retribusi. Sebab museum lebih mengarah ke pendidikan budaya dan sejarah bagi pelajar Purbalingga. Namun tidak menutup kemungkinan akan dikomersilkan, dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Purbalingga. Sebelumnya hampir setahun museum mangkrak. Dia berharap dengan dioperasionalkannya museum, masyarakat Purbalingga bisa lebih mengenal sejarah Kabupaten Purbalingga terutama di bidang budaya. Berdasarkan pantauan Radarmas, museum yang dibangun untuk mengenang Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja yakni warga Purbalingga yang telah mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sejak tahun 1921, terlihat lengang jika hari biasa, termasuk kemarin (23/8). Tak ada aktivitas apapun. Hanya ada beberapa orang yang menjadikan kompleks museum sebagai tempat beristirahat. Museum juga telah beralih fungsi sebagai lahan parkir PNS di lingkungan Setda Purbalingga, serta masyarakat sekitar yang mengunjungi kompleks Pendapa Dipokusumo.

Canyoning Meluncur Beralas Lumut dan Bebatuan di Baturraden.

Canyon                                                                                                                                          CUACA siang itu di Baturraden Adventure Forest (BAF), Baturaden, amat cerah. Meski begitu, bagi para penggiat olahraga canyoning di BAF, cuaca secerah itu belum menjamin Baturraden akan “steril” dari hujan. Buktinya, sehari sebelumnya, kawasan tersebut diguyur hujan deras sehingga mereka tidak bisa turun ke sungai. “Di sini curah hujannya cukup tinggi. Siang panas, tapi sorenya hujan lebat seperti kemarin (Kamis, Red). Kalau hujan seperti itu, kami tak berani turun ke sungai,” ujar Jalom Noor, salah seorang penggiat canyoning yang siang itu memandu pengunjung BAF menjajal olahraga “berbahaya” tapi mengasyikkan tersebut. Jawa Pos ikut dalam rombongan itu. Canyoning berasal dari kata canyon yang berarti ngarai, dua tebing terjal yang mengapit aliran sungai. Olahraga itu biasa dilakukan di hulu sungai yang cenderung sempit dan di antara bebatuan cadas yang berkelok-kelok. Di situlah letak daya tarik olahraga rekreasi tersebut. Mirip dengan arung jeram, namun tidak memakai perahu karet. Pemain berseluncur dengan memanfaatkan lumut yang menempel di bebatuan di pinggir-pinggir sungai. Setelah mengenakan pakaian dan peralatan khusus, antara lain helm, pelampung, serta peralatan standar panjat tebing seperti harness dan carabiner, kami turun ke Sungai Pelus Kulon. Itulah titik awal rute canyoning hari itu. Sungai bening tersebut tampak dangkal dihiasi batu-batu besar di kanan-kiri. Meski dangkal, arusnya cukup deras. Begitu semua selesai, kami mulai meluncur. Awalnya masih biasa-biasa saja. Namun, kesenangan baru dimulai ketika di depan ada arus sungai yang cukup deras dan turun. Mirip air terjun kecil. “Ayo, siapa yang mau sliding (meluncur) pertama?” ujar Kukuh Sukmana Hasan Surya (25), kawan Jalom, memandu kami dari atas bebatuan. Air terjun kecil di depan kami memang tidak begitu menakutkan. Tapi, batu-batu besar yang menjadi alas sekaligus dinding seluncuran olahraga tersebut sempat membuat peserta canyoning waswas. Sebab, kalau tidak berhati-hati dan kompak, tubuh kami bisa terbentur ke kanan dan ke kiri. Memang, pelampung dan harness yang melekat di bawah tubuh kami membuat alas batu tidak begitu terasa keras. Sebab, lumut tebal menjadi pelicin saat meluncur. Dan, byur, teriakan kegirangan pun terdengar. Saat itulah mereka baru menemukan kedalaman air yang mencapai 2 meter. “Wah, airnya dingin sekali di sini. Seger banget,” ungkap Bagus Anugrah Brilliana, peserta dari Jakarta. Setelah merasakan sensasi pertama, rombongan kembali mencari lokasi-lokasi canyoning yang lebih mendebarkan lainnya. Kami harus keluar masuk air untuk menyusuri sungai. Tak jarang, keberanian kami diuji untuk sliding ke jurang sedalam 2,5 meter. Peserta tampak berhati-hati menerima tantangan itu. Sebab, salah-salah, tubuh dan kepala bisa terbentur batu di dasar dan samping sungai. Adrenalin kami betul-betul dipertaruhkan saat Kukuh menyuruh rombongan melompat dari tebing setinggi 6 meter ke sungai. Tantangan tersebut cukup membuat kaki kami gemetar. “Ayo, lompat! Nggak ada cara lain. Kalau lewat samping, takutnya malah jatuh. Kan licin,” tegasnya. Kami benar-benar tidak bisa berbuat banyak, kecuali menerima tantangan tersebut. Dengan tekad dan arahan instruktur, satu per satu kami melompat ke sungai yang ternyata cukup dalam. Memang, di situlah menantangnya wisata sungai di Baturraden tersebut. Setelah melewati spot itu, perjalanan kami relatif enak. Selain sliding-nya pendek, kami melintasinya dengan berenang. Jalom mengakui, rute yang baru kami selesaikan itu didesain bagi mereka yang tidak mempunyai pengalaman di kegiatan alam. Tebing setinggi 6 meter yang harus kami lalui tersebut bukan apa-apa jika dibandingkan dengan rute-rute lainnya. “Ada rute yang melewati curug 20. Disebut begitu karena tingginya 20 meter,” jelasnya. Pukul 16.00, rombongan akhirnya tiba di Kedung Nila, Desa Karangsalam. Tempat itu menjadi tempat finis canyoning. Kami menempuh rute 2–3 km tersebut dalam waktu 2,5 jam! “Sebenarnya yang membuat lama itu bukan susur sungainya, tapi karena harus menunggu orang-orang lompat dan acara foto-foto tadi,” celetuk Jalom. 

