Gapura

Film Bertema Eks Tapol, Dominasi Penghargaan Festival Film Purbalingga 2016

Pemutaran Film Pulau Buru Tanah Air Beta Didemo Massa, Lalu Dihentikan                                            PURBALINGGA – Sempat diganggu intimidasi dari sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas), rangkaian Festival Film Purbalingga (FFP) 2016, akhirnya mencapai babak puncak. Sabtu (28/5) malam lalu, FFP 2016 menggelar malam penghargaan di GOR Mahesa Jenar Purbalingga.
Hasilnya, untuk tahun ini, film-film pelajar bertema korban ’65, berhasil mendominasi penghargaan FFP 2016. Film-film yang diproduksi pelajar SMA Negeri Rembang Purbalingga itu menggondol tiga kategori sekaligus.
Yakni, film berjudul Izinkan Saya Menikahinya, sutradara Raeza Raenaldy Sutrimo berhasil menjadi Film Fiksi SMA Terbaik sekaligus Film Fiksi SMA Favorit Penonton. Film berdurasi 10 menit ini mampu menyisihkan lima film lainnya.
Sutradara fim tersebut, Raeza mengatakan, dia bersyukur mampu menjadi yang terbaik, meski tak didukung oleh sekolahnya. Dia berharap prestasi yang diraoh oleh ekstrakurikuler resmi sekolahnya tersebut, bisa mendapat perhatian dengan diraihnya penghargaan tersebut.
Film yang diproduksi Gerilya Pak Dirman Film ini berkisah kasih asmara seorang tentara bernama Suryono yang akan menikahi seorang bidan, Suryati. Namun karena kakek Suryati seorang mantan tahanan politik (eks tapol), sehingga atasan Suryono tak mengizinkan mereka menikah.
Menurut salah satu juri fiksi, Agustav Triono, juri memandang adanya lompatan tema yang signifikan di sepanjang sejarah FFP. “Kami juga melihat keberanian pelajar mengangkat persoalan politik nasional menjadi salah satu penanda perkembangan wacana film pelajar di Banyumas,” jelasnya.
Pada Kategori Kompetisi Dokumenter SMA, film Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!” sutradara Ilman Nafai siswa SMA Negeri Rembang Purbalingga menjadi Film Dokumenter SMA Terbaik. Film yang menampilkan kisah tiga mantan pasukan Cakrabirawa semasa hidupnya.
“Sebelum membuat fiksi, kami produksi dokumenter dulu. Dari awal sudah tidak didukung sekolah karena takut dengan konten film yang kami produksi. Hak kami mendapatkan dana produksi tidak turun. Bahkan, setelah film jadi, kami sempat didatangi pihak Kodim Purbalingga,” jelas Ilman.
Dewan juri fiksi menilai, film ini mengisi film yang selama ini kurang digali dari sebuah isu sensitif tentang korban 65, yakni dari sisi Cakrabirawa. “Film ini menambah teori baru seputar sejarah 65, terutama melihat referensi yang selama ini ada,” ujar dosen Fakultas Ilmu Budaya Unsoed, Muhammad Taufiqurrohman.
Sementara pada Kategori Dokumenter SMA Favorit Penonton keluar sebagai terfavorit film Galian C, sutradara Wely Alfian dari Papringan Pictures ekskul sinematografi SMA Negeri Kutasari Purbalingga.
Pada Kategori Kompetisi Fiksi SMP, programer tidak merekomendasi film yang masuk untuk dinilai juri. Namun ada satu film berjudul Mangkat Sekolah, sutradara Sugeng Setiadi dari SMP Muhammadiyah Sinematografi Sokaraja, Banyumas mendapat Penghargaan Khusus.
Penghargaan Lintang Kemukus, yaitu penghargaan kepada seniman tradisi di Banyumas Raya yang secara nyata berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan, diberikan kepada pegiat budaya Jawa dari Cilacap Muslam Guno Waseso.
Penghargaan lain berupa penulisan cerita terbaik tema “Buruh Migran” hasil workshop penulisan skenario bekerja sama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Pemenang pertama diraih Eko Febri Prasetyo dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Eko Junianto siswa SMA Negeri Bobotsari Purbalingga.
Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, sempat ada selilit dalam perjalanan FFP 2016 selama sebulan yaitu pembubaran pemutaran film oleh organisasi massa. “Ini merupakan awal kami mengawal film-film pemenang FFP 2016 dan film-film lain ke pemutaran dan festival-festival di luar Purbalingga,” tegasnya. (tya)
Caption foto:
Sutradara film dokumenter, Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal, Ilman Nafai menerima penghargaan sebagai Film Dokumenter SMA Terbaik FFP 2016.

Empat Pasangan Mesum Terjaring Operasi Pekat di Banjarnegara

Empat Pasangan Mesum Terjaring Pekat di Banjarnegara                                    BANJARNEGARA – Sedikinya empat pasangan tanpa surat nikah terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) saat tengah berduaan di sejumlah kamar hotel di Banjarnegara, Selasa (24/5) malam. Bahkan, sebagian pasangan tidak memakai busana lengkap saat digerebek petugas.
Kasat Reskrim Polres Banjarnegara, AKP Heriyanto mengatakan razia ini dilakukan Polres Banjarnegara menjelang bulan ramadan. Dalam razia ini, kata dia fokus menyisir tempat hiburan seperti karaoke, hotel dan minuman keras (miras).
“Agar nanti saat pelaksanaan ibadah puasa, kondisi Banjarnegara benar-benar kondusif. Tidak sampai terganggu dengan hal-hal kemaksiatan. Sehingga diharapkan ibadah masyarakat lancar,” ujarnya usai melakukan Razia, Selasa malam.
Ia menuturkan, mayoritas yang terjaring dalam razia kali ini merupakan pasangan muda-mudi yang tidak memiliki hubungan suami-istri. Menurut data kepolisian, sebagaian besar merupakan warga Banjarnegara. “Dari 10 hotel yang beroperasi di Banjarnegara, ditemukan empat pasangan bukan suami istri tengah berduaan di kamar hotel,” ungkapnya.
Keempat pasangan ini kemudian dibawa ke kantor polisi untuk didata. Sebagai tindak lanjut, pihaknya akan melakukan tipiring kepada empat pasangan tersebut, mengingat mereka tidak memiliki kartu identitas.
Sementara untuk miras, Heriyanto menyebutkan dari hasil razia, sebanyak seratus botol dari berbagai merek disita. Dalam razia ini, petugas mendatangi tempat-tempat yang sering untuk jual-beli miras. “Apapun bentuknya yang mengandung alkohol kami sita,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menuturkan, selain persiapan ramadan, langkah ini dilakukan melihat di Kabupaten Banjarnegara, telah ada Perda yang mengatur perihal miras yakni nol persen alkohol. Sehingga, tambahnya, upaya-upaya agar Banjarnegara bebas alkohol terus dilakuakan.“Selain di tempat-tempat yang dinilai kerap menjual miras, kami juga merazia tempat hiburan karaoke,” pungkasnya.