Selfie Deck Curug Gomblang Jadi Favorit

selfie deck surug gomblang                                                                                                                                BANYUMAS – Banyumas terkenal dengan julukan kota seribu curug. Hal itu dibuktikan dengan banyak wisata curug yang ada. Bahkan saat ini banyak wisata curug yang menjadi viral di media sosial. Seperti halnya Curug Gomblang yang terletak di Dusun Windusari, Kecamatan Kedungbanteng. Sejak dua bulan terakhir mulai menjadi buah bibir di dunia maya. Ratusan pengunjung setiap hari memadati tempat wisata di lahan milik Perhutani tersebut. Selain tempatnya yang sejuk dan airnya yang jernih, di lokasi Curug Gomblang tersebut juga terdapat wahana baru yang cukup fenomenal khususnya bagi pecinta foto, yakni wahana Selfie Deck. Merupakan tempat berfoto yang terbuat dari papan yang menghadap ke Curug Gomblang. Menurut salah satu petugas Curug Gomblang, Amin Sapto Purnomo, jumlah pengunjung saat weekend mencapai 500-700 orang. Harga tiket masuk sebesar Rp 7 ribu yang digunakan sebagai tiket masuk Rp 5 ribu dan tiket parkir Rp 2 ribu. “Di sini yang paling ramai dikunjungi adalah selfie deck. Mereka kebanyakan ingin berfoto di lokasi itu. Saking ramainya, bahkan kami juga sampai membuat nomer antrean bagi pengunjung yang ingin berfoto,” katanya. Kepala Administratur Perhutani Banyumas Timur, Wawan Triwibowo mengatakan, Curug Gomblang merupakan wisata rintisan yang baru dibuka sejak 1 Juli 2016 lalu. Wisata tersebut dikembangkan bersama antara Perhutani dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Kalisalak dan Baseh. Tujuannya selain untuk mensinergikan antara masyarakat desa hutan dengan perum perhutani, juga untuk melakukan pemberdayaan bersama masyarakat. “Ini sebagai bukti bahwa sampai dengan tanggal 27 Agustus kemarin, selama dua bulan sudah ada pengunjung kurang lebih 21.797 pengunjung. Dan untuk khusus Bulan Juli, proporsi sharing yang di terima LMDH kemarin mencapai Rp 44 juta,” jelasnya. Dia menjelaskan, profit sharing yang dilakukan untuk pengelolaan Curug Gomblang tersebut, menggunakan proporsi 60% untuk masyarakat, dan 40% untuk perhutani. Selama dua bulan ini, lanjut dia, Curug Gomblang mampu menjadi sesuatu yang hit di dunia instagram maupun viral di media sosial lainnya. “Dan saya senang di dalam pengelolaan Curug Gomblang ini, sebagian besar masyarakat yang terlibat adalah masyarakat usia produktif. Pemuda yang tergabung dalam pokja wisata dari LMDH setempat. Saya ingin membuktikan bahwa pemuda-pemuda dapat berdaya guna dan memperoleh lapangan kerja di desanya sendiri,” ungkapnya. Salah satu pengunjung Curug Gomblang, Siti Sangadah mengaku sangat senang bisa berlibur ke wilayah Kecamatan Kedungbanteng ini. “Lokasinya alami, bersih. Jadi nggak mau pulang, pengin di sini aja,” kata dia. Namun demikian, perempuan cantik yang akrab disapa Adha itu berharap agar jalan menuju ke area curug tersebut bisa dilalui kendaraan sepeda motor lebih nyaman lagi. Sebab sejauh ini akses ke tempat wisata itu masih butuh perbaikan. “Sekarang kan jalannya masih tanah dilapisi bebatuan gitu. Bahaya juga kalau ada yang bannya bocor. Semoga bisa cepat dibuat jalan yang lebih enak lagi,” ujarnya.

Obyek Wisata Small World Purwokerto, Rekreasi Sekaligus Edukasi di Taman Miniatur Dunia.

Objek-wisata-baru-bertajuk-small-world-di-baturraden-diburu-pecandu-selfie-meski-dibuka-minggu-lalu-sudah-ratusan-pengunjung-datang-(2)                                                                                                                             PURWOKERTO – Satu lagi tempat yang asik untuk mengajak keluarga, saudara atau teman untuk berlibur di Baturraden. Small World Purwokerto. Terletak di Jalan Raya Ketenger, Baturraden, taman miniatur dunia ini cocok untuk berlibur sekaligus edukasi tentang bangunan-bangunan terkenal di dunia. Menurut General Affair Small World Purwokerto, Deni, ide dan gagasan pembangunan wisata edukasi itu dari owner, yakni Sri Banowati. Ide tersebut muncul sejak 15 tahun lalu, saat masih bekerja. Sehingga baru terlaksana sekarang ketika sudah pensiun. “Dulu saat beliau bekerja sering bepergian ke luar negeri. Jadi punya ide seperti ini. Sebelumnya mau dibikin di Pangandaran, dulu sudah sempat dibangun sebagian tapi baru kepikiran kenapa tidak bikin di Purwokerto saja. Sempat juga rencana di Kebumen, karena beliau asli Kebumen, tetapi sepertinya kurang peminatnya. Sampai akhirnya diputuskan dibuat di Purwoketo,” kata dia saat ditemui Radarmas, Jumat (26/8). Ia menjelaskan, konsep awal pembangunan wisata itu, selain untuk edukasi juga untuk mengenalkan kesenian-kesenian baik dunia dan daerah. “Saat grand opening pada 10 September nanti, rencana mau digelar festival Jepang selama dua hari. Selain itu, ke depan juga rencana mau bikin event mingguan, bulanan dan tahunan,” jelasnya. Meskipun belum diresmikan, kata Deni, wisata edukasi yang dibangun di tanah seluas 1,2 hektare itu mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat. Animo masyarakat baik dari desa setempat maupun luar desa terjadi sejak Hari Minggu (21/8) kemarin. “Animo masyarakat cukup tinggi, padahal masih ada beberapa fasilitas yang belum selesai dibangun seperti toilet dan bangunan lainnya. Rata-rata hari biasa sekitar 300 orang, weekend sampai hampir 500 orang. Awal dibuka, hari malam minggu kemarin kita gratiskan. Tetapi hari minggunya kita buka tiketing dengan harga promosi Rp 10 ribu. Nanti setelah pembukaan, hari biasa tiketnya Rp 15 ribu dan weekend Rp 20 ribu,” terangnya. Ia mengaku saat ini memang belum diresmikan, namun sejumlah sekolahan sudah banyak yang mengunjungi taman tersebut. Rencana ke depan, taman tersebut juga bakal diperluas dan ditambah sejumlah wahana lainnya. “Saat ini baru ada 18 miniatur. Rencana ke depan ada pengembangan seluas 4 hektar dan menambah miniatur menjadi sekitar 30,” tambahnya. Pasangan pengunjung, Fendi dan Rani mengaku alasan datang ketempat tersebut lantaran penasaran dengan informasi yang mereka dapat dari media sosial. “Penasaran saja karena juga tempat baru. Apalagi banyak yang sudah upload juga di Instagram,” katanya. Mereka juga membawa anak. Tujuannya untuk memberikan edukasi pada anaknya. “Buat mengenalkan kepada anak kita, bahwa miniatur-miniatur tersebut merupakan bangunan terkenal yang ada di dunia.