Warga Wanadadi, Banjarnegara Keluhkan Drainase Buruk

BANJARNEGARA – Warga RT 1 RW 1 Desa Linggasari Kecamatan Wanadadi mengeluhkan penyempitan dan pendangkalan saluran air akibat pembangunan perumahan di daerahnya. Bahkan, air yang meluap hingga menggenangi jalan raya Banjarmangu-Tapen ini kerap membuat kecelakaan pengguna jalan.
MENYEMPIT: Saluran air di RT 1 RW 1 Desa Linggasari Kecamatan Wanadadi menyempit akibat pembangunan perumahan.
Salah satu warga RT 1 RW 1 Desa Linggasari, Bayu Junistio mengungkapkan, sebelum adanya pembangunan perumahan tersebut, lebar saluran air sekitar satu meter lebih. Namun saat ini, hanya sekitar setengah meter ditambah pendangakalan saat pengurukan tanah.
“Saat hujan, air yang meluap kejalan itu disertai lumpur. Makanya, banyak pengguana jalan yang jatuh terutama saat hujan lebat,” ungkapnya, Jumat (27/5).
Tidak hanya itu, beberapa rumah juga terdampak luapan air tersebut, terutama rumah yang posisinya lebih rendah dari jalan. Selain itu, Bayu yang rumahnya tepat di sebelah perumahan tersebut mengaku tidak pernah ada pemberitahuan soal pembangunan satu-satunya perumahan di desanya. Padahal, kata dia, sebelum membangun mestinya harus mengantongi izin lingkungan terlebih dahulu.
“Sejak awal sekitar 2015 sampai sekarang belum ada pemberitahuan atau hanya sejedar duduk bersama dengan warga. Makanya kami menanyakan persoalan izin pembangunan perumahan itu,” tandasnya.
Untuk menindaklanjuti, Bayu mengaku selama ini dirinya sudah sering menanyakan hal tersebut kepada pegawai perumahan. Namun hingga kini belum memberi kejelasan terkait izin maupun saluran air. “Malah untuk saluran air mestinya setengah meter menggunakan tanah warga setengah meter menggunakan tanah peruamahn itu. Tetapi kenytaanya mereka langsung membikin tembok tepat di perbatasan,” ungkapnya.
Kepada Desa Linggasari Ernam membenarkan jika sering terjadi kecelakaan lalulintas di depan perumahan tersebut. Namun, pihkanya mengaku langsung menyurati pihak pengelola perumahan agar memperbaiki saluran air tersebut.
“Karena memang saluran air menyempit kemudian air meluap kejalan. Tetapi sekarang sudah diperbaiki,” ujarnya.
Namun demikian, saat ditanya soal izin embangunan perumahan tersebut, ia mengaku tidak tahu-menahu. Menurutnya, pihak perumahan telah mengurus ijin langsung ke kabupaten. “Ijinnya ada, itu langsung ke kabupaten,” kata dia.
Sementara saat hendak meminta konfirmasi, kantor pelayanan perumahan tersebut pintu dalam keadaan tertutup.

9 Upacara Adat Jawa Unik

Suku Jawa dikenal sebagai suku dengan jumlah populasi terbanyak di seluruh Indonesia. Di manapun tempat di Nusantara, orang Jawa pasti selalu ada. Selain dikenal memiliki pribadi yang ramah, orang-orang Jawa juga punya sejarah tradisi dan kebudayaan yang luar biasa, sama seperti suku-suku lainnya. Hal ini dibuktikan misalnya dengan banyaknya jenis tari, musik, rumah adat, dan upacara adat yang dimilikinya. Upacara Adat Jawa Upacara adat adalah suatu ritual yang dilakukan secara bersama-sama oleh kelompok masyarakat yang masih memiliki keterkaitan etnis, suku, maupun kebudayaan untuk mencapai tujuan yang bersumber pada nilai-nilai leluhur dan nenek moyang mereka. Di Jawa sendiri, ada beberapa upacara adat yang tergolong cukup unik dan harus dikenalkan pada genarasi muda agar warisan nenek moyang ini tetap lestari dan terjaga. Apa saja upacara adat Jawa tersebut? Berikut informasinya untuk Anda. Upacara Adat Jawa 1. Upacara Kenduren Upacara adat Jawa yang pertama adalah kenduren atau selametan. Upacara ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin tetua adat atau tokoh agama. Adanya akulturasi budaya Islam dan Jawa di abad ke 16 Masehi membuat upacara ini mengalami perubahan besar, selain doa hindu/budha yang awalnya digunakan diganti ke dalam doa Islam, sesaji dan persembahan juga menjadi tidak lagi dipergunakan dalam upacara ini. Berdasarkan tujuannya, upacara adat Jawa yang satu ini terbagi menjadi beberapa jenis yang diantaranya: Kenduren wetonan (wedalan) adalah upacara kenduren yang digelar pada hari lahir seseorang (weton) dilakukan sebagai sarana untuk memanjatkan doa panjang umur secara bersama-sama. Kenduren sabanan (munggahan) adalah upacara yang dilakukan untuk menaikan leluhur orang Jawa sebelum memasuki bulan puasa. Upacara kenduren ini umumnya dilakukan di akhir bulan Sya,ban, sebelum ritual nyekar atau tabur bunga di makam leluhur mereka lakukan. Kenduren likuran adalah upacara kenduren yang digelar pada tanggal 21 bulan puasa dan dilakukan untuk memperingati turunnya Al-Qur’an atau Nujulul Quran. Kenduren ba’dan adalah kenduren yang digelar pada 1 Syawal atau saat hari Raya Idul Fitri yang tujuannya untuk menurunkan arwah leluhur ke tempat peristirahatannya. Kenduren ujar adalah ritual upacara yang digelar jika suatu keluarga Jawa memiliki hajat atau tujuan, misal ketika hendak berkirim doa pada arwah leluhur, khitanan, pernikahan, dan lain sebagainya. Kenduren muludan adalah upacara adat Jawa yang digelar setiap tanggal 12 bulan Maulud dengan tujuan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. 2. Upacara Grebeg Selain upacara kenduren, di Jawa juga dikenal Upacara Grebeg. Upacara ini digelar 3 kali setahun, yaitu tanggal 12 Mulud (bulan ketiga), 1 Sawal (bulan kesepuluh) dan 10 Besar (bulan kedua belas). Upacara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur kerajaan terhadap karunia dan berkah Tuhan. 3. Upacara Sekaten Sekaten merupakan upacara adat Jawa yang digelar dalam kurun tujuh hari sebagai bentuk peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad. Berdasarkan asal usulnya, kata Sekaten yang menjadi nama upacara tersebut berasal dari istilah Syahadatain, yang dalam Islam dikenal sebagai kalimat tauhid. Upacara sekaten dilakukan dengan mengeluarkan kedua perangkat gamelan sekati dari keraton, yaitu gamelan Kyai Gunturmadu dan gamelan Kyai Guntursari untuk diletakan di depan Masjid Agung Surakarta. Upacara Adat Jawa 4. Upacara Ruwatan Upacara ruwatan adalah upacara adat Jawa yang dilakukan dengan tujuan untuk meruwat atau menyucikan seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan keselamatan dalam menjalani hidup. Contoh upacara ruwatan misalnya yang dilakukan di dataran Tinggi Dieng. Anak-anak berambut gimbal yang dianggap sebagai keturunan buto atau raksasa harus dapat segera diruwat agar terbebas dari segala marabahaya.Upacara Adat Jawa  5. Upacara Perkawinan Tradisional Jawa Dalam pernikahan adat Jawa dikenal juga sebuah upacara perkawinan yang sangat unik dan sakral. Banyak tahapan yang harus dilalui dalam upacara adat Jawa yang satu ini, mulai dari siraman, siraman, upacara ngerik,  midodareni, srah-srahan atau peningsetan, nyantri, upacara panggih atau  temu penganten, balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual kacar kucur atau tampa kaya, ritual dhahar klimah atau  dhahar kembul, upacara sungkeman dan lain sebagainya. 6. Upacara Tedak Siten Upacara tedak siten merupakan upacara adat Jawa yang digelar bagi bayi usia 8 bulan ketika mereka mulai belajar berjalan. Upacara ini dibeberapa wilayah lain juga dikenal dengan sebutan upacara turun tanah. Tujuan dari diselenggarakannya upacara ini tak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tuanya atas kesehatan anaknya yang sudah mulai bisa menapaki alam sekitarnya. 7. Upacara Tingkepan Upacara tingkepan (mitoni) adalah upacara adat Jawa yang dilakukan saat seorang wanita tengah hamil 7 bulan. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air kembang setaman diiringi panjatan doa dari sesepuh, agar kehamilannya selamat hingga proses persalinannya nanti. 8. Upacara Kebo Keboan Masyarakat Jawa yang mayoritas bekerja sebagai petani juga memiliki ritual upacara tersendiri. Kebo-keboan –begitu namanya, merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan untuk menolak segala bala dan musibah pada tanaman yang mereka tanam, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang memuaskan. Dalam upacara ini, 30 orang yang didandani menyerupai kerbau akan diarak keliling kampung. Mereka akan didandani dan berjalan seperti halnya kerbau yang tengah membajak sawah.Upacara Adat Jawa  9. Upacara Larung Sesaji Upacara larung sesaji adalah upacara yang digelar orang Jawa yang hidup di pesisir pantai utara dan Selatan Jawa. Upacara ini digelar sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan selama mereka melaut dan sebagai permohonan agar mereka selalu diberi keselamatan ketika dalam usaha. Berbagai bahan pangan dan hewan yang telah disembelih akan dilarung atau dihanyutkan ke laut setiap tanggal 1 Muharam dalam upacara adat Jawa yang satu ini. Nah, itulah kesembilan upacara adat Jawa yang hingga kini masih tetap lestari dan dilaksanakan. Menarik bukan? Agar artikel ini dapat menjadi lebih baik, kami akan terus mengupdatenya seiring dengan tambahan-tambahan informasi yang terus berkembang. Jika ada saran atau kritik, silakan sampaikan melalui kolom komentar. Terimakasih.