Jalan Tembus Gelora Goentoer Darjono Jadi “Jalan Mesra” dan Rawan Lakalantas.

Jadi--Jalan-Mesra-dan-Rawan-Lakalantas                                                                                                                     PURBALINGGA – Jalur lingkar berupa jalan tembus Gelora Goentoer Darjono kembali dikeluhkan. Selain sebagai tempat pacaran, jalur ini juga rawan kecelakaan. Apalagi jika malam hari, tepi jalan menjadi tempat kongkow. Setiyo, warga kelurahan yang berdekatan dengan jalan tembus itu mengatakan, setiap pulang kerja selalu mendapatkan pasangan tengah berduaan. Padahal lampu penerangan jalan sudah mencukupi bahkan banyak ruko dan kegiatan perdagangan. “Ada juga yang tengah minum minuman keras dan balap liar,” ujarnya. Jalan tembus saat pagi hingga siang hari ramai dilalui pengguna jalan, karena tembus ke Jalan Ahmad Yani maupun sebaliknya. “Saat malam ganti balap motor. Rambu peringatan juga minim, padahal jalan banyak dilalui karyawan pabrik yang ada di Jalan Ahmad Yani,” terangnya. Dwi, salah satu warga berharap ada patroli rutin di wilayah tersebut. “Tolong dilakukan patroli, jadi anggapan sebagai jalan mesra tidak ada lagi,” katanya. Berdasarkan pantauan Radarmas, kondisi jalan yang lebar dan mulus membuat pengguna jalan sering memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Padahal jalan yang bersebelahan dengan area persawahan, kadang licin saat sawah banjir. Tikungan yang sedikit menanjak dari arah GOR juga kerap memicu kendaraan bertabrakan maupun kecelakaan tunggal.

Realisasi Listrik 50 KK di Blawong Purbalingga Tertunda.

Realisasi-Listrik-50-KK-Blawong-Tertunda                                                                                                                     PURBALINGGA – Rencana Pemkab Purbalingga melalui Pemprov Jateng merealisasikan pemasangan penerangan jalan di jalur baru Ponjen- Karangjambu, belum bisa terwujud tahun ini. Hal itu berimbas pada realisasi listrik 50 rumah di Dukuh Blawong, Desa Ponjen, Kecamatan Karanganyar. Kabid Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) DPU Kabupaten Purbalingga Heru Budi H mengatakan, di Dukuh Blawong masih kesulitan untuk menyambung atau memasang aliran listrik PLN karena tidak ada tiang atau togor. Melalui bantuan APBD atau kegiatan APBD provinsi, akan dibuka akses listrik itu melalui program jaringan listrik perdesaan (lisdes). “Namun kemungkinan karrena adanya penundaan maupun pemangkasan anggaran, maka kegiatan di provinsi tertunda tahun ini,” kata Heru. Sebelumnya, pihaknya juga memiliki kegiatan lisdes dengan dana APBD Kabupaten Purbalingga. Yaitu penambahan togor baru dan lisdes di sejumlah wilayah. Seperti di Kecamatan Kejobong ada tiga desa, Kecamatan Pengadegan dua desa ditambah program penambahan jaringan di Bojongsari dan Kutasari. “Melalui APBD kabupaten tahun 2016 saat ini, program itu sudah masuk lelang,” tambahnya. Kepala Bappeda Purbalingga Setiadi mengatakan, saat ini kelanjutan pembangunan jalan tembus Ponjen- Karangjambu tinggal finishing. Sembari menunggu pemadatan jalan dan pengaspalan. “Jalan sudah jadi, hanya belum diaspal. Semua sudah terhubung dan jika semua rampung, maka akan diaspal dan memungkinkan adanya penerangan jalan,”

Bercengkerama di Bawah Ringdangnya Pohon Kampung Kurcaci

di depan rumah Kurcaci
                                                  PURBALINGGA  – Waktu tiga jam ternyata terasa singkat ketika berada di Kampung Kurcaci, Desa Wisata Serang, Karangreja, Purbalingga. Kampung itu berada di bawah rindangnya ratusan pohon damar yang tingginya puluhan meter. Setelah puas berfoto selfi di beberapa wahana yang cukup intagramer, serombongan wisatawan tampak berkumpul dan bercanda di salah satu sudut kampung itu.
Sembari bercanda tawa, rombongan wisatawan itu menanti makanan khas desa yang sudah dipesannya. Tak selang waktu lama, sejumlah pemandu yang rata-rata masih remaja dengan sigapnya menyuguhkan santapan makan siang yang tertata rapi dalam sebuah tampah. Menu yang disajikan semuanya khas desa, dan bahan-bahannya sebagian besar diperoleh disekitar halaman rumah warga.
makanan khas desa kampung kurcacimenikmati makanan khas desa di kampung KurcaciBukan nasi beras yang disajikan, tetapi nasi jagung. Sayur yang disajikan khas oseng daun renjeng, oseng welok, oseng tempe, kluban, mendoan dan peyek. Lauknya bukan ayam atau daging, tetapi ikan asing yang hangat. Masih ada mendoan hangat serta minuman sesuai pesanan seperti teh hangat atau kopi. Untuk minuman teh, daun teh-nyapun dipetik dari pekarangan sekitar rumah warga.
”Kami menyajikan makanan khas desa yang tidak dijumpai di kota. Jika rindu dengan masakan yang sederhana ini, silahkan datang ke Kampung Kurcaci,” tutur pengelola kampung Kurcaci, Edi Susanto, Kamis (25//8).
Soal harga, lanjut Edi, sangat terjangkau. Untuk satu tambah makanan yang dipesan seharga Rp 40 ribu. Makanan itu cukup kenyang untuk porsi tujuh orang. Jika ingin memesannya bisa mengontak terlebih dahulu melalui HP 085720010821 aatau ke 083863103566.  “Kami menganggap wisatawan yang datang sebagai sahabat yang harus disambut dengan rasa hangat, oleh karenanya, jika wisatawan yang membutuhkan makanan, bisa memesannya di di koperasi Kampung Kurcaci. Soal harga, kami tak mau membuat pengunjung kapok, semua harga persahabatan, ” tutur Edi.
Edi mengaku, Kampung Kurcaci tidak menawarkan wahana wisata seperti di lokasi daya tarik besar. Di Kampung Kurcaci, hanya rasa persahabatan dan kehangatan yang diberikan. Wisatawan bisa menikmati wahana yang ada seperti rumah pohon, gasebo yang bertebaran, permainan dolanan anak seperti egrang, Sunda Manda, benthik, permainan dakon dan rumah Kurcaci yang sering menjadi sasaran foto selfi. Ada pula wahana ain seperti curug Lawang, camping ground dan fasilitas perpustakaan Kurcaci. “Yang ingin tiduran di antara pepohonan juga dipersilahkan, kami menyediakan hamock secara gratis,” kata Edi.
Salah seorang wisatawan, Suci (28) mengungkapkan, dirinya sudah kali kedua datang ke Kampung Kurcaci. Rasanya ingin kembali lagi. Selain suasananya yang nyaman untuk bersantai, sambutan para pengelolanya juga sangat ramah. “Kami sangat kagum ternyata di kampung Kurcaci wisatawan diajak untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa Kromo, bahasa yang sudah mulai dilupakan anak-anak muda saat ini,” ujar Suci.
Wisatawan lainnya, Siswanto (45), mengaku merasakan ketenangan jiwa yang sangat ketika duduk bersantai dan menikmati rindangnya pohon damar. Siswanto mengaku betah untuk berlama-lama di Kampung Kurcaci. “Sajian menu makan juga menggugah selera. Ketika menikmati menu ini, serasa kangen keluarga di desa,” tuturnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, kampung Kurcaci memang menawarkan wahana wisata alternatif yang unik dan jarang dijumpai di tempat wisata lain di Jawa Tengah. Selain wisatawan bisa berpuas mengambil foto dari berbagai sudut, bisa juga mengenal dolanan anak jaman dulu dan sekaligus memainkannya.
“Dinbudparpora akan terus melakukan pembinaan, baik dari sisi sumberdaya manusia, manajemen pengelolaan, promosi dan dukungan sarana prasarana pendukung. Kami berharap, pengelola setiap beberapa bulan sekali, atau setahun sekali menambah wahana baru yang membuat wisatawan betah datang dan akan datang kembali,” ujar Subeno. (Tgr)
bermain egrang di kampung Kurcacimenikmati makanan khas desa di bawah rindangnya pohon kampung Kurcacitiduran di hamoc kampung Kurcaci

Potensi Wisata Gua Lawa Belum Digarap.

Gua-Lawa                                                                                                                                                                CILONGOK-Selain potensi tempat wisata Jenggul Kembang di Desa Panusupan Kecamatan Cilongok, potensi Gua Lawa saat ini juga belum digarap maksimal. Kepala desa Panusupan Imam Sangidun menjelaskan, pengembangan tempat wisata alam tersebut membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama masyarakat sekitar, pemerintah desa dan pihak terkait. “Kami sedang berjalan ke arah tersebut untuk mengembangkan beberapa lokasi seperti Jenggul Kembang dan Gua Lawa. Diantaranya dengan berkoordinasi lintas sektoral supaya potensi yang ada ini bisa dikelola dengan maksimal,” jelas Imam, Kamis (25/8). Untuk mencapai lokasi Gua Lawa, jelas Imam Sangidun, bisa diakses menggunakan sepeda motor dan mobil. Medan yang dilalui untuk mencapai goa yang berada di RT 06 RW 06 Desa PAnusupan itu juga tak sulit. Gua itu diperkirakan memiliki kedalaman lorong sekitar 15 meter dari arah pintu batu di sebelah Timur, dan sekitar 15 meter dari pintu sebelah barat. Gua masih tampak alami karena berhias bebatuan cadas yang bergaris. Menurut Imam, berdasarkan cerita turun temurun dari warga sekitar menyebutkan kalau gua tersebut berkaitan dengan Babad Kamandaka. Diyakini oleh warga, gua itu memiliki panjang yang luar biasa sampai menembus ke desa lain yang berada di sekitar gua. Tapi keyakinan masyarakat belum dibuktikan dengan penggalian maupun data yang akurat terkait panjang gua maupun cerita dibalik Gua Lawa. “Banyak yang menyakini kalau panjang Goa Lawa sampai ke Gandulekor, Kalirajut Desa Notog. Sedangkan sisi yang lain sampai ke sungai yang berada di sekitar goa yaitu sungai Tenggulun. Tapi apakah sepanjang itu, saya belum mengetahui secara pasti karena belum ada data yang menyebutkan hal itu. Tapi cerita di masyarakat menyakini kalau gua tersebut sangat panjang,” katanya. Kawasan Gua Lawa bersih dan terang. Masyarakat masih menguri-nguri dengan membersihkan dedaunan maupun sampah yang ada di dalam maupun di sekitar gua. “Ada beberapa warga sering membersihkan sekitar gua kalau memiliki hajatan. Buktinya, jalan menuju gua bersih. Cara masyarakat untuk merawat keberadaan gua yang sudah ratusan tahun tetap ada dan masih bertahan sampai sekarang,”pungkasnya.

Peluang Emas Optimalkan Potensi Gula Kristal Banyumas Untuk Penuhi Permintaan Pasar.

gula_jawa
Gula-Kristal-atau-Gula-Semut                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  BANYUMAS-Potensi gula kristal di Kecamatan Cilongok belum dioptimalkan secara maksimal oleh 6.033 penderes gula. Pasalnya, dengan hasil produksi gula jawa mencapai 9 ton per hari hanya sekitar 100 kg yang diproduksi menjadi gula kristal. Kepala BKAD Cilongok, Waryoko menjelaskan, dengan jumlah produksi 100 kg per hari masih belum cukup untuk memenuhi permintaan gula kristal baik untuk pasar dalam negeri dan ekspor yang mencapai 10 ton per bulan. Untuk itu, pihaknya terus mendorong petani penderes bisa memanfaatkan kesempatan tersebut karena harga gula semut stabil. “Ini kesempatan bagi penderes untuk bisa beralih menjadikan gula jawa menjadi gula kristal. Selain itu, pemasarannya juga sangat menjanjikan, seperti di Desa Sudimara sudah ada perusahaan yang siap menampung hasil gula kristal petani, tentunya sudah bersertifikasi,” jelas Waryoko. Terkait kondisi tersebut, lanjut Waryoko, ada solusi bagi penderes yang selama ini menjadi aktor penting dengan produksi dan permintaan gula merah serta kristal di pasar dalam maupun luar negeri. “Ini yang terus kami sosialisasikan dan dorong kepada petani supaya bisa memanfaatkan peluang tersebut. Karena sudah banyak bukti terkait petani penderes yang beralih memproduksi gula kristal,”jelasnya. Di Karanglewas, meningkatnya permintaan pasar ekspor gula semut ke luar negeri sampai 11 ton per bulan, ternyata belum terpenuhi oleh petani dan suplaier yang ada di wilayah Banyumas. Pasalnya, jumlah produksi per bulan suplaier hanya bisa mengirim 4 ton per bulan. Salah satu suplaier eksportir gula semut atau kristal organik di Kecamatan Karanglewas, Lukman Wibisono SE menuturkan, permintaan ekspor komoditas gula semut atau kristal organik ke pasar Asia dan Eropa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan permintaan tersebut yang mencapai 11 ton per bulan belum bisa diimbangi oleh jumlah produksi ditingkat petani. Sementara ditingkat suplier juga belum bisa memenuhi permintaan tersebut. “Untuk ditingkat suplier saja yang menampung barang dari petani belum bisa mencukupi atau memenuhi kuota 11 ton per hari, apalagi ditingkat petani. Sehingga permintaan meningkat membuat kami kewalahan dengan memenuhi sisa 7 ton belum bisa kami penuhi,”jelas Lukman. Berbagai upaya untuk bisa memenuhi kuota, lanjut Lukman, ia bersama koperasi terus mensosialisasikan peluang tersebut. Menurutnya,petani penderes masih enggan untuk beralih memproduksi gula semut.