PIWULANG LUHUR JAWA- NGURI URI BUDAYA JAWA

                                                                                                                                                                                                                   1. Yen gelem nalusuri, sejatine ora sethithik piwulang lan pitutur becik kang malah kita tampa saka wong-wong kang gawene nacad marga ora seneng marang kita, katimbang saka kanca raket kang tansah ngalembana. Awit elinga, panacad iku bisa nggugah kita nglempengake laku, dene pangalembana kepara njalari kelalen.
Kalau mau menelusuri, sebetulnya tidak sedikit pelajaran dan petuah bijak yang kita dapatkan dari orang-orang yang pekerjaannya nyacad (menghina) sebab tidak suka dengan kita, dari pada  teman dekat yang selalu memuja/menyanjung. Maka ingatlah penghinaan itu bisa membangkitkan kita untuk meluruskan perjalanan hidup, sedangkan dipuja/disanjung dapat mengakibatkan kita terlena.
2. Samangsane kowe diclathu wong kanthi sengak, aja kok bales sak nalika kanthi tembung kang uga sengak. Prayoga tanggapana mawa pakarti kang alus lan sareh. Jer ya klawan laku kang kaya mangkono iku kowe bisa ngendhalekake watak kang panasbaran, ngasorake sifat kang lagi kasinungan iblis.
Sewaktu kamu dimarahi orang dengan sengit (jelek), jangan dibalas seketika dengan ucapan jelek. Lebih baik tanggapi dengan perbuatan yang baik dan sabar. Sebab dengan perbuatan yang seperti itu kamu bisa  mengendalikan watak yang emosional, mengalahkan sifat iblis dalam diri kita.
3. Ing endi dununge pemarem lan katentreman? Saking angele mapanake rasa, nganti meh ora ana wong kang bisa rumangsa marem lan tentrem uripe. Mula kita kudu tlaten ngalah budi. Dhahana rasa meri lan drengki, amrih gorehing pikir bisa tansah sumingkir.
Dimana tempatnya rasa puas dan ketentraman? Sangat sulit menempatkan rasa, sampai tidak ada orang yang bisa merasakan puas dan tentram dalam hidupnya. Maka dari itu kita harus selalu bersabar. Jangan pernah ada rasa iri dan dengki,  supaya pikiran jelek bisa selalu tersingkirkan.
4. Menawa kowe durung mangerteni marang bab kok anggep ora becik aja kesusu ngatonake rasa sengitmu, gedhene nganti maoni lan nglairake panacad. Awit kawruhana yen pikiran manungsa iku tansah mobah mosik lan molak-malik. Apa kang kok kira ala lan kok gethingi iku ing tembe buri bisa malih dadi kok senengi, kepara malah bisa dadi gantungane uripmu.
Seumpama kamu belum mengerti dengan permasalahan dianggap tidak baik , jangan  dahulu memperlihatkan rasa bencimu, besarnya sampai membalas ucapannya dan mengeluarkan kata-kata menghina. Pertama ketahuilah bahwa pikiran manusia selalu berfikir dan berubah-ubah. Apa yang kamu kira jelek dan kamu benci itu suatu saat bisa berubah jadi kamu senangi, dan bisa berbalik jadi tempat untuk menggantungkan hidupmu.
5. Karepe wong nyatur alane liyan iku beteke mung arep nuduhake becike awake dhewe. Yen sing dijak nyatur wong kemplu, pamrih sing kaya mangkono mesthi katekane. Nanging tumraping wong mursid wong kang ngumbang rereged ing awake sarana migunakake banyu peceren malah saya nuduhake blentang-blentonge pambegan.
Maksudnya membicarakan kejelekan orang tetapi sebenarnya hanya untuk memperlihatkan kebaikan dirinya sendiri. Yang diajak  berbicara orang bodoh, keinginan yang seperti itu pasti terlaksana. Tetapi untuk seorang mursid (guru) orang yang membersihkan diri  dengan sarana mengunakan air yang kotor malah semakin menunjukkan  aibnya.
6. Aja sok ngendel-endelake samubarang kaluwihanmu, apa maneh mamerake kasuguhan lan kapinteranmu. Yen anggonmu ngongasake dhiri mau mung winates ing lathi tanpa bukti, dhonge enggon awakmu dadi ora aji. Luwih prayoga turuten pralambange “pari dadi” kang saya isi lan mentes malah sangsaya ndhungkluk. Pari kang ndhangak nudhuhake nek kothong blong tanpa isi.
Jangan pernah menunjuk-nunjukkan semua kelebihanmu, apalagi menunjukkan ketekunan dan kepandaiaanmu. Kalau kamu dalam menunjukkan kepandaian diri hanya sebatas di mulut tanpa bukti, suatu saat dirimu jadi tidak ada harganya. Lebih baik ikuti simbolnya “padi” yang semakin isi dan berisi semakin merunduk. Padi yang menengadah menunjukkan kalau kosong momplong tanpa isi.
7. Kahanan ndonya iki ora langgeng, tansah mobah mosik. Yen sira nemahi ketunggon bandha lan kasinungan pangkat, aja banjur rumangsa “Sapa Sira Sapa Ingsun” (SSSI) kang tansah ngendelake panguwasane tumindak deksura marang sapadha-padha. Elinga yen bandha iku gampang sirna. Pangkat bisa oncat ing saben wayah.
Kedaaan dunia ini tidak pernah tetap, selalu berubah-ubah. Kalau kita lagi ditungguhi kekayaan dan pangkat derajat, jangan pernah merasa “Siapa Kamu Siapa Saya” yang selalu menunjukkan kekuasaannya bertindak semaunya pada sesamanya. Ingatlah kalau harta itu mudah habis. Kedudukan (pangkat) bisa lepas sewaktu-waktu.
8. Saiba becike samangsa wong kang lagi kasinungan begja lan kabungahan iku tansah eling, gedhene asung syukur marang kang Peparing. Awit elinga yen tumindak kaya mangkono mau kajaba bisa ngilangi watak jubriya uga mletikake rasa rumangsa yen wong dilahirake ing donya iku sejatine mung dadi lelantaran melu urun-urun, tetulung marang sapadha-padha ning titah, mbengkas kasangsaran, munggahe nggayuh hayuning jagad.
Betapa indahnya sewaktu orang yang lagi mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan haruslah selalu ingat, besarnya selalu bersyukur kepada yang selalu memberi. Maka ingatlah kalau prilaku seperti itu selain bisa mengingatkan watak curiga juga melatih rasa menyadari kalau orang dilahirkan didunia ini sebenarnya hanya jadi perantara ikut berbagi, untuk mencapai kelestarian bumi.
9. “Rumangsa sarwa duwe” lan “Sarwa duwe rumangsa” iku tinulis genah mung diwolak-walik. Nanging surasane jebul kaya bumi klawan langit. Sing kapisan nuduhake watak ngedir-edirake, wengis satindak lakune, asosial, yen nggayuh  pepinginan ora maelu laku dudu samubarang pakarti nistha ditrajang wani. Dene sing kapindho, pakartine tansah kebak welas asih, wicaksana ing saben laku, rumangsa dosa samangsa gawe kapitunane liyan.
“Merasa serba ada” dan “Serba ada perasaan” itu jelas tertulis hanya dibalak-balik. Artinya sebernya seperti bumi dan langit. Yang pertama menunjukkan watak mengagung-agungkan diri, bengis setiap langkahnya, kikir, dan kalau ingin meraih keinginan  tidak memperhatikan prilaku jelek semuanya dilanggar. Dan yang kedua, perbuatannya  selalu penuh dengan welas asih, bijaksana di setiap langkah, merasa berdosa sewaktu berbuat merugikan orang.
10. Memitran, paseduluran nganti tumekaning jejodhowan iku yen siji lan sijine bisa emong kinemong, istingarah bisa sempulur becik. Yen anaa padudon sepisan pindho iku wis aran lumrah, bisa nambahi raketing sesambungan. Nanging suwalike yen padha angel ngenggoni sifat emong kinemong mau genah bakal langka langgenge, malah bedaning panemu sithik wae bisa marakake dahuru.
Berteman, persaudaraan sampai datangnya perjodohan itu kalau satu dan satunya bisa saling asuh-mengasuh, istiqaroh bisa semakin baik. Kalaupun ada perselisihan sekali dua kali itu sudah biasa, bisa menambah eratnya pertalian persaudaraan. Tetapi sebaliknya kalau sama-sama susah menempatkan sifat saling asuh-mengasuh itu jelas bakal langka kelanjutannya, berbeda pendapat sedikit saja bisa membuat perselisihan.
11. Tepa slira lan mawas dhiri iku dadi oboring laku nggayuh rahayu, minangka jimat paripih tumraping ngaurip, munggahe bisa nyedhakake rasa asih lan ngedohake watak drengki lan daksiya marang sapepadhane. Sregep mawas dhiri ateges bakal weruh marang kekurangan lan cacade dhewe, saengga wusanane thukul greged ndandani murih apike.
Tenggang rasa dan intropeksi itu jadi penerang jalan dalam mengapai keselamatan, sebagai pusaka (benteng diri) hidup kita, dapat mendekatkan pada rasa kasih sayang dan menjauhkan watak iri dan sewenang-wenang pada sesama. Selalu intropeksi artinya tahu akan kekurangan dan cela diri kita, sehingga akhirnya tumbuh keinginan memperbaiki bagaimana baiknya.