Satu Lagi Spot Selfie Kece di Purbalingga: Puncak Sendaren

Puncak Sendaren                                                                                                                   Mungkin, untuk urusan destinasi wisata nama Purbalingga tak begitu populer. Letaknya yang cukup terpencil serta media promosi yang kurang adalah alasan lain mengapa Purbalingga kurang didengar oleh para wisatawan. Selain itu, banyak wisatawan yang berdomisili di Jawa Tengah lebih sering mengeksplore Jogja, Semarang dan Wonosobo. Untuk itu, Ngadem.com kembali mengenalkan tempat wisata baru di Purbalingga dengan harapan kota yang memiliki panorama alam memukau ini bisa lebih dikenal luas.
Nah, beberapa waktu belakangan, di Dusun Karang Gedang, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga berdiri sebuah spot selfie yang membuat Purbalingga kian dikenal. Namanya adalah Puncak Sendaren. Tercatat, dalam satu hari Puncak Sendaren pernah dikunjungi 1000 lebih wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Keunikan serta tempatnya yang sedikit berbeda dari wisata sejenis, adalah alasan mengapa Puncak Sendaren ramai pengujung
Hal asyik yang bisa kamu lakukan di Puncak Sendaren adalah foto-foto, karena memang spot ini sengaja didesain sedemikaian rupa agar terlihat cantik saat dibidik kamera. Selain itu, kamu juga bisa melihat indahnya kota Purbalingga serta rumah-rumah yang tampak seperti miniatur. Bahkan, kamu juga bisa menyentuh awan! Lokasi Puncak Sandaren berada di ketinggian 682Mdpl dengan hawa dingin yang cukup membuat lelahmu luntur satu-satu. Bila kamu ingin ke sini, ajaklah teman atau kekasih. Jangan datang sendiri ya, biar kamu nggak bingung, hehe…
Selama rute perjalanan ke Puncak Sandaren, kamu akan melewati beberapa pos penjagaan. Setelah tiba di pos utama, kamu harus melanjutkan perjalanan menuju jembatan dengan berjalan kaki. Aksesnya terbilang mudah, kamu tidak akan menemui jalan terjal dan licin. Untuk harga tiket masuk Puncak Sendaren dipatok sebesar Rp. 5.000/orang dan parkir Rp. 2.000/motor. Cukup murah ya?

Goa Misterius dan Curug Ilang di Desa Serang Kecamatan Karangreja Diyakini Tembus Goa Lawa Siwarak

Curug-Ilang-Purbalingga                                                                                                           Jarang yang Berani Masuk Kekayaan alam Desa Serang berlimpah. Selain kebun buah stroberi dan sayuran, Desa Serang ternyata memiliki goa dan curug. Bahkan goa yang terkenal dengan nama Tunggul Jati masih misterius karena belum ada yang menggarap. Sedangkan curug ilang sangat eksotik. Anehnya sudah empat tahun ini ada satu keluarga yang menempati goa misterius itu. AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga MASIH “PERAWAN” : Goa Tunggul Jati dan curug Ilang yang belum disentuh pembenahan pemerintah. (AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS) Menyusuri jalan sempit dan sedikit terjal, kaki mulai terasa pegal. Namun begitu masuk ke hutan Desa Serang, nampak sebuah goa yang dingin dan di sisi lainnya ada curug. Ya, itulah goa misterius bernama Tunggul Jati dan Curug Ilang. Jarak tempuh dari jalan raya Serang kurang dari 5 kilometer. Menuruni tebing dan jalan setapak buatan warga, baru bisa sampai di mulut goa alam itu. Hanya saja jika kondisi hujan, sangat berpotensi bahaya. Pasalnya, genangan air masih bisa masuk melalui aliran curug yang ada di sebelah atasnya. “Dalam goa juga masih dihuni banyak kelelawar. Jika dipancing dengan asap, kelelawar bakal keluar seperti di Goa Lawa,” kata Suswono, warga setempat. Nyaris tak ada kehidupan layaknya tempat wisata di lokasi itu. Baru jalan serta pegangan dari bambu buatan warga. Goa yang sempit dan saat masuk harus jongkok, hanya bisa dilihat dari depan dan belum ada yang melakukan penelusuran untuk mengetahui jejak sebenarnya. Beredar kabar jika goa itu justru tembus ke goa lawa di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja. Yang mengherankan lagi, ada satu keluarga kecil dengan kepala keluarga laki- laki bernama Mbah Blonong (50) yang menempati goa itu. Namun Radarmas tidak bisa mewawancarai keluarga itu karena sedang berada di lain tempat dan hanya menemukan bekas makanan. Mbah Blonong yang disebut-sebut orang asli Desa Serang dan istri serta satu anak perempuannya asli Kudus, sudah lebih dari 4 tahun menetap di goa pengap itu. Bahkan Mbah Blonong diduga sebagai penemu goa misterius itu. Kepala Desa Serang Sugito mengakui, belum ada langkah pemerintah desa membenahi, namun sudah dilaporkan kepada Dinbudparpora. Saat ini kondisinya masih sebatas bisa dilihat dan dilalui manusia. Namun untuk masuk ke dalam belum banyak yang mencobanya. Ia menambahkan, jalan kecil di depan goa mengarah ke Curug Ilang. Curug itupun sangat eksotik dan patut menjadi daya tarik wisata di Serang. Ketinggian yang sedang serta aliran air terjun yang putih, menambah daya tarik alami. Terkait warganya yang tinggal di goa tersebut, Sugito mengaku sudah berupaya membujuk agar tinggal di wilayah Desa Serang. Namun Mbah Blonong yang saat ini dikabarkan sedang pergi keluar daerah tetap bersikukuh menempati goa misterius itu.

Waspada! Bahu Jalan Ambrol di Jalur Utama Kalikajar-Kembaran Wetan Purbalingga

Bahu-Jalan-Ambrol                                                                                                               PURBALINGGA – Arus lalu lintas di jalan raya Kalikajar-Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang, sejak Minggu (21/8) malam semrawut dan tersendat. Pasalnya, pekerjaan perbaikan jalan mengakibatkan bahu jalan ambrol di sisi Selatan dengan kedalaman lebih dari 5 meter. Ahmad Fakhrudin, warga Kembaran Wetan mengatakan, bahu jalan ambrol karena bagian bawah sedang digali. Proyek pelebaran jalan yang sudah berjalan beberapa hari, membuat kondisi jalan banyak timbunan material ditambah ambrolnya bahu jalan. BAHAYA : Bahu jalan yang ambrol dan hanya ada pengaman dari drum bekas.(AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS) “Kami berharap segera dilakukan penanganan. Saat ini dekat bahu jalan yang ambrol hanya dipasangi drum bekas. Kendaraan besar juga tak berani melintas. Ini jalur utama maka pekerjaan harus cepat diselesaikan,” katanya. Warga dan pekerja proyek harus ekstra keras mengatur lalu lintas di ruas jalan utama sampai Kecamatan Rembang dan Kejobong. Arus lalu lintas tersendat dan semrawut, terutama terjadi saat jam berangkat dan pulang kerja. Salah satu pengguna jalan Diana, warga Pengadegan yang setiap pulang kerja melalui jalan tersebut mengeluhkan rusaknya bahu jalan. Menurutnya, seharusnya pekerja tidak asal menggali. Beberapa tahun lalu, di titik yang sama terjadi longsor yang menyebabkan pengaman jalan ambrol. Kondisi tanah yang dekat persawahan dan sungai membuat mudah amblas. Kapolsek Kaligondang AKP SS Udiono mengatakan, sejak semalam arus kendaraan berat sudah dialihkan melalui Desa Slinga dan dari arah Purbalingga dialihkan melalui Desa Sempor. “Kami melakukan rekayasa lalu lintas. Pipa PDAM yang terputus juga dilembur untuk diperbaiki dan hari ini (kemarin, red) kembali lancar. Penunjuk arah pengalihan lalu lintas juga sudah kita pasang,” jelasnya

Alumni STM YPT Diajak Peduli Purbalingga

PURBALINGGA (BanyumasNews.Com) – Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto mengajak alumni Sekolah Tehnik Menengan Yayasan Pendidikan Tehnologi (STM YPT) Purbalingga yang telah sukses untuk terus meningkatkan kepeduliannya terhadap Purbalingga. 
Data yang diperoleh Bupati, hingga saat ini sedikitnya ada 15.000 alumni yang sukses dan tersebar tidak hanya di wilayah Indonesia bahkan di manca negara. Menurut Bupati, potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu Purbalingga dalam membangun masyarakat yang mandiri, berdaya saing dan berakhlak mulia.
“Jika satu alumni bisa menarik 2 saja tenaga kerja warga Purbalingga, maka akan ada 30 ribu orang yang mendapat pekerjaan. Jika satu alumni menarik 4 orang jadi ada 60 ribu warga yang tersalurkan. Artinya persoalan pengangguran di Purbalingga akan cepat teratasi,” ungkap Bupati Sukento Rido Marhaendrianto, dihadapan ribuan alumni dalam kegiatan Reuni Akbar dan Silarutahmi Keluarga Besar YPT Purbalingga, di komplek Perguruan STM YPT Purbalingga, Sabtu (2/8).
Selain Bupati, Reuni Akbar “YPT Golden Unniversary 50th” juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Wakil Bupati Tasdi, jajaran Dinas dan tokoh Pendidikan Purbalingga, para mantan guru dan pengurus yayasan serta ribuan alumni tahun 1964 – 2011.
Menurut Sukento, selain dibidang tenaga kerja, alumni YPT juga memiliki potensi sangat besar dalam bidang sosial. Hal itu jika sebagian besar alumni YPT dapat menyalurkan zakat infak sodaqoh (ZIS) untuk masyarakat Purbalingga. Kepedulian itu telah ditunjukan oleh sejumlah paguyuban warga Purbalingga di perantauan.
“Jika lulusan YPT memberikan zakat satu orang satu juta rupiah saja, maka dapat membantu masyarakat dimana saat ini masih ada 200-an ribu warga berkategori miskin,” harapnya.
Sementara, Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko berpesan agar keberadaan STM YPT tetap konsisten menjadi sekolah rakyat. Dimana sejak berdiri hingga sekarang, STM YPT menjadi sekolah yang banyak menampung anak-anak Purbalingga dari rakyat biasa. Meski menjadi sekolah swasta berbiaya murah, tapi tetap mampu menjaga kualitas lulusannya.
“Murah bukan berarti murahan. Tetapi juga berkualitas bagus. Saya tahu, banyak alumni yang tersebar hingga mancanegara, berani menatap masa depan dengan prinsip kemandirian. Ini dapat diartikan kualitas lulusannya mampu bersaing dengan dunia kerja,” katanya.
Wagub berharap, keberadaan sekolah kejuruan seperti YPT ini, dapat memberikan bekal kepada generasi muda dengan ilmu dan akhlak yang berkualitas. Sehingga lulusannya tidak mudah silau dengan materi, dan melupakan kemurnian hidup yang sedungguhnya.
Dihibur Koes Plus Jiwa Nusantara3                                                                                                         “Harapan ini tentu bukan hanya untuk STM YPT saja, tetapi untuk keseluruhan sekolah di Jawa Tengah. Termasuk para orang tua dan guru,” tandasnya.
Ketua YPT, Trisnanto Srihutomo menuturkan, diadakannya reuni akbar dimaksudkan sebagai wahana penelusuran tamatan yang sangat berguna bagi sekolah, wahana pemasaran tamatan yang dibutuhkan oleh Bursa Kerja Khusus (BKK) serta untuk meningkatkan kualitas alumni.
“Dalam acara ini kami juga melakukan evaluasi kesesuaian belajar mengajar dengan kebutuhan pasar. Sekaligus menerima masukan atau usul dan saran guna meningkatkan kualitas lulusan,” jelasnya.
Untuk mendukung tujuan tersebut, juga telah dikukuhkan Pengurus Pusat Keluarga Besar Alumni YPT (KBA-YPT) periode 2014 – 2019 yang berkedudukan di Purbalingga. KBA inilah yang nantinya menjadi jembatan penghubung antara alumni dengan pihak yayasan atau sekolah.
Kemeriahan reuni akbar, didukung sejumlah pengisi hiburan seperti tampilnya Band The Poci dengan personil para alumnus STM YPT, sejumlah tarian, organ tunggal dan penampilan Band ala Koes Plus “Jiwa Nusantara” Purbalingga.
Kehadiran para alumni disuguhi berbagai kuliner tradisional, seperti sroto, bakso, mendoan, siomay, sayur pecel dan aneka minuman.