12. Wong kang ora nate nandhang prihatin ora bakal kasinungan rasa pangrasa kang njalari tekane rasa trenyuh lan welas lahir batine. Wong kang wis nate ketaman ing prihatin, luwih bisa ngrasakake penandange wong liya. Mula adhakane luwih gelem aweh pitulungan marang kang kasusahan.
Orang yang tidak pernah merasakan prihatin (kesusahan) tidak akan ketempatan rasa sejati yang menimbulkan datangnya rasa iba dan kasih sayang lahir batin. Orang yang sudah pernah merasakan prihatin (kesusahan), lebih dapat merasakan penderitaan orang lain. Maka biasanya lebih mengerti dan suka memberi pertolongan yang lagi mendapat kesusahan.
13. Tembung kang kurang prayoga kang kalair mung marga kadereng dening dayaning hawa nafsu iku pancen sakala iku bisa aweh rasa pemarem. Nanging sawise iku bakal aweh rasa getun lan panutuh marang dhiri pribadhi, kang satemah tansah bisa ngrubeda marang katentremaning pikir lan ati. Guneman sethithik nanging memikir akeh iku kang tumrape manungsa bisa aweh katentreman lan rasa marem kang gedhe dhewe.
Ucapan yang kurang baik yang terucap hanya suatu sebab desakkan kekuatan hawa nafsu itu, memang seketika bisa membuat rasa puas. Tetapi setelah itu dapat memberi rasa menyesal dan menyalahkan pada diri sendiri, yang selalu menganggu ketentraman pikiran dan hati. Berbicara sedikit tetapi berfikir luas, maka sebagai manusia telah bisa memberi ketentraman dan rasa sangat puas yang besar.
14.     Kita iki kejaba ndarbeni badan wadhag lan pancadriya, siji maneh kita uga darbe osiking ati. Darbe kita iki ora kasat mata, ora kena ginrayang, nanging tansah ajeg elik-elik marang bebener yen lagi nandhang pletiking pakarti lan cipta ala, munggahe katuwuhan krenteg tumindak laku ngiwa. Mula poma dipoma, tansah bisoa ngrungokake osiking atimu, awit iku kang ngajak sak paripolahmu tumuju menyang karahayuning urip.
Kita ini selain mempunyai badan jasmani dan pancaindriya, satu lagi kita juga mempunyai hatinurani. Kepunyaan kita ini tidak dapat dilihat, tidak bisa diraba, tetapi selalu mengingatkan kepada kebenaran kalau sedang mengalami kealpaan dan angan-angan yang kurang baik, jikalau diteruskan mempunyai keinginan melakukan perbuatan kurang baik. Maka berhati-hatilah, harus bisa mendengarkan suara hatimu, sebab itu yang mengajak setiap prilakumu menuju jalan keselamatan hidup.
15. Kawruh lan ilmu pengetahuan iku mung bisa digayuh lan dikuwasani kanthi laku kang laras karo apa kang diwulangake. Lire ajaran teorine kudu bisa dicakake lan ditrapake kanggo karaharjaning bebrayan. Wondene lakune mono kudu sinartan tekad kang gilig lan kekarepan kang tulus lan mantep kinanthenan kateguhaning iman, kanggo ngadhepi sakehing panggodha sarta nyingkiri sikep laku kang sarwa dudu.
Pengatahuan dan ilmu pengetahuan itu hanya bisa diraih dan dikuasai dengan laku yang selaras dengan apa yang diajarkan. Intinya adalah pelajaran teori harus bisa dilaksanakan dan dipratekkan untuk kemuliaan kehidupan. Oleh sebab itu caranya harus dibarengi tekad yang bulat dan keinginan yang tulus dan mantap serta  dengan berbekal keteguhan iman, untuk menghadapi semua godaan serta menyingkirkan sikap perbuatan yang tidak pada tempatnya.
16.     Siji-sijine dalan amrih kaleksanan ing gegayuhan, yaiku makarti kang sinartan kapercayaan lan keyakinan menawa apa kang sinedya mesthi dadi. Yen mung kandheg ing gagasan lan kukuhing karep wae, tanpa tumandang lan makarya minangka sarana panebuse, wohe ya ora beda kaya dene wong ngimpi. Cilakane maneh yen selagine nganggit-anggit mau wis kaselak ngrasakake kanikmatane ing pengangen-angen, wusanane dadi lumuh ing gawe lan wedi ing kewuh.
Satu-satunya jalan supaya tercapainya sebuah keinginan, yaitu bekerja yang dibekali dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa apa yang diharapkan pasti jadi. Kalau hanya berhenti pada gagasan/ide dan kuatnya keinginan saja, tanpa berbuat dan bekerja sebagai sarana pengganti, hasilnya juga tidak berbeda seperti orang yang bermimpi. Celakanya lagi kalau hanya mengarang-arang, akhirnya jadi malas bekerja dan takut merepotkan.
17. Ora ana penggawe luwih dening mulya kejaba dedana sing uga ateges mbiyantu nyampeti kekuranganing kabutuhane liyan. Dedana marang sapepadha iku ateges uga mitulungi awake dhewe nglelantih marang rasa lila legawa kang uga ateges angabekti marang Pangeran Kang Maha Welas Asih. Pancen pangabekti mono wis aran pasrah, dadi kita ora ngajab marang baline sumbangsih kita. Kabeh iku sing kagungan mung Pangeran Kang Maha Kuwaos, kita ora wenang ngajab wohing pangabekti kanggo kita dhewe. Nindakake kabecikan kanthi dedana kita pancen wajib nanging ngundhuh wohing kautaman kita ora wenang.
Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia selain beramal yang juga bisa berarti membantu mencukupi kekurangan kebutuhan orang lain. Bersedekah pada sesama itu berarti juga membantu diri sendiri melatih pada rasa tulus dan ikhlas yang juga berarti berbakti pada Tuhan Yang Maha Penyayang. Memang berbakti sudah berarti pasrah, jadi jangan pernah berharap kembali apa yang telah kita sumbangkan. Semua itu milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita tidak kuasa berharap buahnya persembahan untuk diri kita pribadi. Berbuat kebaikan dengan beramal hukumnya wajib tetapi memetik buahnya kebaikan kita tidak berhak.
18. Nggayuh kaluhuran mono ateges ngupaya tataraning urip kang luwih dhuwur. Ya dhuwur ing lahir ya uga ing batin. Lire sing murakabi kanggo dhiri pribadi, sumarambah tumrap bebrayan agung. Sapa kang mung mligi nggayuh kaluhuraning lahir, ateges mung mburu drajat, semat lan pangkat, durung aran jejeg uripe. Suprandene sapa kang mung ngemungake kaluhuran batin, ateges ora nuhoni jejering manungsa ing alam donya iku kang kudu tumandang gawe kanggo donyane.
Mengapai kemulian berarti berusaha mencapai tahapan  hidup yang lebih tinggi. Ya tinggi di lahir dan juga di batin. Intinya yang bermanfaat untuk diri pribadi, dan juga untuk semua kehidupan. Siapa yang hanya mengapai kemuliaan lahiriah, berarti hanya memburu derajat/pangkat, belum bisa dikatakan lurus hidupnya. Demikian halnya siapa yang hanya mengapai keutamaan batin, berarti tidak sesungguhnya tampil sebagai manusia di alam dunia yang harus bekerja untuk kelestarian alam.
19. Sarupaning wewadi sing ala lan sing becik yen isih kok gembol lan mbok keket kanthi remit ing ati salawase isih tetep dadi baturmu. Nanging yen wis mbok ketokake sathithik wae bakal dadi bendaramu kang ngidak-idak sirahmu. Selagine mung nyimpen wewadine dhewe wae wis abot, apa maneh yen nganti pinracaya nggegem wewadine liyan. Mula saka iku ojo sok dhemen lan kepengin meruhi wewadine liyan. Sing wis cetha mung bakal nambahi sanggan sing sejatine dudu wajibmu melu open-open.
Segala macam rahasia yang jelek dan baik kalau masih kamu simpan dan disembunyikan dengan rahasia di dalam hati selamanya masih tetap menjadi temanmu. Akan tetapi kalau sudah kamu perlihatkan sedikit saja akan jadi tuanmu yang menginjak-injak kepalamu. Seandainya hanya menyimpan rahasia kita sendiri itu sudah berat, apa lagi kalau dipercaya menyimpan rahasianya orang lain. Yang sudah jelas akan menambahi beban yang sebenarnya bukan merupakan kewajiban kita untuk ikut memelihara.
20. Sok sopoa bakal nduweni rasa kurmat marang wong kang tansah katon bingar lan padhang polatane, nadyan ta wong mau nembe wae nandhang susah utawa nemoni pepalang ing panguripane. Kosokbaline, wong kang tansah katon suntrut kerep ngrundel lan grenengan, merga ora ketekan sedyane iku, cetha bakal kaoncatan kekuwatan ing batin lan tenagane, tangeh lamun entuka pitulungan kepara malah dadi sesirikaning mitra karuhe.
Siapapun akan mempunyai rasa hormat pada orang yang selalu kelihatan bersuka cita dan terang perangainya, meskipun orang itu baru saja mengalami kesusahan atau mendapatkan cobaan hidup. Sebaliknya, orang yang selalu kelihatan susah sering ngomel dan mengumpat, sebab tidak tercapai keinginannya, jelas akan kehilangan kekuatan batin dan tenaganya, jangan berharap mendapatkan pertolongan malah akan di jauhi teman dan kerabat.

Sopir Keluhkan Kerusakan Landasan Terminal

PUSopir Keluhkan Kerusakan Landasan TerminalRBALINGGA- Landasan Terminal Purbalingga dikeluhkan para pengemudi. Sebab landasan terminal mengalami kerusakan di beberapa ruas. Salah satu sopir angkutan kota (angkot), Taufik mengatakan, beberapa titik landasan terminal mengalami kerusakan dan berlubang.
“Di pangkalan angkutan, aspal mengelupas, sehingga menimbulkan genangan dan becek ketika hujan turun,” kata dia. Menurutnya, kondisi itu sudah berlangsung cukup lalam. Namun belum ada tindakan dari pihak terkait.
“Sudah sejak beberapa bulan terakhir, tapi saja seperti itu dan belum dibenahi, padahal kondisi tersebut berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang,” jelasnya.
Bahkan menurut dia, , penumpang yang menaiki angkotnya pun sering mengeluhkan rusaknya landasan. Menurutnya, kerusakan tersebut sering terjadi.
“Rusaknya sering, paling perbaikannya cuma ditambal, tapi tambakannya tidak bertahan lama. Ketika hujan, aspal mengelupas dan terkiki air sehingga lubang kembali muncul, kadang penumpang juga mengeluhkan kerusakan itu,” ungkapnya.
Toni, salah satu calon penumpang mengatakan, kerusakan landasan terminal membuat penumpang merasa kurang nyaman. Sebab, ketika angkutan melintas di jalur yang rusak, kendaraan menjadi terguncang.
“Seharusnya perbaikan cepat dilakukan, karena sebentar lagi masuk lebaran dan jumlah penumpang maupun angkutan mengalami peningkatan, fasilitas umum lainnya juga perlu diperbaiki sepeti toilet,” ujarnya.
Dari pantauan Radarmas, kondisi terparah terjadi di lintasan keluar terminal. Ada lubang besar dengan kerusakan melebar. Sehingga kendaraan yang melintas, harus mengambil sisi tepi kanan atau kiri jalan.
Kepala UPT Terminal Purbalingga, Budhi Setiawan mengatakan, pihaknya sudah melaporkan kondisi tersebut. Namun, hingga saat ini belum ada tindakan.
“Sudah saya laporkan ke kantor (Dinhubkominfo,red), tapi hingga sekarang belum ada perbaikan, padahal kerusakan semakin lama semakin parah,” jelasnya.
Menurut dia, kerusakan tersebut sering dikeluhkan baik oleh supir angkutan maupun penumpang. Bahkan, terkadang sampai mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas.
“Sopir dan penumpang sering komplain ke sini (kantor UPT,red), tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa selain melaporkan kerusakan ke dinas, bahkan kadang ada yang bilang, jangan hanya narik retribusi saja tapi fasilitas tidak diperhatikan,” paparnya.
Menurutnya, kerusakan yang terjadi di lintasan keluar memang harus segera ditambal. Karena, sambungnya, kalau tidak segera ditambal, kerusakan akan semakin parah.
“Semoga segera ditambal, karena untuk lintasan keluar merupakan jalur yang relatif baru, sehingga kondisi tanah masih labil sebab sebelumnya merupakan tanah kosong,” pungkasnya

Ngopi Banyumasan di Kebon Kopi

BEDA : Kopi Banyumasan beda dengan lainnya, karena disangrai dengan kelapa.

Rasanya Unik, Campuran Kopi dan Kelapa
Menyeruput kopi lebih sedap dalam keadaan masih panas, sebab mengeluarkan aroma yang harum. Apalagi jika meminum Kopi Banyumasan yang proses pembuatan biji kopinya cukup unik, yakni menggunakan daging kelapa tua.
LAILY MEDIA Y, Purwokerto
Kopi Kebon spesialis Kopi Banyumasan menyajikan kopi yang jarang dijumpai. Dengan proses pembuatannya yang unik, rasanya dijamin bakal bikin ketagihan. Ini karena biji kopi disangrai dengan daging kelapa tua.
Ngopi Banyumasan di Kebon Kopi Kebon
“Jadi rasanya gurih dan aromanya begitu menggoda,” ujar Pemilik Kopi Kebon, Benny Indrawan.
Untuk menjaga kualitas rasa, setelah disangrai biji kopi dan irisan daging kelapa dimasukkan tempat yang rapat. Saat akan disajikan, baru dilakukan proses penggilingan untuk menghaluskan biji kopi. “Digiling juga bersama daging kelapa,” kata Benny.
Kopi ini juga wajib diseduh memakai air panas yang direbus dengan suhu tertentu, antara 78 hingga 90 derajat. Saat dituangkan tidak langsung penuh, tetapi sedikit demi sedikit dan menggunakan waktu. “Supaya larutnya maksimal dan menimbulkan busa kopi atau krema,” tutur Benny.
Selain menjual kopi seduh, Kopi Kebon juga menyediakan Kopi Banyumasan dalam kemasan dengan harga Rp 20 ribu untuk ukuran 100 gram.
Benny mengatakan, jenis kopi yang disediakan antara lain Kopi Arabica Gunung Slamet Penakir, Robusta Temanggung Purbalingga, dan Arabica Sindoro. Sedangkan untuk penyajian, warung kopi yang ada di Jalan dr Angka menyediakan beberapa pilihan. Yakni tubruk, Vietnam Drip, Moca Pot, dan manual brewing (penyeduhan). 