TNI Bangun Jembatan Gantung, Akses Grumbul Jomblang Tidak Lagi Terisolir.

Akses-Grumbul-Jomblang-Terbuka                                                                                                                             PURBALINGGA – Keinginan warga Grumbul Jomblang, Dukuh Mlayang, Desa Sidaerja, Kecamatan Kaligondang untuk memiliki jembatan yang menjadi jalur penghubung Sungai Gintung bakal terealisasi. Dalam waktu akan dibangun jembatan gantung oleh TNI. Hal itu diungkapkan Kepala Desa Tri Hadi Wardoyo yang ditemui disela-sela acara Gebrak Gotong Royong di Dukuh Mlayang, kemarin (19/8). “Sudah ada tim dari TNI, yakni dari Korem (Resor Militer (Korem) 071 Wijayakusuma, red). Mereka sudah menggambar jembatan yang akan dibangun. Jadi tinggal dibangun saja jembatannya,” katanya. Dia mengungkapkan, tidak mengatahui kapan jembatan akan dibangun. “Fokus kami saat ini membangun akes jalan yang menghubungkan permukiman warga di Dukuh Mlayang, dengan calon lokasi jembatan gantung yang akan dibangun oleh TNI,” ujarnya. Menurutnya, warga sangat antusias dengan rencana pembangunan jembatan gantung oleh TNI. Selama ini Grumbul Jomblang terisolir dari wilayah lainya di Desa Sidareja. “Untuk menuju ke wilayah desa lain, warga harus menyeberang sungai (Sungai Gintung). Itu pun dengan syarat tidak banjir. Kalau banjir warga harus memutar puluhan kilometer melewati wilayah Kecamatan Karangmoncol dan Rembang,” tuturnya. Selama ini, Grumbul Jomblang lebih dekat posisinya dengan Dukuh Kaliputih, Desa Karangsari, Kecamatan Karangmoncol. Namun warga memilih tetap bergabung dengan Desa Sidareja, karena aspek historis warga. Serta banyaknya tanah bengkok Desa Sidareja yang terdapat di grumbul yang terdapat 1.321 warga. Akhir tahun lalu, Grumbul Jomblang sempat menjadi pemberitaan berbagai media. Sebab warga harus bertaruh nyawa untuk menggunakan hak pilihnya pada Pilkada, 9 Desember lalu. Mereka harus menyeberangi Sungai Gintung menggunakan perahu karet, serta jalan kaki di tepian sungai sejauh 800 meter lebih, sebelum mencoblos di TPS.

September, Jembatan Apung Pertama di Indonesia Mulai Ditarik Ke Lokasi Ujung Alang Kampung Laut Cilacap

September,-Jembatan-Apung-Ditarik-ke-Lokasi                                                                                                                                    CILACAP-Jembatan Apung pertama di Indonesia yang akan dibangun di Kampung laut akan segera terealisasi. Pasalnya Jembatan yang akan menghubungkan desa klaces dengan desa Ujung Alang saat ini masih dalam proses perakitan di Majingklak. Camat Kampung laut, Nurindra Wahyu Wibawa mengatakan kampung laut mendapatkan jempatan apung pertama di Indonesia. “Kita mendapatkan jembatan apung pertama di Indonesia yang menghubungkan desa Ujung Alang dan desa Klaces”, kata Nurindra. Saat ini, jembatan apung tersebut sedang dirakit di Majingklak dan rencananya September akan ditarik menuju ke Ujung Alang. Dia menuturkan, dengan adanya jembatan apung, maka siswa di kawasan itu akan sangat terbantu. “Dengan adanya jembatan apung otomatis akses ke tempat sekolah lebih mudah”, katanya. Dia mengatakan, ada sebuah Sekolah Dasar (SD) yang terpisah. Hal ini dikarenakan para orang tua khawatir anaknya menaiki perahu karena usianya masih kecil. Dikatakan dia, ada satu SD di Ujung Alang kelas 1 sampai 3 terpisah dengan induknya. Kelas 1 sampai 3 di Lempong Pucung sedang kelas 4 sampai 6 di Dusun Montean desa Ujung Alang. “Sekolah dipisah karena masih kecil dan nggak mungkin mereka naik perahu sampai ke Montean”, ujar Nurindra. Dia menambahkan dengan adanya jembatan apung mereka bisa berjalan kaki menuju sekolah meskipun cukup jauh. “Kalau ada jembatan ini mereka bisa jalan kaki meskipun agak jauh tapi mereka lebih aman”,

Ratusan Miliar Aset Pemkab Banjarnegara Bakal Ditarik Sumber:

Ratusan-Miliar-Aset-Pemkab-Bakal-Ditarik                                                                                                                       BANJARNEGARA – Simpang-siur perihal pembatalan pelimpahan asset ke pemerintah provinsi Jawa Tengah tidak dianggap serius oleh Pemkab Banjarnegara. Hingga saat ini, Pemkab telah merampungkan pendataan semua asset dan pegawai di dalamnya. Berdasarkan pendataan, sedikitnya Rp 300 miliar asset Pemkab akan diserahkan ke Pemprov Jateng. Pelimpahan aset ini merupakan konsekuensi dari penarikan kewenangan beberapa urusan kabupaten ke provinsi. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Banjarnegara, Noor Tamami menyebutkan, pendataan aset yang akan dilimpahkan ke provinsi telah selesai dilakukan. Aset pendidikan di Kabupaten Banjarnegara yang akan diserahkan antara lain 13 unit gedung SMA dan 25 SMK. “Semua persiapan, pendataan telah selesai dilakukan. Kami tinggal menunggu keputusan saja,” ujarnya, kemarin. Menurut dia, kabar adanya pembatalan penarikan kewenangan SMA/SMK ke provinsi sejauh ini masih belum jelas. Namun, Dindikpora tetap akan mendukung baik dilimpahkan ke Pemprov maupun jika nantinya dibatalkan. “Ditarik atau tidak ditarik ke provinsi itu kan hanya kewenangannya saja, tapi semuanya tetap untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat,” tegasnya. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Banjarnegara, Indarto menjelaskan, sesuai Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, ada beberapa kewenangan kabupaten yang ditarik ke provinsi. “Selain kewenangan, juga pegawai dan asetnya juga ikut ditarik ke provinsi,” ungkapnya. Indarto mengaku telah menyelesaikan inventarisasi aset yang akan ditarik ke provinsi. Berdasarkan nilai yang telah dihitung, total aset yang akan dilimpahkan mencapai Rp 300 miliar. Aset tersebut meliputi bangunan, tanah, perlengkapan kantor dan lainnya. “Rincian aset yang akan ditarik ke provinsi antara lain pendidikan menengah atas (SMA/SMK), pertambangan, terminal tipe B, pengawas ketenagakerjaan, pertanahan dan kehutanan,” paparnya. Dia menambahkan, saat ini, dokumen aset tersebut juga telah diklarifikasi oleh Komisi 1 DPRD Jawa Tengah. Saat ini tinggal menunggu pelimpahan kewenangan, pegawai dan aset yang direncanakan Oktober mendatang. “Intinya, semua persiapan, mulai dari pendataan sudah selesai semuanya. Kami tinggal penyerahan saja,” tambahnya.