Belum Dilaunching, Taksi Purbalingga Mulai Beroperasi

PURBALINGGA – Harapan masyarakat Purbalingga memiliki taksi akhirnya bisa dinikmati sejak kurang lebih tiga hari yang lalu. Meskipun belum dilaunching, beberapa unit taksi Purbalingga Koperasi Angkutan Jalan Raya (Kopajar) tampak mulai beroperasi. Pengelola berdalih, hal itu dilakukan karena banyaknya permintaan taksi sebagai jasa angkutan ke stasiun Purwokerto.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
“Kami mulai beroperasi karena banyak telepon masuk minta taksi dioperasikan. Rata- rata permintaan didominasi pengguna jasa ke stasiun saat malam,” ungkap Koordinator Kopajar Purbalingga, HM Wachyono, Selasa (10/5).
Dia juga menjelaskan, kemungkinan launching taksi dilakukan pekan ini oleh Bupati Purbalingga, Tasdi SH MM. Saat ini, operasional taksi ini juga sudah dilengkapi izin trayek dan uji kelaikan dan syarat lainnya. Sehingga operasional mulai dilakukan. Lukman, salah satu sopir Taksi Kopajar Purbalingga mengaku sudah mengoperasikan taksinya sejak 3 hari yang lalu. Dia mengaku lebih awal beroperasi karena banyak permintaan.
“Kami sudang mengantongi surat-surat, uji kelaikan dan perizinan. Tinggal  tunggu launching saja. Hanya saja mobil ini sudah dibeli sejak 4 bulan yang lalu, dari pada tidak segera dipakai kan jadi tidak produktif,” kata Lukman saat berada di seputar kota Purbalingga, kemarin.
Lukman menambahkan, hingga kini belum ada aturan yang pasti dari Pemkab dan Organisasi Angkutan darat (Organda) Purbalingga soal tarif. Sehingga pihaknya menyamakan dengan tarif taksi-taksi yang ada di Purwokerto. “Tarif setiap buka pintu langsung dikenakan Rp 6.000, setelah jalan akan dikenakan Rp 4.250 per kilometer,” rincinya.
Dia mengaku, selama tiga hari ini, baru melayani tiga penumpang saja. Selain mengandalkan permintaan resmi dari penumpang yang menghubungi kantornya, ia juga mengandalkan komunikasi dengan kerabatnya serta aktif mempromosikan lewat media sosial.
Sementara itu, dari minimal 15 unit taksi yang disediakan Kopajar, hingga kini baru beroperasi empat unit. Sisanya masih menunggu launching dan regulasi lebih lanjut. Sopir taksi lainnya, Lutfi (35) mengaku baru mengoperasikan taksinya kemarin. Namun hingga siang hari belum ada penumpang.
“Kami berharap usai dikenalkan atau launching resmi oleh bupati,  masyarakat semakin mengenal adanya taksi di Purbalingga,” ungkapnya.
Lutfi juga mengaku, karena belum ada kesepakatan dan regulasi, maka pihaknya belum berani mangkal di tempat khususnya di terminal. Sejauh ini pihaknya baru berani mangkal di pusat keramaian atau di seputar Alun-alun Purbalingga.

Tabrak Lari Sampai Meninggal, Sopir Langsung Mencuci Mobilnya

OLAH TKP  Satlantas Banjarnegara melakukan olah TKP sesaat setelah tabrak lari dengan korban siswa SMK Petugas juga berhasil menangkap sopir             BANJARNEGARA – Tabrak lari terjadi di depan SD Negeri 2 Kedawung Susukan, Rabu (11/5) pagi. Kecelakaan ini melibatkan sepeda motor Honda Beat merah R 2717 NM dan kendaraan yang diduga mikro bus R 1602 AD. Pengemudi mikro bus bernama Sty warga Desa Karangjati Kecamatan Susukan.
Akibat peristiwa ini, korban yang merupakan pengendara motor, Nova Sigit Ariyanto meninggal dunia seketika. Sebab bagian dadanya tergilas roda kanan mikro bus. Korban berasal dari RT 4 RW 1 Desa Dermasari Kecamatan Susukan. Korban tercatat sebagai siswa SMK HKTI Purwareja Klampok.
Kasat Lantas Polres Banjarnegara, AKP Ardhie Demastyo mengatakan peristiwa ini terjadi sekitar pukul 06.45 WIB. Saat itu, kedua kendaraan yang terlibat kecelakaan sama-sama berjalan dari arah barat. Saat itu, korban hendak berangkat sekolah. Kecelakaan ini diduga disebabkan korban terjatuh saat hendak menyalip mikro bus. Saat hendak menyalip, sepeda motor oleng dan terjatuh. Naas, di sebelahnya ada mikro bus. “Posisi mikro bus ini berjalan pada jalurnya. Hanya yang kami sayangkan kenapa  tidak menolong korban malah lari,” ungkapnya.
Pengungkapan kasus ini cukup sulit. Meskipun saat itu sedang ramai, namun tidak mudah menemukan orang yang mau menjadi saksi. Tak mau berputus asa, anggota Sat Lantas Polres Banjarnegara menghimpun informasi dari berbagai tempat. “Ada yang menyampaikan mikro yang terlibat kecelakaan ini milik Budiono warga Desa Blimbing RT 4 RW 2 Kecamatan Mandiraja,” paparnya.
Berbekal informasi ini, polisi menuju ke rumah pemilik mikro bus. Sesampainya di lokasi, ada yang janggal. Sebab mikro bus sudah pulang sejak jam delapan pagi. Namun, setelah dicek ke kolong tidak ada bercak darah atau bekas tabrakan. Sebab, setelah kecelakaan mikro bus tersebut langsung dicuci.
Atas peristiwa ini, pelaku diancam dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu-lintas dan Angkutan Jalan. “Ancamannya tiga tahun penjara dan denda Rp 75 juta,” lanjutnya.
Kecelakaan maut di Banjarnegara cukup sering terjadi. Dalam sehari (11/5) saja, terdapat dua kecelakaan maut. Selain tabrak lari di Kedawung, kecelakaan maut juga terjadi di Pasar Burung Banjarnegara. Namun kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan tunggal.

Wisata Tubing Onje Lebih Seru dan Menakjubkan

PURBALINGGA – Bagi anda penggemar wisata minat khusus tubing, boleh mencoba di Desa wisata Onje, Kecamatan Mrebet. Meski melewati tiga jeram yang menantang, namun tubing di hulu sungai Klawing ini tetap aman. Wisatawan yang baru pertama kali mencoba tubing, tak perlu takut dan was-was. Para pemandunya sudah mahir dan berpengalaman. Tubing di Onje bisa dinikmati sepanjang tahun, termasuk saat musim kemarau sekalipun.
Tubing di Desa Onje dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bangun Pesona. Semula wilayah ini lebih sering digunakan untuk rafting (arung jeram) dan olah raga kayak. “Seiring dengan minat wisatawan untuk melakukan tubing, maka mulai tahun 2016 ini kami membuka paket wisata tubing,” kata ketua Pokdarwis ‘Bangun Pesona’, Puji Utomo, Kamis (21/4).
Menurut Puji Utomo, tubing di desanya lebih seru dan menakjubkan. Sepanjang jalur dari mulai star awal di Desa Tangkisan, Mrebet, hingga finish di Desa Onje, semuanya menyuguhkan pemandangan yang bagus. Areal tanaman penduduk berupa pohon alba dan sebagian lainnya pekarangan, menambah suasana desa yang asri dan sejuk.  “Sepanjang rute, setidaknya ada tiga jeram yang lumayan menantang. Semuanya aman, dan guide kami sudah terlatih,” kata Puji.
Untuk satu paket tubing, Pokdarwis Bangun Pesona masih mematok harga Rp 50 ribu per orang. Jarak tempuhnya lebih panjang dan sekitar 2 jam. “Waktu yang cukup untuk bermain dan berbasah-basah di air serta menguji adrenalin,” ujarnya setengah berpromosi.
Harga paket itu, lanjut Puji Utomo, masih harga promosi hingga akhir April ini. Setiap pengunjung dilengkapi peralatan pengaman, pelampung, helm dan snack berat berupa ketupat, mendoan dan minuman Wedang Uwuh untuk penghangat tubuh.
“Di Desa Onje konon tidak boleh menjualbelikan nasi. Itu seperti pantangan, jadi wisatawan kami suguhi kupat dan lauk. Kalau pesan selain nasi, tentunya boleh. Misalnya pecel atau makanan ringan lain” ujar Puji Utomo tanpa merinci lebih jauh soal larangan itu.
View menarik, trip lebih panjang 2 jam.
Sementara itu tenaga fasilitator pendamping desa wisata Onje, Luh Putu Valentine mengungkapkan, selain tubing untuk orang dewasa, pihaknya bersama Pokdarwis Bangun Pesona tengah menyiapkan tubing khusus anak-anak.Jaraknya lebih dekat dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan anak-anak. “Untuk tubing anak-anak, waktu tempuhnya antara 30 – 60 menit, tergantung pesanan,” kata Luh Putu.
tubing onje3tubing Onje1
Luh Putu menambahkan, Desa Onje sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata, karena letaknya yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota Purbalingga. Selain river tubing, rafting dan kayak, sejumlah potensi yang layak dijual untuk wisatawan antara lain Masdjid Raden Sayyid Kuning, makam Adipati Onje II, makam Puspa jaga, makam Medang, dan makam Nagasari. Kemudian ada Jojok Telu atau Kedung pertelu yang merupakan pertemuan tiga sungai yakni Sungai Paku, Paingan, dan Sungai Tlahab. Ada pula bukit Anjir, bukit ini konon dulunya digunakan oleh warga atau pasukan tentara rakyat untuk mengintai datangnya serangan penjajah Belanda.
“Di Bukit Anjir, jika cuacanya cerah, kita bisa melihat matahari terbit ketika pagi hari, dan juga matahari terbenam saat sore. Panoramanya sangat indah, dan kami akan membuat semacam gardu pandang di tempat ini,” ujar Luh Putu.
Selain potensi alam dan budaya, lanjut Luh Putu, di Desa Onje juga ada kerajinan masyarakat membuat kain Kluwung. Kain Kluwung mempunyai struktur kain yang lebih tebal dan halus jika dibanding kain Songket asal Sumatera. “Kami yakin, potensi ini setelah kami kemas bersama pegiat wisata di desa, akan memiliki daya tarik yang unik dan menakjubkan,” kata Luh Putu.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, untuk pengembangan desa wisata Onje, akan difokuskan pada dua kegiatan wisata utama. Paket wisata utama permainan di air berupa tubing, kayak dan rafting, serta menikmati sejumlah keindahan alam di desa. Sedang paket wisata kedua yakni wisata religi. Wisatawan mengunjungi mesjid penganut Islam Aboge yakni masjid Raden Sayyid Kuning, serta sejumlah makam pendiri Kabupaten Purbalingga.
“Dua potensi ini memang memiliki segmen pengunjung yang berbeda, oleh karenanya pengelolaan dan pembuatan paket wisatanya dipisahkan. Jarang ada yang melakukan wisata ziarah, tetapi juga berwisata ke tubing atau arung jeram secara bersamaan dalam satu paket,” kata Subeno. 

Banyumas Gandeng Komunitas Tata Pendakian Gunung Slamet

Mbah Rono tetap kalem meski Slamet berdentum.                                                Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melalui Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) setempat akan menata jalur pendakian Gunung Slamet yang melalui Wanawisata Baturraden.
Penataan itu melibatkan komunitas-komunitas yang mengelola wisata minat khusus di sekitar kawasan itu. Keputusan diambil setelah kecelakaan yang menimpa seorang mahasiswa UI pada Minggu, 17 April 2016 lalu.
Saat kecelakaan terjadi, tim penyelamat mengalami kendala karena alat komunikasi berupa sinyal telepon seluler hilang di atas ketinggian 2.000 meter. Hal itu lantaran belum ada repeater atau menara transmisi.

"Kami akan segera melakukan pendekatan kepada komunitas-komunitas yang mengelola wisata minat khusus di sekitar Baturraden untuk diperkuat manajemen mereka, termasuk alat-alat yang mungkin bisa kita kerja samakan, terutama alat komunikasi," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Banyumas, Deskart Setyo Jatmiko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, seperti dilansir Antara, Rabu (20/4/2016).
Dalam beberapa diskusi, kata dia, muncul wacana pemasangan repeater oleh Dinporabudpar Banyumas di lereng Gunung Slamet pada ketinggian di atas 2.000 meter.

Jika tidak bisa, lanjut dia, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Banyumas terkait pemasangan repeater tersebut,termasuk dengan Perhutani selaku pemilik lahan.

"Dari pengalaman enam kali pendakian Gunung Slamet yang pernah saya lakukan, dari batas vegetasi ke puncak (pada jalur pendakian Baturraden) kemiringannya cukup tajam," kata Jatmiko.

Menurut dia, pihaknya akan menyurvei kembali lokasi saat pendakian pada 1 Suro yang bertepatan dengan 2 Oktober 2016 guna mengetahui kemungkinan pemasangan alat pengaman untuk merayap ke kawah yang berada di puncak Gunung Slamet.

Berdasarkan pengalaman, kata dia, areal tersebut sangat licin dan batunya sering bergerak sehingga harus diamankan.

"Hanya saja persoalannya, batu granit yang ada di kawah itu kalau dibor boleh atau tidak, batunya lapuk atau tidak karena di sela-sela batu keluar airnya seperti pasta gigi. Kita akan coba seperti apa nanti pengamanan dari batas vegetasi ke puncak,"Mengenai kecelakaan yang dialami seorang pendaki asal Jakarta, dia mengatakan rombongan yang terdiri atas 13 pendaki tersebut sebenarnya telah didata dan difoto oleh petugas di Posko Komunitas Radenpala.

Bahkan, kata dia, rombongan pendaki tersebut telah ditawari untuk dipandu oleh pemandu lokal, namun mereka tidak mau. Mereka kemudian berangkat sendiri hingga akhirnya salah seorang di antaranya mengalami kecelakaan akibat terjatuh di atas batas vegetasi yang berupa areal pasir dan batu.

"Memang, kalau menggunakan pemandu lokal, mereka harus bayar," kata Jatmiko.

Disinggung mengenai adanya kabar jika jalur pendakian Gunung Slamet yang melalui Baturraden itu bukan jalur resmi, Jatmiko mengatakan bahwa seluruh jalur pendakian yang ada di Gunung Slamet tidak ada yang resmi. 

Jalur pendakian hanya terlihat resmi karena adanya pembayaran tiket tanda masuk. Itupun dikelola oleh lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

"Sekarang yang resmi itu bagaimana? Kalau resmi tentunya harus ada sertifikat dari Perhutani, jalur Bambangan (Purbalingga) pun tidak ada sertifikat dari Perhutani,"

PRINSIP-PRINSIP SOSIAL DASAR

PRINSIP-PRINSIP SOSIAL DASAR
Pada umumnya dalam relasi antara pekerjaan sosial dengan klien ada prinsip-prinsip dasar dalam pekerjaan sosial yang harus diperhatikan oleh pekerja sosial. Meskipun demikian ada beberapa perbedaan pandangan tentang prinsip-prinsip dasar dalam pekerjaan sosial, dibawah ini diberikan ilustrasi mengenai prinsip dasar dalam pekerjaan sosial dari Henry S. Maas dan James Midgley.
Menurut Henry S. Maas ada enam prinsip dasar dalam praktek pekerjaan sosial, terutama ketika menerapkan metode bimbingan sosial perseorangan (social casework).

a. Penerimaan
Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang pekerja sosial menerima klien tanpa “menghakimi” klien tersebutterlebih dahulu. Kemampuan pekerja sosial untuk menerima klien dengan sewajarnya (apa adanya) akan banyak membantu perkembangan relasi antara pekerja sosial dengan kliennya.
Dengan adanya sikap menerima keadaan klien apa adanya, maka klien akan dapat merasa lebih percaya diri dan tidak “kaku” dalam berbicara dengan pekerja sosial, sehingga ia dapat mengungkapkan berbagai macam perasaan dan permasalahan yang mengganjal di hatinya. Dengan cara seperti ini maka relasi antara pekerja sosial dengan klien dapat dikembangkan dengan baik.
b. Komunikasi
Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan kemampuan pekerja sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien, baik dalam bentuk komunikasi yang verbal, yang diungkapkan klien ataupun sistem klien, maupun bentuk komunikasi nonverbal, seperti cara duduk klien, posisi ataupun letak duduk dalam suatu pertemuan dengan anggota keluarga yang lain, cara bicara, cara berpakaian, dan lain sebagainya.
Bila suatu ketika lawan bicara tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya, seorang pekerja sosial diharapkan dapat membantunya untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan agar dapat menelaah permasalahannya secara lebih jelas.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pekerja sosial adalah menyadari ekspektasi (harapan) dari klien, sehingga komunikasi antara klien ataupun sistem klien dengan pekerja sosial daapat tetap terjaga. Dalam kaitannya dengan hal ini, seorang pekerja sosial diharapkan dapat member kesempatan kepada klien untuk mengemukakan apa yang ia rasakan, misalnya perasaan takut, marah, benci, sedih, gembira, dan lain sebagainya. Dengan mengemukakan apa yang dirasakan, diharapkan akan sedikit dapat meringankan beban yang menghimpit klien, sehingga hubungan antara pekerja sosial dengan klien dapat semakin berkembang.

c. Individualisasi
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial haruslah menyesuaikan cara memberi bantuan dengan setiap kliennya, guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan adanya prinsip individualisasi ini, maka seorang pekerja sosial dibekali dengan pengetahuan bahwa setiap individu adalah unik, sehingga pendekatan yang diutamakan adalah kasus per kasus dan bukannya penggeneralisasian.
Selain itu dari prinsip ini juga muncul pandangan agar pekerja sosial tidaklah memasukkan kliennya ke dalam stereotipe tertentu tanpa melakukan observasi yang mendalam. Karena memasukkan klien ataupun sistem klien ke dalam suatu stereotipe tanpa dilakukan observasi yang mendalam akan dapat mengakibatkan hambatan dalam hubungan antar pekerja sosial dengan klien ataupun sistem kliennya.

d. Partisipasi
Berdasarkan prinsip ini, seorang pekerja sosial harus mengajak kliennya untuk berperan aktif dalam upaya mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga klien ataupun sistem klien juga mempunyai rasa tanggungjawab terhadap keberhasilan proses pemberian bantuan tersebut. Karena tanpa adanya kerja sama dan peran serta dari klien maka upaya pemberian bantuan sulit untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Maka lain yang terdapat dalam prinsip ini adalah keharusan bagi pekerja sosial untuk dapat mendorong kliennya agar mau berperan serta membantunya dalam proses pemberian bantuan. Keberhasilannya mendorong peran serta dari klien akan mempunyai pengaruh yang besar bagi hasil akhir dari proses pemberian bantuan.