Curug-curug Indah Pelepas Galau di Banyumas

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             Bagi penyuka wisata alam, Anda patut datang ke Banyumas, Jawa Tengah. Kabupaten yang terkenal dengan logat bicara yang khas itu memiliki ratusan air terjun yang menakjubkan. Warga setempat menyebut air terjun sebagai curug.

Selain Cipendok yang terkenal dengan Legenda Dewi Intannya, ada beberapa curug lain yang cukup terkenal dan dijadikan objek wisata. Di antaranya yakni Curug Ceheng, Gede, Gumawang, Ciangin, Belot, Pete, Naga, Bayan, dan Curug Penganten.

Dinamai Curug Pete karena di sekeliling curug banyak pohon petai. Sedangkan, nama Curug Naga didapat dari bentuknya seperti naga. Sementara, Curug Penganten atau Pengantin dinamai karena curug itu mempunyai dua air terjun yang kembar. Tinggi air terjun sama, lebarnya sama, dan debit airnya pun hampir sama.

"Untuk mencapai Curug Penganten, dibutuhkan perjuangan keras. Letaknya yang sangat tersembunyi, masih di dalam hutan alamai yang jarang dikunjungi manusia," kata aktivis lingkungan Komunitas Peduli Slamet, Dani Armanto, Selasa, 17 Mei 2016.

Untuk mencapai Curug Penganten, harus menembus sungai yang mengalir melalui gua yang sempit dan gelap. Belum lagi binatang melata seperti ular yang banyak dijumpai di sekitar sunDani menyebutkan di sabuk Slamet banyak terdapat curug yang masih perawan. Curug bisa dijadikan indikator lingkungan, apakah daerah sekitarnya merupakan daerah tangkapan yang baik atau sudah rusak.

Bagi pecinta alam di wilayah Purwokerto dan Banyumas, air terjun sering dijadikan target sebagai bagian dari latihan navigasi gunung hutan. Biasanya, mereka melakukannya dengan membaca peta topografi. Kemudian, secara bersama-sama mencari titik koordinat yang dicurigai sebagai air terjun.

Sebuah air terjun akan terlihat di peta topografi ketika ada kontur-kontur berbentuk V yang rapat dan ada garis putusnya. Kontur V adalah punggungan dan garis putus adalah sungai.

"Kalau ada punggungan dengan panjang 100 meter, lalu ada daerah curam dengan tinggi 50 meter, biasanya itu curug," kata penggiat lingkungan dan pecinta alam Purwokerto, Prastowo Harso Utomo.


Prastowo menyatakan menjadi kelaziman bagi pecinta alam, khususnya yang sering bermain di sabuk Gunung Slamet, mencari air terjun yang masih perawan. Ia bersama rekan sesama pecinta alam seringkali menemukan curug atau air terjun yang cukup jauh masuk ke hutan.

"Saya yakin, pemerintah pun belum pernah melakukan survei sampai daerah itu, karena air terjunnya terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan jarak dari desa terakhir sebelum hutan sekitar satu jam perjalanan," kata Prastowo.

Air terjun yang masih benar-benar perawan itu memang cukup sulit dijangkau. Tetapi, ia menyebutkan banyak pula air terjun yang bisa dinikmati lebih mudah karena lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Di antaranya, Curug Gede dan Curug Gumawang yang terletak di Baturraden, Curug Cipendok di Cilongok dan Curug Ceheng di Sumbang.

Sebagai tempat wisata andalan Baturraden, Curug Gumawang sangat akrab bagi para pelancong. Tempat itu seringkali dijadikan tempat atraksi terjun anak-anak kecil dari ketinggian 15 meter. Mereka akan terjun jika ada orang yang melemparkan uang di Sungai Gumawang.

Sekitar 3 km dari Lokawisata Baturraden terdapat Curug Gede. Tempat itu menjadi favorit anak-anak muda, terutama pada Sabtu dan Minggu. Bahkan, tempat itu sering dijadikan latar sesi pemotretan prewedding bagi warga di Purwokerto dan sekitarnya.

"Tempatnya memang mengasyikan. Karena meski panas matahari mencapai puncaknya, di Curug Gede tetap sejuk karena di sisi kanan dan kiri ditumbuhi pepohonan rindang," kata Finny Violina, mahasiswi Unsoed yang mengaku sering ke tempat itu.

Curug Gede memang belum dijadikan sebagai objek wisata resmi yang ditarik restribusi, sehingga para pengunjung yang datang hanya menyediakan uang parkir saja.

Yang telah digarap meski belum maksimal adalah Curug Ceheng yang terletak di Kecamatan Sumbang, Banyumas. Biaya retribusi yang dikenakan pada para pengunjung masuk sangat murah, hanya Rp 2.000 per orang sudah termasuk biaya parkir kendaraan.

Untuk sampai ke Curug Ceheng, mereka yang datang harus turun ke lembah dengan kedalaman sekitar 100 meter. Pengunjung harus melewati batu-batu yang telah tertata sebelum bisa menikmati curug itu. Setelah turun, ada tanah cukup lapang untuk menikmati indahnya air terjun.

( GAPURA ) ONE FOR ALL, ALL FOR ONE

GABUNGAN PURNA STM/SMK YPT PURBALINGGA Sedikit berkeliling dan menoleh ke sekitar komunitas, kata-kata ini sering dimaknai dengan kekel...