MARGA ORANG JAWA

Marga atau nama keluarga adalah nama pertanda dari keluarga mana seorang berasal. Marga lazim ada di banyak kebudayaan di dunia. Nama marga dalam kebudayaan Barat dan kebudayaan yang terpengaruh oleh budaya Barat umumnya terletak di belakang, sehingga sering disebut dengan nama belakang. Kebalikannya, pada budaya Asia Timur seperti Tiongkok dan Korea menaruh nama marga di depan.

Marga menjadi identitas dalam masyarakat dan adat. Mayoritas marga diturunkan dari ayah kepada anak-anaknya (patrilineal) dan ada pula yang diturunkan dari garis Ibu (matrilineal). Marga turun-temurun diwariskan dari kakek kepada bapak, kepada anak, kepada cucu, kepada cicit, dst. Pada beberapa budaya, marga lebih sering digunakan daripada nama, biasanya nama disingkat saja, contoh: Hamonangan Marbun lebih sering menjadi H. Marbun.

Di Indonesia ada beberapa suku yang menggunakan sistem marga dalam penamaannya yakni suku Batak, suku Tionghoa, suku Arab keturunan, suku Minahasa, suku Toraja, suku Eropa keturunan, dsb. Ada beberapa suku yang menggunakan sistem marga tapi hanya sebagian seperti suku Minang dan suku Dayak. Ada juga yang menggunakan tata nama seperti marga namun bukan marga seperti suku Bali, suku Melayu, dan suku Aceh.

Contoh marga Batak misalnya Hutahean, Hutagaol, Simatupang dll. Contoh marga Tionghoa misalnya Tan, Lim, Lie dll yang banyak diantaranya sudah diadopsi menjadi nama Jawa atau Indonesia seperti Tanosudibyo, Halim, Salim dll. Contoh marga keturunan Arab misalnya Alatas, Assegaf, Baswedan, Syahab dll. Contoh marga Minahasa misalnya Besouw, Karamoy, Kaligis, Mambo dll. Contoh marga Toraja misalnya Allo, Hariawang, Paembonan dll. Contoh marga keturunan Eropa di Indonesia (marga Portugis di Indonesia Timur) misalnya de Lima, da Costa, Dias, Rodrigues, da Silva dll. Contoh marga Minang misalnya Caniago, Sikumbang, Tanjung dll. Contoh marga Dayak misalnya Baen, Lambung, Phaing dll. Contoh tata nama seperti marga namun bukan marga misalnya Wayan, Made, Ketut dll (suku Bali) yang sebenarnya merujuk pada urutan anak, ada juga Tengku, Teuku, Cut, Nong dll (suku Melayu dan suku Aceh) serta La Ode, Wa Ode (suku Buton) yang sebenarnya merujuk ke gelar atau bangsawan (darah biru).

Ada juga kebudayaan yang tidak menggunakan marga, misalnya suku Jawa di Indonesia, walaupun kini sudah banyak orang Jawa yang mengadopsi sistem penamaan marga (lebih tepatnya nama keluarga) seperti Yudhoyono yang dipakai pada nama belakang anak mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Marga Jawa

Sebenarnya ada yang unik dari penamaan Jawa. Dari pengamatan penulis sebenarnya ada pola tertentu dalam penamaan oang-orang Jawa pada jaman dahulu yang membetuk seperti penamaan marga. Menurut penulis pola penamaannya justru mirip dengan budaya Tionghoa.


Seperti kita ketahui pada zaman dahulu orang-orang Jawa menggunakan nama yang mayoritas tiga suku kata seperti Sukarno, Suyatno, Marjoko dsb. Dan nama panggilannya adalah dua suku kata terakhir dari nama tersebut seperti Karno, Yatno, Joko dsb. Biasanya suku kata pertama diwariskan juga pada anak-anaknya misalnya orang yang berawalan nama Su maka anak-anaknya juga berawalan Su, orang yang berawal Nga maka anak-anaknya juga berawalan Nga.

Penamaan ini mirip sekali dengan budaya Tionghoa dimana penamannya menggunakan tiga suku kata dengan suku kata terdepan adalah nama marga dan dua suku kata paling belakang adalah nama panggilan. Jadi sebenarnya penamaan Jawa pada zaman dahulu mungkin saja sebenarnya memiliki sistem marga namun pengaturannya tidak pernah tertulis secara resmi. Pada zaman dahulu penulisan nama-nama Jawa menggunakan huruf / aksara Jawa sehingga saat era peralihan ke penggunaan tulisan latin modern yang terjadi di mayoritas regional Asia Tenggara penggunaan tiga suku kata ini sudah kurang populer seperti halnya yang terjadi pada nama-nama Tionghoa yang tadinya menggunakan aksara Mandarin.

Beberapa nama bernuansa Jawa yang agak panjang seperti Hamengkubowono yang akhir-akhir ini banyak dipakai dan diadopsi orang Jawa modern sebenarnya bukanlah nama asli melainkan nama gelar. Sedangkan nama-nama yang bukan terdiri dari tiga suku kata seperti Slamet, Sarip dll adalah nama yang diduga pengaruh dari Arab setelah Islam masuk ke Jawa.

Berikut ini adalah daftar kemungkinan marga orang Jawa:

- Marga Su/Soe: Su Kar-no, Su Har-to, Su Mar-no, Su Yat-no dsb.
- Marga Wi: Wi Do-do, Wi Ran-to, Wi Yo-ko dsb. 
- Marga Dar: Dar Yan-to, Dar So-no, Dar Ma-ji dsb.
- Marga Mar: Mar Ya-di, Mar Jo-ko, Mar Ya-ti dsb.
- Marga So: So Li-hin, So I-mah, So Di-kin dsb.
- Marga Pra: Pra Bo-wo, Pra No-to, Pra Jo-ko dsb.
- Marga Nga: Nga Di-o, Nga Ti-ni, Nga Di-yem dsb.
- Marga Han: Han Do-ko, Han Jo-yo dsb.
- Marga Wa: Wa Ho-no, Wa Ti-yem dsb.
- Marga Kun/Koen: Kun Co-ro, Kun Do-yo dsb.
- Marga Kus/Koes: Kus Wo-yo, Kus Na-di, Kus Man-to dsb.
- Marga Rus/Roes: Rus Mi-ni, Rus Yo-to dsb.
- Marga Ju/Djoe: Ju Ma-di, Ju Pri-yo dsb.
- Marga Pur/Poer: Pur Wan-to, Pur Yat-no dsb.
- Marga Po: Po Ni-jan, Po Ni-yem dsb.
- dan lain-lain. 

Semua dari nama marga di atas bisa ditulis dengan menggunakan huruf Jawa. Sayangnya saat ini penamaan tiga suku kata ini sudah jarang dipakai oleh orang Jawa karena dianggap tidak modern. Penulis cukup penasaran apakah sudah ada penelitian mengenai hal ini. Mungkin bagi Anda-anda yang menggeluti ilmu-ilmu budaya bisa melakukan studi mengenai penamaan orang Jawa.

( GAPURA ) ONE FOR ALL, ALL FOR ONE

GABUNGAN PURNA STM/SMK YPT PURBALINGGA Sedikit berkeliling dan menoleh ke sekitar komunitas, kata-kata ini sering dimaknai dengan kekel...